Laporan Produksi Tanaman Industri Acara 4 Pemeliharaan Kopi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Tanaman kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah jenis kopi robusta dan arabika. Proporsi kopi robusta dan arabika di Indonesia adalah berkisar 90% dan 10%, sedangkan pasaran kopi dunia adalah kopi arabika. Berdasarkan fenomena tersebut, maka kebijakan pemerintah adalah mengembangkan kopi arabika pada lahan yang sesuai dan konservasi kopi robusta ke arabika pada ketinggian yang sesuai, yakni ketinggian 800-1200 meter dpl.
            Kendala pengembangan kopi arabika adalah permasalahan sempitnya lahan yang sesuai dan banyaknya kawasan hutan lindung dan Taman Nasional pada ketinggian tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dicari alternatif genotipe kopi arabika yang mampu tumbuh dan berkembang pada dataran menengah dan dataran rendah. Hasil sambungan fase serdadu kopi arabika yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu tahun 2004, terdapat 16 genotipe koleksi kopi arabika. 16 genotipe tersebut mampu tumbuh dengan baik pada pembibitan yang dilakukan pada ketinggian 10 meter dpl.
            Kebun Percobaan Fakultas Pertanian yang berlokasi di sekitar Laboratorium Agronomi berada pada ketinggian 10-20 meter dpl (di atas permukaan laut). Lahan yang ada berupa semak dan perdu dengan kemiringan 10 s/d 15%. Lahan tersebut merupakan media yang cocok untuk pengujian genotipe kopi arabika yang dipersiapkan untuk lahan ketinggian menengah dan rendah.
            Kegiatan budidaya tanaman kopi arabika pada lahan ketinggian menengah dan rendah memerlukan naungan dan teknologi budidaya optimal. Teknik budidaya yang perlu diterapkan adalah pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan dasar lubang tanam, penutupan lubang tanam, dan penanaman.
            Di samping itu pada lahan dengan elevasi tersebut di atas juga memenuhi syarat untuk diusahakan tanaman karet yang secara makro dan mikroklimat sesuai dibudidayakan di wilayah Provinsi Bengkulu.



1.2  Tujuan Paktikum
·         Memelihara tanaman kopi yang tergolong dalam tanaman masih belum  menghasilkan

1.1  Manfaat yang Diharapkan
·         Mengetahui bagaimana cara memelihara tanaman kopi robusta

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Menurut Najiyati dan Danarti (2006), kopi adalah spesies tanaman  tahunan berbentuk pohon.  Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi  Arabika,  Robusta,  dan  Liberika. Secara lengkap, klasifikasi botani kopi adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Rubiales
Famili              : Rubiaceae
Genus              : Coffea
Spesies            : coffea sp.
            Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.  Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah.  Kulit buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan.  Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik di akhir musim kemarau.  Di awal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti 2006).  Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan.Pada saatdibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter. 
            Buah kopi  terdiri dari daging buah dan biji.  Daging buah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan kulit luar (exocarp),  daging buah (mesocarp), dan  kulit tanduk (endocarp) yang tipis, tetapi keras.  Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis.  Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsuran surmenjadi hijau kuning, kuning,  dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali.  Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya agak manis.   Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga  (Ciptadi dan Nasution 1985; Najiyati dan Danarti 2006).  Kulit biji atau endocarp yang keras biasa disebut kulit tanduk.
            Kopi merupakan sumber pendapatan untuk lebih 125 juta masyarakat di 52 negara berkembang.  Sekitar 25 juta orang yang sebagian besar adalah usaha kecil menengah menanam kopi pada 11,8 juta ha lahan, menghasilkan 6,6 juta ton kopi per tahun.  Seperempat kopi yang ditanam dikonsumsi di negara asal dan tiga perempatnya diperdagangkan secara global.   Kopi merupakan  komoditas  ke-2 terbesar yang diperdagangkan di dunia  setelah minyak. Buahkopi dipetik kemudian diubah menjadi biji kopi yang siap diekspor dalam rantai perdagangan global.  Biji kopi diolah menjadi kopi bubuk, dikemas,  dan dijual kepada konsumen setelah tiba di negara pengimpor. 
            Pemeliharaan tanaman baik pada saat belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan tidak selamanya berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di kebun, sehingga pada praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain bisa saja berbeda. Begitu juga antara tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang, urutan pelaksanaan pemeliharaan berbeda. Adapun cara pemeliharaan kopi adalah:
1.                  Pengendalian gulma
            Cara pengendalian gulma yang digunakan disesuaikan dengan sarana dan tenaga yang tersedia. Kombinasi antara cara mekanis dan pemberian mulsa merupakan cara yang dianjurkan. Pekerjaan pengendalian gulma meliputi: pembabatan apabila perlu, pencangkulan ringan pada saat menjelang pemupukan dan pemberian mulsa pada saat menjelang musim kemarau. Untuk mengendalikan gulma khusus seperti alang-alang (Imperata cylindrica), mikania dan teki sebaiknya dilakukan secara mekanis dan kimia (herbisida). Pengendalian secara kimia untuk alang-alang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu blanket spraying (penyemprotan menyeluruh), spot spraying (penyemprotan setempat) dan wiping (penyemprotan).

2.                  Pemupukan
            Pemupukan tanaman menghasilkan bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebuh dahulu.  Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur-unsur hara didalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis-jenis unsur hara secara tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan (Setyamidjaja, D, 2006).
            Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim, yang tidak menguntungkan.  Selain itu pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi hingga akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit ( Pahan, I, 2006).

3.                  Penyiraman
            Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.

4.                  Penyiangan
            Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.







BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat  Praktikum
Waktu             : Sabtu, 22  Maret 2014
Tempat            : Lahan Praktikum Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

3.2 Bahan dan Alat
·         Ember
·         Tali raffia
·         Jangka sorong
·         Cangkul
·         Sabit
·         Tanaman Kopi Robusta
·         Pupuk kandang

3.3 Metode Pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
            Metode yang dilakukan adalah mempraktekkan langsung acara praktikum yang sedang dilakukan.

3.4 Cara Kerja
Urutan pekerjaan yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi:
1.      Melakukan pengukuran pada tanaman dengan peubah/parameter sebagai berikut:
·         Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dengan cara mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai bagian tunas paling ujung. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pada ketinggian ± 3 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Luas Daun (cm2)
Luas daun diukur terhadap 3 sampel daun yang diambil dari ujung, tengah dan pangkal batang. Kemudian data yang diperoleh digunakan untuk mencari luas daun dengan cara mengalikan panjang (cm) kali lebar (cm) dan angka tersebut dikalikan faktor koreksi 85% (0,85). Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung terhadap daun yang telah membuka sempurna terhadap seluruh daun. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
2.      Melakukan penggemburan dan penyiangan dengan menggunakan sabit/cangkul terhadap tanaman yang ditanam bersamaan pada waktu pengamatan
3.      Melakukan pengendalian gulma dengan menyemprotkan herbisida jika diperlukan

3.5 Sifat-sifat yang Diamati
            Melakukan pengamatan antara lain :
·         Tinggi tanaman
·         Diameter batang
·         Luas daun
·         Jumlah daun











BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1 Hasil Praktikum/Data Pengamatan
Tanggal Pengamatan
Variabel Pengamatan
Tinggi
Tanaman (cm)
Diameter
Batang (cm)
ILD
(p x l x 0.85)(cm2)
Jumlah
Daun (helai)
22/03/2014
50
0.4
32.27
24
03/04/2014
52
0.5
42.51
21
17/04/2014
54
0.5
41.2
24
01/05/2014
54.5
0.5
40.37
23
15/05/2014
55.5
0.5
48.72
26
29/05/2014
55.5
0.5
42.20
27

4.2 Analisis Hasil/Analisis Statistik

BAB V
PEMBAHASAN

            Pada pengamatan praktikum tentang pemeliharaan tanaman kopi, yaitu kopi robusta, ada beberapa hal yang diamati sebagai indikasi pertumbuhan yang diamati setiap 2 minggu sekali. Peubah atau variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, dan jumlah daun.
            Dari data pengamatan diperoleh hasil bahwa tinggi tanaman mengalami peningkatan dari minggu pertama yaitu 50 cm, kemudian 52 cm, 54 cm, 54,5 cm, kemudian konstan 55,5 cm sampai pengamatan ke-6. Begitu pula denga diameter batang yang minggu pertama 0,4 cm menjadi 0,5 cm sampai pengamatan ke-6. Diikuti dengan luas daun dan kemudian jumlah daun.
            Peubah yang diamati tersebut belum sesuai dengan kaidah pertumbuhan pada tanaman, yang kurva nya berbentuk menaik, kontan, dan menurun.
            Kemungkinan yang terjadi adalah human error atau kesalahan praktikan saat melakukan pengukuran.
            Pada masa-masa pemeliharaan juga selain melakukan pengukuran, kita juga perlu memperhatikan daerah tumbuh tanaman kopi agar tidak terganggu dengan gulma yang tumbuh disekitar area pertanaman. Hal-hal yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan pembersihan secara manual, maupun dengan penyemprotan apabila diperlukan.












BAB VI
KESIMPULAN
            Tanaman yang masih muda perlu diperhatikan pertumbuhannya karena inilah masa-masa tanaman mulai berproduksi dan sering terkena serangan hama dan penyakit.
            Pengendalian tanaman yang terserang yang dilakukan ada bermacam-macam. Mulai dari pengendalian secara hayati , mekanik, atau dengan menggunakan bahan kimia, misalnya dengan menggunakan pestisida.
























DAFTAR PUSTAKA
Pahan, (2007 – 2008). Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja,D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya Panen Dan Pengolahan.Edisi revisi.        Kanisius, Yogyakarta.
Sri Najiyati dan Danarti. 2004 . Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
            Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar