Pertumbuhan Tanaman Ubikayu pada Berbagai Posisi Stek dan Penanamannya

LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN PANGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014-2015

JUDUL:
PERTUMBUHAN TANAMAN UBIKAYU PADA BERBAGAI POSISI STEK DAN PENANAMANNYA



LogoUnib.png
 







Oleh :
         Nama                            : Putri Mian Hairani (E1J012014)
                                                Dewi Rahmawati (E1J012019)
        Kelompok (Shift)           : A 1
        Kelas                              : A    



LABORATORIUM AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR

            Laporan praktikum mata kuliah Produksi Tanaman Pangan, dengan judul Pertumbuhan Tanaman Ubi Kayu pada Berbagai Posisi Stek dan Penanamannya  merupakan salah satu acara yang kegiatannya dilaksanakan setelah dilaksanakannya Survei Lapangan tenteng budidaya tanaman ubi kayu secara langsung.
            Praktikum budidaya ubi kayu ini adalah hasil dari survei lapangan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa antara hasil survei dan teori yang ada. Kegiatan dilakukan meliputi pengolahan lahan, penanaman, hingga kegiatan pemeliharaan.
            Terimakasih sebesar-besarnya kepada Pak Kemi sebagai narasumber wawancara praktikan sewaktu acara Survei, dan juga kepada seluruh teman sekelompok praktikan atas kerjasama untuk melancarkan survei lapangan ini. Tidak lupa juga kepada Co-Ass dan juga dosen pengasuh praktikum.
            Besar harapan laporan ini nantinya dapat berguna dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi kepada praktikan lainnya yang memiliki topik yang sama.

Bengkulu,   Desember 2014
Praktikan                    


           














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
ii
I.              Tujuan
...................................................................................
1
II.           Dasar Teori
...................................................................................
1
III.        Metode Percobaan
...................................................................................
6
IV.        Pelaksanaan
...................................................................................
7
V.           Hasil dan Pembahasan
...................................................................................
8
5.1 Hasil
...................................................................................
8
5.2 Pembahasan
...................................................................................
9
VI.        Kesimpulan
...................................................................................
11
VII.     Daftar Pustaka
...................................................................................
12
LAMPIRAN
...................................................................................
13



I.             Tujuan
            Mahasiswa dapat mempraktekkan penanaman ubi kayu dan membandingkan pertumbuhan stek antar berbagai posisi stek dan posisi penanamannya.

II.           Dasar Teori
            Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk dikoleksikan di Kebun Raya Bogor. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di Indonesia. Ubi kayu saat ini telah sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Pasar potensial tepung tapioka antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Tiap tahun kedua negara tersebut mengimpor ± 1 juta ton produk tepung, terdiri atas 750.000 ton tepung tapioka dan 250.000 ton tepung lainnya. Di samping tepung tapioka, ternyata produk gaplek, chips, dan pelet juga berpeluang untuk diekspor (Rukmana, 2002).
            Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman singkong diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio             : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Manihot
Species            : Manihot esculenta Crantz sin. Manihot utilisima Phohl.
Bagian tubuh tanaman singkong terdiri atas batang, daun, bunga, dan umbi.
1.      Batang
Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setela tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empelur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus.
2.      Daun
Susunan daun singkong berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir.
3.      Bunga
Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah.
4.      Umbi
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering); kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah); dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar berbeda (Suprapti, 2005).

            Ubi kayu (Manihot utilissima) menghasilkan umbi setelah tanaman berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan umbi basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan yang biasa timbul pada ubi kayu adalah warna hitam yang disebabkan oleh aktivitas enzim polyphenolase atau biasa disebut dengan kepoyoan (Syarief dan Irawati, 1988).
            Makanan pokok umbi-umbian, antara lain singkong atau cassava yang biasa disebut dengan ubi kayu atau ketela pohon, ubi rambat, kentang kuning, kentang bentuk ukuran kecil-kecilan, tales, uwi, gembili, kimpul, suweg dan ganyong. Singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat (Tarwotjo, 1998).
            Umbi ubi kayu akan mengalami proses kerusakan dalam waktu 48 jam, yang diawali dengan perubahan-perubahan secara enzimatik dalam umbi, kemudian terjadi pembusukan (Michael Devega, dkk, 2010).
            Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain M. utilissima dan M. alpi. Semua Genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brazil merupakan pusat asal dan sekaligus sebagai pusat keragaman ubi kayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering. Tanaman ubi kayu tumbuh di daerah antara 300 lintang selatan dan 300 lintang utara, yaitu daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 180C dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun  (Saleh et al., 2006).
Namun demikian, tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada ketinggian 2.000 m dpl atau di daerah sub-tropika dengan suhu rata-rata 160C. Di ketinggian tempat sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji.
Jenis dan Varietas Unggul
            Ubi kayu atau ubi kayu dapat dikelompokkam menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioca dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (< 50 mg per Kg umbi basah). Sementara itu, umbi ubi kayu untuk bahan baku industri sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dan kandungan HCN yang tinggi.
singkong 








Gambar 48. Ubi kayu yang dengan kandungan pati di dalamnya

            Varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam, antara lain Adira 1, Adira 4, Adira 2, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5.
Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan.  Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya, karena itu perlu suatu upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi kayu dengan mengolah menjadi beranekaragam produk. Alternatif pengolahan umbi ubi kayu yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah pengolahan umbi ubi kayu menjadi tepung ubi kayu (Howeler,  2002).
Tepung ubi kayu (kasava) adalah tepung yang dihasilkan dari penghancuran (penepungan) umbi ubi kayu yang telah dikeringkan. Dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk akhir juga sebagai substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi salah satu komoditi ekspor maupun bahan baku industri. Tepung kasava di Indonesia sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan pencampur (substitusi) untuk industri pangan, terutama industri mie. Dengan kandungan serat yang tinggi menyebabkan keterbatasan aplikasi tepung kasava tersebut. Perbaikan tepung kasava melalui perbaikan proses produksi dilakukan untuk memperbaiki struktur komponen serat yang ada di dalam ubi kayu dan menurunkan kandungan HCN pada tepung (Yashimoto et al., 1999).
Penambahan enzim selulolitik diharapkan akan meningkatkan daya cerna tepung, kandungan oligosakarida yang berfungsi sebagai bahan pangan probiotik, namun tidak merubah atau mempengaruhi struktur dari komponen patinya. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa bakteri isolate local yang dimiliki mempunyai keunggulan karena memiliki kemampuan selulolitik, serta berpotensi xilanolitik atau hemiselulolitik.  Mikroorganisme selulolitik memainkan peranan penting dalam biosfir dengan mendaur-ulang selulosa. Mikroorganisme jenis ini juga penting dalam beberapa proses fermentasi dalam industri, terutama dalam penghancuran limbah selulosa secara anaerob, sehingga menghasilkan lignoselulosa dengan persentase tinggi (Ispandi et al. 2003).
Mikroorganisme selulolitik umumnya ialah bakteri dan cendawan, walaupun kadang-kadang beberapa protozoa anaerobik juga mampu mendegradasi selulosa. Cendawan diketahui paling baik dalam mendegradasi selulosa, tetapi bakteri menjadi pilihan utama. Hal ini dikarenakan, ukuran molekul enzim selulase yang dihasilkan cendawan terlalu besar untuk dapat berdifusi ke dalam jaringan tumbuhan yang mengandung selulosa. Enzim selulase bakteri lebih stabil pada perlakuan panas, tingkat pertumbuhannya cepat, memiliki variabilitas genetik yang luas, dan lebih mudah untuk direkayasa secara genetik dibandingkan dengan cendawan. Aplikasi selulase untuk bioteknologi pada saat ini mulai menunjukkan kemajuan. Enzim selulase di antaranya biasa digunakan dalam bioteknologi pulp dan kertas, dalam mengekstraksi jus buah, dan mempersiapkan ekstrak biji kopi dan vanilla bagi konsumsi manusia. Granula pati mengalami hidrolisis menghasilkan monosakarida merupakan sumber karbohidrat yang terbarukan untuk produksi tepung (Ispandi dan Munip,  2004).























III.      Metode Percobaan
            Praktikum dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapangan dilahan kering kebun percobaan Fakultas Pertanian UNIB. Pada praktikum ini seluruh kegiatan mengadaptasi pada hasil survei yang praktikan laksananakan sebelumnya, dengan beberapa perubahan. Dilakukan juga percobaan 2 macam posisi stek, yaitu stek miring dan tegak lurus.
Bahan:
·         Stek batang ubi kayu yang berasal dari tempat survei berupa varietas asli Bengkulu (Darma dan Rema).
·         Urea
·         SP36
·         KCL

Alat:
·         Parang
·         Sabit
·         Cangkul
·         Tugal
·         Tali rafia
·         Meteran gulung












IV.      Pelaksanaan
·      Menyiapkan bahan dan alat yang akan diperlukan untuk pelaksanaan percobaan ini.
·      Melakukan pembersihan lahan dengan cara menebas dan menyingkirkan sisa tanaman atau gulma dari lokasi percobaan.
·      Melakukan pengolahan tanah dengan cara dicangkul, digemburkan dan diratakan, lalu dibuat petakan berukuran 2 m x 4 m sebanyak 3 petakan dengan jarak antar petakan 40 cm.
·      Pada petak pertama dan kedua ditanam stek dengan posisi miring, dan pada petakan ketiga dengan posisi tegak lurus, dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm.
·      Batang ubi kayu dipotong dengan ukuran 20-30 cm. Lalu ditanam dengan kedalaman 5-8 cm untuk posisi tegak, dan 3-5 cm untuk posisi datar.
·      Melakukan pemupukan dengan cara menabur secara melingkar berjarak 5-8 cm dari setiap tanaman dengan dosis 100 kg urea/ha, 150 kg SP36/ha, dan 100 kg KCL/ha.
·      Melakukan penyulaman apabila stek yang ditanam sebelumnya tidak tumbuh.
·      Setiap minggu melakukan pengendalian gulma dengan cara manual.
·      Melakukan pengamatan 1 MST, dan mencatat setiap datanya.














V.         Hasil dan Pembahasan
5.1  Hasil






























5.2  Pembahasan
            Pada praktikum lapangan ini, setelah stek ditanam dan muncul tunas, terdapat gejala defisiensi unsur hara, khususnya unsur N, P, da K. Daun pada beberapa stek mengalami klorosis, dan beberapa menjadi ungu.
            Seperti yang diketahui bahwa nsur nitrogen pada tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, dan merupakan bagian dari organ tumbuhan. Unsur N berfungsi untuk menyusun asam amino dan protein dalam tubuh tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif, dan bagian dari klorofil. Gejala kekurangan unsur nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna kecoklatan. Jika berbuah, maka bentuk buahnya tidak sempurna, kecil, kekuningan dan masak sebelum waktunya. Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk , misalnya urea (N=46%), ZA (N= 21%), KNO3 , serta pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
            Unsur P pada tanaman berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, serta merangsang pembelahan sel dan memperbesar jaringan sel. Kekurangan unsur P pada tanaman ditandai dengan munculnya warna merah keunguan pada bagian bawah daun, terutama tulang daun. Daun terpelintir, tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu sebagai akibat dari pembentukan antosianin. Antosianin adalah satu pigmen fenolik yang terekspresi sebagai karakter warna merah, biru dan ungu, terdapat pada vakuola sel. Sintesis antosianin terjadi selama pertumbuhan daun, senesens, dan pada saat tanaman merespons cekaman abiotik.
            Kekurangan unsur P mengakibatkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan pada tanaman. Penanganan kekurangan unsur P bisa dilakukan dengan penambahan pupuk yang mengandung unsur P, misalnya SP36 (P=36%), NPK, serta pupuk kandungan P tinggi
            Unsur kalium berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Unsur K juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan tubuh tanaman terhadap kekeringan.
            Gejala kekurangan unsur K agak sulit dikenali karena jarang ditampakkan saat tanaman masih muda. Kekurangan unsur K ditandai dengan mengerutnya daun, terutama daun tua meskipun tidak merata. Tepi dan ujung daun menguning, kemudianmenjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Jika tanaman berbuah, maka buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitasnya jelek, tidak tahan simpan.
            Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk yang mengandung unsur K, misalnya KCl (K=52%), NPK, serta pupuk daun kandungan K tinggi.
            Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hara terbawa panenuntuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 Kg N, 2,24 P2O5, dan 9,32 Kg K2O/ha/musim atau pada tingkat hasil 30 ton/ha sebesar 147,6 Kg N, 47,4 Kg P2O5, dan 179,4 Kg K2O/ha/musim. Hara tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara, Sehingga kesuburan hara menurun dan produksi ubi kayu akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :
-       Pupuk Organik  : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam
-       Urea                   : 150 – 200 Kg/ha
-       SP36                  : 100 Kg/ha
-       KCl                    : 100 – 150 Kg/ha
            Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, berikan pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl sebagai pupuk dasar pada saat pengolahan lahan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat.
            Panjang stek optimal adalah 25 cm, ditanam vertical pada kedalaman 15 cm. Hal inimemerlukan tanah yang gembur sehingga diperlukan pengolahan tanah yang baik. Penanaman stek dengan posisi vertikal dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapis olah tanah.
            Cara tanam pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata. Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Jangan terbalik, pemotongan ujung stek meruncing, membantu agar stek tidak ditanam terbalik.
Kedalaman tanam 5 – 10 cm atau 1/3 batang stek pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini akan menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan ditranslokasikan ke tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara maksimal.


           
VI.      Kesimpulan
           
            Panjang stek optimal adalah 25 cm, ditanam vertical pada kedalaman 15 cm. Hal inimemerlukan tanah yang gembur sehingga diperlukan pengolahan tanah yang baik. Penanaman stek dengan posisi vertikal dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapis olah tanah.












Daftar Pustaka
Howeler, R.H. 2002. Cassava mineral nutrition and fertilization.  In.  R.J. Hillocks, J.M.  Thresh and A.C.Belloti (ed). Cassava Biology. Production and Utilization. Pp: 115 – 147. Cabi Publishing, CAB International, Wallingford. Oxon.
Ispandi, A dan A. Munip. 2004. Efektivitas pemupukan N, K, dan frekuensi pemberian pupuk K pada tanaman ubi kayu di lahan kering Alfisol, p. 368–383. Dalam: A. K.  Makarim  et  al. (ed.).  Kinerja  penelitian  mendukung  agribisnis  kacangkacangan  dan  umbi-umbian.  Pusat Penelitian  dan  Pengembangan  Tanaman Pangan. Bogor.
Ispandi, A, L.J. Santoso, dan Mayar. 2003. Pemupukan dan dinamika kalium dalam tanah dan tanaman ubi kayu di lahan kering Alfisol, p.190–201. Dalam: Koes Hartojo et al.  (ed.). Pemberdayaan ubi kayu mendukung ketahanan pangan nasional dan pengembangan  agribisnis  kerakyatan.  Balai  Penelitian  Tanaman  Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Michael Devega, Munyatul Islamiah, Kamaliah Ulfah, 2010, Peranan Modified      Cassava Flour (Mocaf) Sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu pada Proses            Pembuatan Mie Dalam Upaya Mengurangi Impor Gandum Nasional, ITB             Bogor.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Kayu Budi daya dan Pascapanen : Kanisius.
Saleh,  N.  ,  B.  Santoso,  Y.  Widodo,  A.  Munip,  E.Ginting  dan  N.  Prasyaswati.  2006. Alternatif teknologi produksi ubikayu  mendukung agroindustri.  Laporan  akhir tahun 2006.
Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta :       Penerbit Kanisius.
Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.      Mediyatama    Sarana Perkasa, Jakarta.
Tarwotjo, C.S., 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Grasindo, Jakarta.
Yashimoto, M., S. Okuna, M. Yoshinaga, O. Yamakawa, M. Yamaguchi and J.     Yamada. 1999.  Antimutagenicity of sweet potato (Ipomoae batatas)  root.          Biosci. Biotech.. Biochem. 63:541-543.
LAMPIRAN