Laporan Akhir Praktikum VegNur



LAPORAN AKHIR
TEKNIK PEMBIAKAN VEGETATIF DAN MANAJEMEN NURSERI




LogoUnib.png
 







Disusun Oleh :

Nama                       : Putri Mian Hairani
NPM                        : E1J012014
Dosen Pembimbing  : Ir. Hermansyah, M.P
Co-Ass                     : Riduan Hutabarat




Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan.
Mata Kuliah Teknik Pembiakan Vegetatif dan Management Nurseri


Oleh:
(Putri Mian Hairani)
NPM (E1J012014)

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh dosen/co assisten pada
Tanggal 24 Desember 2014-12-24





Bengkulu, 24 Desember 2014

Menyetujui
Dosen Pembimbing
Praktikan




(Ir. Hermansyah, M.P)




(Putri Mian Hairani)


  
 Acara 1. Budidaya Tanaman Kopi


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Tanaman kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah jenis kopi robusta dan arabika. Proporsi kopi robusta dan arabika di Indonesia adalah berkisar 90% dan 10%, sedangkan pasaran kopi dunia adalah kopi arabika. Berdasarkan fenomena tersebut, maka kebijakan pemerintah adalah mengembangkan kopi arabika pada lahan yang sesuai dan konservasi kopi robusta ke arabika pada ketinggian yang sesuai, yakni ketinggian 800-1200 meter dpl.
            Kendala pengembangan kopi arabika adalah permasalahan sempitnya lahan yang sesuai dan banyaknya kawasan hutan lindung dan Taman Nasional pada ketinggian tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dicari alternatif genotipe kopi arabika yang mampu tumbuh dan berkembang pada dataran menengah dan dataran rendah. Hasil sambungan fase serdadu kopi arabika yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu tahun 2004, terdapat 16 genotipe koleksi kopi arabika. 16 genotipe tersebut mampu tumbuh dengan baik pada pembibitan yang dilakukan pada ketinggian 10 meter dpl.
            Kebun Percobaan Fakultas Pertanian yang berlokasi di sekitar Laboratorium Agronomi berada pada ketinggian 10-20 meter dpl (di atas permukaan laut). Lahan yang ada berupa semak dan perdu dengan kemiringan 10 s/d 15%. Lahan tersebut merupakan media yang cocok untuk pengujian genotipe kopi arabika yang dipersiapkan untuk lahan ketinggian menengah dan rendah.
            Kegiatan budidaya tanaman kopi arabika pada lahan ketinggian menengah dan rendah memerlukan naungan dan teknologi budidaya optimal. Teknik budidaya yang perlu diterapkan adalah pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan dasar lubang tanam, penutupan lubang tanam, dan penanaman.
            Di samping itu pada lahan dengan elevasi tersebut di atas juga memenuhi syarat untuk diusahakan tanaman karet yang secara makro dan mikroklimat sesuai dibudidayakan di wilayah Provinsi Bengkulu.

1.2  Tujuan Praktikum
            Memelihara tanaman kopi yang tergolong dalam tanaman masih belum  menghasilkan
          
1.3  Manfaat yang Diharapkan
           Mengetahui bagaimana cara memelihara tanaman kopi robusta
II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Menurut  Sri Najiyati dan Danarti (2006), kopi adalah spesies tanaman  tahunan berbentuk pohon.  Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi  Arabika,  Robusta,  dan  Liberika. Secara lengkap, klasifikasi botani kopi adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Rubiales
Famili              : Rubiaceae
Genus              : Coffea
Spesies            : coffea sp.
            Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa. Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya ( Tapanulli Coffea, 2006 ).
            Kopi merupakan tanaman perkebunan / industri berupa semak yang asalnya tumbuh liar di hutan dataran tinggi Ethiopia, Afrika. Dari Ethiopia, tanaman kopi menyebar ke negara Arab, Persia hingga tanaman ini tumbuh subur di negara Yaman. Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode tahun 1696-1699 dan ditanam di sekitar Jakarta. Perkebunan kopi berskala besar menyebar ke daerah Lampung, Sumatra Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Jawa Tengah ( Warintek Progessio, 2006 ).
            Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.  Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah.  Kulit buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan.  Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik di akhir musim kemarau.  Di awal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang (Sri Najiyati dan Danarti 2006).  Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan.Pada saatdibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter. 
            Buah kopi  terdiri dari daging buah dan biji.  Daging buah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan kulit luar (exocarp),  daging buah (mesocarp), dan  kulit tanduk (endocarp) yang tipis, tetapi keras.  Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis.  Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsuran surmenjadi hijau kuning, kuning,  dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali.  Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya agak manis.   Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga  (Najiyati dan Danarti 2006).  Kulit biji atau endocarp yang keras biasa disebut kulit tanduk.
            Kopi merupakan sumber pendapatan untuk lebih 125 juta masyarakat di 52 negara berkembang.  Sekitar 25 juta orang yang sebagian besar adalah usaha kecil menengah menanam kopi pada 11,8 juta ha lahan, menghasilkan 6,6 juta ton kopi per tahun.  Seperempat kopi yang ditanam dikonsumsi di negara asal dan tiga perempatnya diperdagangkan secara global.   Kopi merupakan  komoditas  ke-2 terbesar yang diperdagangkan di dunia  setelah minyak. Buahkopi dipetik kemudian diubah menjadi biji kopi yang siap diekspor dalam rantai perdagangan global.  Biji kopi diolah menjadi kopi bubuk, dikemas,  dan dijual kepada konsumen setelah tiba di negara pengimpor. 
            Pemeliharaan tanaman baik pada saat belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan tidak selamanya berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di kebun, sehingga pada praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain bisa saja berbeda. Begitu juga antara tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang, urutan pelaksanaan pemeliharaan berbeda. Adapun cara pemeliharaan kopi adalah:
1.                  Pengendalian gulma
            Cara pengendalian gulma yang digunakan disesuaikan dengan sarana dan tenaga yang tersedia. Kombinasi antara cara mekanis dan pemberian mulsa merupakan cara yang dianjurkan. Pekerjaan pengendalian gulma meliputi: pembabatan apabila perlu, pencangkulan ringan pada saat menjelang pemupukan dan pemberian mulsa pada saat menjelang musim kemarau. Untuk mengendalikan gulma khusus seperti alang-alang (Imperata cylindrica), mikania dan teki sebaiknya dilakukan secara mekanis dan kimia (herbisida). Pengendalian secara kimia untuk alang-alang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu blanket spraying (penyemprotan menyeluruh), spot spraying (penyemprotan setempat) dan wiping (penyemprotan).

2.                  Pemupukan
            Pemupukan tanaman menghasilkan bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebuh dahulu.  Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur-unsur hara didalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis-jenis unsur hara secara tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan (Setyamidjaja, D, 2006).
            Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim, yang tidak menguntungkan.  Selain itu pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi hingga akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit ( Pahan, I, 2006).

3.                  Penyiraman
            Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.

4.                  Penyiangan
            Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu praktikum        : 25 September 2014
·         Tempat praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan adalah tanaman kopi robusta yang berada pada kebun percobaan Agronomi. Alat yang digunakan adalah mistar dan alat tulis.

3.3  Cara Kerja
Urutan pekerjaan yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi:
1.      Melakukan pengukuran pada tanaman dengan peubah/parameter sebagai berikut:
·         Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dengan cara mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai bagian tunas paling ujung. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pada ketinggian ± 3 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Luas Daun (cm2)
Luas daun diukur terhadap 3 sampel daun yang diambil dari ujung, tengah dan pangkal batang. Kemudian data yang diperoleh digunakan untuk mencari luas daun dengan cara mengalikan panjang (cm) kali lebar (cm) dan angka tersebut dikalikan faktor koreksi 85% (0,85). Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·         Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung terhadap daun yang telah membuka sempurna terhadap seluruh daun. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
2.      Melakukan penggemburan dan penyiangan dengan menggunakan sabit/cangkul terhadap tanaman yang ditanam bersamaan pada waktu pengamatan
3.      Melakukan pengendalian gulma dengan menyemprotkan herbisida jika diperlukan

3.4  Sifat-sifat yang Diamati
·         Tinggi tanaman
·         Diameter batang
·         Luas daun
·         Jumlah daun
























IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum/Data Pengamatan

Tanggal Pengamatan
Variabel Pengamatan
Tinggi
Tanaman (cm)
Diameter
Batang (cm)
ILD
(p x l x 0.85)(cm2)
Jumlah
Daun (helai)
25/09/2014
50
0.4
32.27
24
09/10/2014
52
0.5
42.51
21
23/10/2014
54
0.5
41.2
24
06/11/2014
54.5
0.5
40.37
23
20/11/2014
55.5
0.5
48.72
26
04/12/2014
55.5
0.5
42.20
27

4.2  Analisis Hasil/Analisis Statistik




V.                PEMBAHASAN

            Pada pengamatan praktikum tentang pemeliharaan tanaman kopi, yaitu kopi robusta, ada beberapa hal yang diamati sebagai indikasi pertumbuhan yang diamati setiap 2 minggu sekali. Peubah atau variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, dan jumlah daun.
            Dari data pengamatan diperoleh hasil bahwa tinggi tanaman mengalami peningkatan dari minggu pertama yaitu 50 cm, kemudian 52 cm, 54 cm, 54,5 cm, kemudian konstan 55,5 cm sampai pengamatan ke-6. Begitu pula denga diameter batang yang minggu pertama 0,4 cm menjadi 0,5 cm sampai pengamatan ke-6. Diikuti dengan luas daun dan kemudian jumlah daun.
            Peubah yang diamati tersebut belum sesuai dengan kaidah pertumbuhan pada tanaman, yang kurva nya berbentuk menaik, kontan, dan menurun.
            Kemungkinan yang terjadi adalah human error atau kesalahan praktikan saat melakukan pengukuran.
            Pada masa-masa pemeliharaan juga selain melakukan pengukuran, kita juga perlu memperhatikan daerah tumbuh tanaman kopi agar tidak terganggu dengan gulma yang tumbuh disekitar area pertanaman. Hal-hal yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan pembersihan secara manual, maupun dengan penyemprotan apabila diperlukan.















VI.             KESIMPULAN

            Tanaman yang masih muda perlu diperhatikan pertumbuhannya karena inilah masa-masa tanaman mulai berproduksi dan sering terkena serangan hama dan penyakit.
            Pengendalian tanaman yang terserang yang dilakukan ada bermacam-macam. Mulai dari pengendalian secara hayati , mekanik, atau dengan menggunakan bahan kimia, misalnya dengan menggunakan pestisida.


DAFTAR PUSTAKA

Pahan, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
            Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja,D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya Panen Dan Pengolahan.Edisi revisi.        Kanisius, Yogyakarta.
Sri Najiyati dan Danarti. 2004 . Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Tapanulli Coffea, 2006.Sejarah Tanaman Kopi. http://www.TapanulliCoffea.com. ( 20 Des          2014 ).
Warintek Progessio, 2006. Tentang Tanaman Kopi. http://www.Plantations.Padma.Ws, akses       20 Des 2014

Acara 2. Pengisian Polibag dan Pembuatan Media


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
           Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka. Sedangkan, media tanam yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik.
           Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan antara berbagai media tanam itu berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.

1.2  Tujuan Praktikum
            Selesai melaksanakan kegiatn praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·         Mengisi polibag dengan media tanah dengan benar.
·         Membuat media dengan benar.
·         Menyusun polibag dengan benar.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
            Mengetahui peranan dan komposisi media tanam pada proses pertanaman berbagai macam tanaman.










II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
Beberapa media perakaran stek yang dilakukan adalah tanah subsoil, tanah topsoil, pupuk kandang, dan kompos. Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman didalam pembibitan. Peranan dari pupuk kandang ini dapat mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, dan meningkatkan kapasitas tahan kation tanah. Disamping itu pupuk kandang dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, dan dapat memperbaiki sifat - fisik dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.
            Suwardjono, (2003) mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehinga, dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk kandang antara lain (1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (3) melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, (4) memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, dan (5) membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.
            Pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan P karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin, 2003).
            Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik (Anwar, 2006).


III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu Praktikum        :
·         Tempat Praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
            Alat-alat yang digunakan antara lain : cangkul, ember, sekop kecil, gunting, pisau. Bahan-bahan yang digunakan antara lain : air, tanah, pupuk kandang, pasir, air/sekam padi, polibag (15 x 20 cm, 20 x 30 cm, 30 x 40 cm).

3.3  Cara Kerja
·         Mengambil tanah bagian atas (lebih kurang ketebalan 25 cm dari permukaan).
·         Mengambil juga pupuk kandang dan sekam padi.
·         Mencampurkan tanah bagian atas tersebut dan pupuk kandang dan sekam padi secara merata dengan perbandingan 1 : 1 : 1, berdasarkan volume; misal; 1 ember tanah lapisan atas dan 1 ember pupuk kandang dan 1 ember sekam padi.
·         Mengambil polibag dan membuat lubang (jika polibag belum dilubangi) pada masing-masing sisi polibag lima lubang, tinggi lubang ±6 cm dari dasar polibag.
·         Menggunting sudut-sudut polibag sehingga terjadi dua lubang dan dibalikkan permukaan polibagnya.
·         Memasukkan media tersebut ke dalam wadah polibag.
·         Mengisi polibag ½ bagian dan dijatuhkan/dihentakkan ke tanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampai dua pertiga bagian dijatuh-jatuhkan kembali tiga kali, selanjutnya diisi sampai penuh.
·         Menyusun media polibag pada bedeng-bedeng pembibitan.
·         Menyiram media tanam sampai lembab.
·         Media dalam wadah siap ditanami dengan bahan tanaman yang tersedia.





IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum
                                       


V.                PEMBAHASAN

            Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa perbaikan
peredaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butiran air hujan. Dengan demikian tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang jelek tentunya sebaliknya engan keadaan diatas. Dan kegiatan yang berupa pengolahan tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah.
 Di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis hewan dan mikroorganisme, dari yang berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan protozoa/invisibee mikro-biota) hingga biota yang berukuran sangat besar seperti cacing tanah, kutu, tikus, kaki seribu dan megafauna. Aktivitas biologi organisme tanah terkonsentrasi di topsoil. Komponen biologi menempati tempat yang tipis atau halus (<0.5%) dari total volume tanah dan membuat kurang dari 10% total bahan organik tanah. Komponen hidup ini terdiri dari akar tumbuhan dan organisme tanah.


VI.             KESIMPULAN
            Komposisi media tanam harus disesuaikan dengan karakteristik dari tanaman yang akan ditanam. Selain itu, media tanam dengan komposisi yang tepat akan sangat membantu dalam pertumbuhan akar, dan menjadi media tanam yang kaya akan sumber hara yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan.















DAFTAR PUSTAKA


Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet Sei   Putih. http:// www.ipard.com/ art_ perkebun/ MANAJEMEN %20 DAN%20        TEKNOLOGI%20 BUDIDAYA%20 KARET. pdf [20 Des 2014].
Hartman dan Kester, 1983. Plant propagation Principle and Practise Prentice Hall            Internasional Inc Engelwoods Clifs New Jersy 253-341
Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersediaan dan serapan N dan P serta hasil tanaman       jagung melalui inokulasi mikoriza, azotobacter dan bahan organic pada ultisol.          Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89.
Suwarjono, 2003. Pengaruh beberapa Jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan    produksi kacang tanah.
 Acara 3. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Cara Cangkokan



I.                   PENDAHULUAN
                                                                  
1.1  Latar Belakang Masalah/Praktikum
            Didalam dunia pertanian dikenal dua model perbanyakan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan penyemaian biji, sedangkan pada perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi, sambung, susuan dan pemisahan.
            Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).
            Salah satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil. Selain itu, pada tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).
            Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang berbeda, sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).







1.2  Tujuan Praktikum
            Selesai melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·         Memahami bahwa cara cangkokan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·         Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara cangkokan.
·         Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang benar dalam mencangkok dari berbagai jenis tanaman.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
            Mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan cangkok berbagai jenis tanaman.






















II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Mencangkok adalah teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada dipohon induk (Prastowo, 2006).
            Cangkok adalah proses perbanyakan tanaman dengan cara melukai cabang tanaman dan menutupnya dengan media cangkok, kemudian dari luka tersebut muncul akar (Ambarwati, 2007).
            Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok yaitu produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya. Dan tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Sedangkan kerugian pembibitan dengan sistem cangkok yaitu pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong, dan dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini (Prastowo, 2006).
            Media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah (1:1). Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga (Prastowo, 2006).
            Pembungkus cangkok sangat dianjurkan untuk memakai pembungkus plastik. Kelebihan memakai plastik yaitu relatif lebih murah dan mudah diperoleh; kedap air sehingga media tetap basah dan tak perlu disiram; pembungkus dari plastik mudah dilepas; akar-akar yang baru tumbuh dalam cangkokan tidak akan putus karena tidak melekat di plastik (Rahardja & Wahyu, 2007).
            Akar yang akan dicangkok harus berukuran sebesar pensil, usia sedang dengan tanda warna kulit kayu abu-abu putih, tidak hijau, dan tidak cokelat. Ranting harus dipilih yang sehat, tidak ada tanda-tanda kena amur atau serangan hama. Pengupasan kulit kayu akan memutus aliran zat makanan dari daun, sehingga zat makanan akan menumpuk di dekat sayatan atas dan merangsang pertumbuhan akar (Rahardja & Wahyu, 2007).

III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu Praktikum        :
·         Tempat Praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
            Bahan-bahan yang digunakan yaitu: berbagai jenis tanaman buah-buahan (jambu air, mangga, salak, jeruk, dll) dan tanaman hias (bougenville), tanah/tanah bakar, pupuk kandang, mos, air, ZPT, sabut kelapa, plastik hitam/putih, tali rafiah, plastik label, spidol permanent. Adapun alat-alat yang dipakai adalah : gunting stek, pisau/cutter, ember, hand sprayer.

3.3  Cara Kerja
·         Menentukan pohon induk, jangan terlalu muda atau terlalu tua.
·         Sudah pernah berbunga (tanaman hias) dan berbuah (tanaman buah).
·         Tumbuh kuat dan subur, tidak terserang hama penyakit.
·         Mempunyai banyak cabang.
·         Memilih cabang, ukurannya tidak terlalu besar (sebesar kelingking atau pensil).
·         Bentuk cabang tegap dan mulus, dan berwarna coklat muda.
·         Panjang cabang antara 20-30 cm. Jumlah daun cabang harus banyak.
·         Cabang mengarah ke atas atau ke samping.
·         Menyayat dan mengupas kulit kayu. Besar kecilnya sayatan disesuaikan dengan diameter cabang/batang. Cabang kecil sayatan ± 2cm arah vertikal, cabang besar sayatan > 2 cm, sepertiga cabang arah horizontal. Sayatan berada tepat di bawah kuncup daun.
·         Mengerok kambium. Membungkus cangkokan.
·         Pemeliharaan cangkokan yang paling utama adalah menjaga kelembaban media. Dalam pemeliharaan setiap hari jika tidak ada hujan untuk cangkokan yang menggunakan sabut kelapa, sedangkan yang dibungkus plastik tidak perlu disiram hingga cangkokan berakar. Akar biasanya baru keluar 2 bulan setelah dibungkus (tergantung jenis tanaman).
3.4  Sifat-sifat yang Diamati
·         Melakukan pengamatan terutama pada akarnya, apakah sudah tumbuh (± 2 bulan).
IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum
No
Tanaman yang Dicangkok
Panjang Akar setelah 2 bln
1
Lengkeng
2 cm
2
Jeruk Kalamansi
8 cm
3
Pucuk Merah
4 cm
















V.                PEMBAHASAN

            Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Air dan mineral tetap diangkut melalui xylem ke tunas / cabang yang dicangkok. Dengan demikian, hasil perbanyakan dengan  cara mencangkok lebih tinggi daripada hasil perbanyakan denga stek. Ada 2 macam cara mencangkok yang sering dilakukan pada tanaman tertentu.
            Dalam mencangkok, dapat diberikan Rooton F yang berfungsi sebagai salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran pada tanaman yang sulit untuk mengeluarkan akar.
            idalam perlakuan pencangkokan tanaman menggunakan pembungkus atau pembalut yang digunakan sebagai media perakaran. Bahan pembungkus atau pembalut yang digunakan dalam praktikum yaitu serabut kelapa dan plastik. Perlakuan tersebut dilakukan bertujuan untuk menahan media yang digunakan dalam cangkokan, memepertahankan kelembapan akar dan agar mendapatkan hasil dengan baik dengan waktu yang relatif lebih cepat juga untuk menghindari terkena cahaya langsung, sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan sehat dalam keadaan gelap dan lembab. Untuk cangkokan umumnya menggunakan bahan dari sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokan dapat berhasil dengan baik dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis, selain itu untuk bahan pembungkus media dapat pula dengan menggunakan plastik. Sedangkan dari media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopeat atau serbuksabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula dugunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah. Dan untuk merangsang pertumbuhan akar harus memilki porus sehingga mudah ditembus akar-akar muda, ringan agar tidak membebani batang yang dicangkok, mampu menahan air sehingga media cukup lembap.
            Dalam melakukan pencangkokan membutuhkan persyaratan agar mendapatkan hasil yang baik dan maksimal, baik dari segi fisik maupun lingkungan sekitarnya. Beberapa persyaratan antaralain; tiadak dapat dibiakkan dengan cara layarage lain, kemudian dari segi pemilihan batang yaitu memiliki batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi dengan pemilihan pohon induk dari tanaman induk yang sehat dan kuat dipilih dari varietas yang telah dikenal sifat buah yang diinginkan. Pohon induk dipilih dari pohon yang bentuk cabangnya lurus, panjang cabang kira-kira sebesar jari telunjuk orang dewasa dan sebaiknya dipilih cabang atu dahan yang telah berumur satu tahun. Selain dengan persyaratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal antaralain; pelaksanaan mencangkok sebaiknya dilakukan pada waktu musim penghujan agar meringankan pemeliharaan terutama dalam hal penyiraman. Pemilihan batang cangkok, sebaiknya batang cangkoan jangan diambil dari pohon induk yang terlalu tua karena biasanya dahan pohon induk kurang baik untuk dicangkok juga jangan mengambil dari pohon yang terlalu muda karena sifatnya kebanyakan belum terlihat. Kemudian dari segi pemeliharaan, jika pencangkokan dilakukan pada musim kemarau sebaiknya bibit disiram dua kali sehari. Pada musim penghujan penyiraman dilakukan seperlunya sesuai dengan situasi untuk mempercepat pertumbuhan akar.
            Dalam melakukan pencangkokan haruslah mengerti bagaimana cara pencangkokan yang benar juga harus diperhatikan cara pengikatan yang benar agar hasilnya sesuai keinginan dan maksimal. Langkah awal yaitu dengan mengikat lembar plastik atau sabut kelapa dibagian bawah keratan dengan tali rafia. Lembaran plastik atau sabut kelapa dilipat keatas hingga membentuk kantong, kantong yang terbantuk diisi dengan tanah yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang dengan posisi menutup luka sayatan seluruhnya dan setelah kantong berisi tanah diikat beberapa sentimeter diatas keratan, pengikatan jangan terlalu erat atau terlalu renggang.
VI.             KESIMPULAN

            Melakukan perbanyakan vegetatif tanaman dengan cara mencangkok harus memperhatikan karakteristik tanaman yang ingin dicangkok, serta kebersihan dari alat-alat yang digunakan untuk mencangkok. Karena hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan cangkokan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Siti. 2007. Budi Daya Tanaman Hias. Ganeca Exact: Bandung.
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman        Buah. World Agroforestry Center: Bogor.
Rahardja, P.C. dan Wahyu Wiryanta. 2007. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.           AgroMedia Pustaka: Jakarta.
Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan.  Penerbit ITB, Bandung.
Wudianto, Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Acara 3. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Stek (Cutting)



 

I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembanyakan secara vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: stek atau cutting, okulasi, penyambungan, dan cangkok. Perbanyakan stek tidak memerlukan teknis yang rumit yang dimana dalam perbanyaka tanaman stek ini mempunyai keunggulan yaitu dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya.
Menyetek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian-bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang, namun pada beberapa tanaman seperti Sansiveira sp. dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang sama. 

1.2  Tujuan Praktikum
            Selesai melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·         Memahami bahwa cara stek adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·         Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara stek.
·         Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang benar dalam menyetek dari berbagai jenis tanaman.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
            Mahasiswa memiliki keahlian untuk melakukan stek .


II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama (Adinugraha, 2007). Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat diperbanyak menjadi beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang seragam (Hidayat, 2010).
            Reproduksi vegetative secara buatan adalah terjadinya individu baru(tanaman baru) karena tindakan manusia (Abdullah, 2007). Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan tanaman yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu (Rukmana, 2012).
            Stek adalah reproduksi vegetative suatu tumbuhan dari potongan batang, daun, daham, atau ranting, yang kemudian ditanam. Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada umumnya dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman (Abdullah, 2007).
            Beberapa teknik stek yang dapat digunakan adalah stek daun, stek batang, dan stek akar (Hidayat dan Sri, 2009). Peranyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Setek yang baik untuk ditanam harus berasal dari induk yang sehat. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat mempengaruhi hasil panen karena tingkat kesuburan dan pertumbuhan tidak merata (Melati dan Rusmin, 2008).
            Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya.
            Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat- sifat lainya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Wudianto, 1998).
            Stek batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek batang dan stek pucuk adalah yang menggunakan batang dan pucuk stek. Stek batang adalah pembiakan tanaman yang menggunakan bagian batang agak tua dengan memotong bagian pucuknya yang dipisahkan dari induknya. Stek batang ini diambil dari bagian tanaman yang ortotrop dan mengharapkan tumbuhnya tunas dari kuncup – kuncup tunas yang tumbuh di ketiak tanaman.
            Stek batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian batang sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits (1988), stek batang pucuk ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang kokoh dan lurus keatas.
            Keuntungan dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988). Dengan demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih pohon-pohon unggul dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta mudah penanamannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek, Yasman dan Smits (1988) menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya 1 cm dibawah buku (node) karena sifat anatomis dan penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut adalah lebih baik untuk perakaran stek.








III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu praktikum        : Oktober 2014
·         Tempat praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
           Tanaman/cabang Bougenville, Sansevera, lada perdu, Rootone F, Atonik,  tanah, pupuk kandang, pasir, aquades, plastik bening, ember, tali rafia, paku, meteran ukuran 5 m, polibag hitan, pisau okulasi.

3.3  Cara Kerja
·         Pemilihan bahan tanam dari induk yang sehat, tidak ada gejala penyakit serta warnanya hijau, pilih cabang yang berasl dari cabang orthotrop/tunas wiwilan/air/buku dari sulur panjat dan atau cabang buah/daun.
·         Penyiapan media tanam untuk stek adalah campuran tanah top soil, pupuk kandang, pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1, atau 2 : 1 : 1. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polibag/pot wadah plastik (nampan) yang telah disediakan, kemudian disiram hingga jenuh air dan dibiarkan beberapa saat.
·         Pembuatan stek.
Stek Pucuk.
o   Memilih cabang yang mempunyai diameter 0,5 cm, masih muda yang mempunyai pucuk.
o   Memotong cabang 10-15 cm dengan sudut 450 tepat di bawah tangkai daun.
o   Daun-daun bagian bawah dibuang dan disisakan 2 hingga 4 helai daun pada bagian pupuk (daunnya dibuang separuh).
o   Setelah dipotong stek pucuk direndam atonik 10 cc/liter selama 20 menit, atau diolesi dengan Rootone F setelah dibuat pasta pada bagian potongan stek.
Stek Daun
o   Memilih daun yang berwarna hijau dari tanaman hias, yang berdaun tebal berdaging, dipilih yang telah cukup umur.
o   Memberikan Rootone F, Atonik untuk merangsang pertumbuhan akar.

Stek Cabang/batang
o   Memotong stek dari cabang terpilih dengan panjang 15-30 cm, sedangkan stek yang digunakan untuk lada perdu adalah stek cabang buah (2-4 helai daun).
o   Memotong pangkal stek dengan sudut 450 di bawah buku dari sulur panjat ± 1 cm.
o   Stek kemudian direndam dalam air hingga saat tanam.
o   Sebelum ditanam pangkal stek pada bidang potongnya dioleskan Rootone F yang telah berbentuk pasta atau direndam atonek 10 cc/liter selama 20 menit, dan pada bidang potongan bagian atas diolesi dengan lilin/kapur.

3.4  Sifat-sifat yang Diamati
·         Tinggi tunas (cm) ; yang diukur mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh tertinggi, yang dilakukan pada akhir (6 bulan).
·         Jumlah cabang ; dengan menghitung jumlah cabang yang tumbuh, yang dilakukan pada akhir percobaan (6 bulan).
·         Jumlah daun (helai); dengan menghitung semua daun yang telah membuka sempurna, dilakukan pada akhir percobaan (6 bulan).
















IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum
No
Tanaman yang Dicangkok
Sifat yang Diamati (Minggu ke 6)
Tinggi Tunas
Jumlah Cabang
Jumlah Daun
1
Bougenville
10 cm
1
4 helai
2
Lada Perdu
-
-
2
3
Sanzevera
-
-
-


V.                PEMBAHASAN

            Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit.
            Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, dsb sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat rendah. Faktor-faktor yang keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman:
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi.
Pada praktikum ini, perbandingan komposisi media 1 : 2 : 1. Media-media yang digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir, kompos, dan arang sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan adalah media yang mengandung campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1 : 2 : 1 (1 pasir : 2 kompos : 1 arang sekam). Hal itu disebabkan karena karena pada bagian tengah memiliki C/n yang ideal sehingga memberikan respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang tinggi menunjukkan kandungan karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan akar serta  media kompos mengandung banyak bahan organik yang berasal dari daun – daun yang membusuk sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bahan stek. Sedangkan pada media yang mengandung pasir atau arang sekam lebih banyak dibandingkan kompos hanya menghasilkan jumlah akar dan panjang akar lebih sedikit.
Pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh lebih mudah di iringi dengan pergerakan auksin yang lebih lancar. Pada perlakuan memotong daun 45˚ terdapat banyak akar daripada memotong daun 180˚, hal ini menunjukkan bahwa semakin datar permukaan setek maka potensi utmbuhnya akar akan lebih kecil. Sehingga dalam penyetekan permukaan batang stek harus di sesuaikan (Adit, 2012).























VI.             KESIMPULAN

            Peranyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil.
























DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M, dkk. 2007.Ipa Terpadu SMP dan MTs Jilid 3a. Jakarta:esis
Adinugraha, H. A, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk dari Tunas Hasil Pemangkasan   Semai Jenis Eucalypus pelilita F. Muell di Persemaian. Pemuliaan Tanaman Hutan,           1(1)
Adit, R. 2012. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Stekhttp://rezer-             adt.blogspot.com/2012/11/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-stek.html. Diakses 20   Desember 2014
Hidayat, S dan Sri. W. 2009. Seri Tumbuhan Obat Berpotensi Hias(2). Jakarta: PT Elex    Media Komputindo
Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Sekunder, Tersier Stek Batang Bibit Surian             (Toona sinensis Roem). Wana Mukti Forestry Research, 10 (2): 1-8
Melati dan D. Rusmin. 2008. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Mutu dan Pertumbuhan              Setek Nilam Berakar (Pogostemon cablin Benth) selama Penyimpanan. Littri, 14(1) :     1-6
Rukamana, R. 2012. Bugenvil. Cetakan ke 13. Yogyakarta: Kanisius
Wudianto, 1998. Membuat stek cangkok .Cangkok dan Okulasi PT.Penebar Swadaya Jakarta
Yasman dan Smits, 1988. Metode Pembuatan stek. Badan Peneliti kehutanan Samarinda.
 Acara 5. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Okulasi (Budding)


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Kebutuhan akan tanaman dengan sifat yang baik semakin meningkat. Kebutuhan ini bila tidak diimbangi dengan penyediaan tanaman berkulitas dalam waktu cepat akan menimbulkan masalah. Selain itu rendahnya kemampuan menghasilkan tanaman dalam waktu cepat akan menurunkan nilai ekonomis dari pertanian. Oleh karena usaha-usaha diluar batas konvensional harus segera dilakukan untuk mengatasi hal ini.
            Pengembang biakan tanaman dalam hal ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional. Pengembangbiakan dengan cara konvensional seperti menggunakan biji akan membutuhkan waktu lama dan sifat dari tanaman baru yang dihasilkan akan berbeda dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode pengembangbiakan vegetatif menjadi jawaban dari masalah ini. Pengembang biakan vegetatif adalah pengembangbiakan yang dilakukan secara tidak kawin yaitu menggunakan organ vegetatif dari tanaman.
            Keunggulan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan individu baru cepat dan individu yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode ini adalah metode yang mampu menjawab masalah sebelumnya, karena dengan metode vegetatif ini pembiakan tanaman tidak perlu menunggu tanaman melakukan penyerbukan terlebih dahulu dan juga bisa menjamin bahwa hasil dari tanaman yang dihasilkan memiliki sifat sama dengan tanaman induk.        
            Salah satu metode dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah metode okulasi. Metode okulasi atau disebut juga metode Budding adalah metode pengembangbiakan tanaman dengan cara lateral grafting dengan menggunakan satu mata tunas sebagai batang atas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sifat-sifat baik / unggul yang dimiliki batang atas. Adapun pelaksanaannya dengan menyisikan mata tunas pada batang bawah diantara kedua buku. Bagan batang bawah diatas sisipan mata tunas dihilangkan agar mata tunas ini mempunyai kekuatan tumbuh untuk membentuk ujung batang baru sebagai pengganti bagian batang bawah yang telah dihilangkan.






1.2  Tujuan Praktikum
            Selesai melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·         Memahami bahwa cara okulasi adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·         Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara okulasi.
·         Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang benar dalam mengokulasi dari berbagai jenis tanaman.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
            Mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan okulasi.























II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi (Tim Penulis PS, 2008).
            Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon induknya, yaitu mata tunas. Mata tunas yang sudah dipisahkan dari induknya tidak akan dapat hidup tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata tunas ini disebut batang bawah (Tim Penulis PS, 2008).
            Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas (entres) (Prastowo, 2006).
            Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi. Karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Diatas jam 12 siang daun mulai layu. Tetapi ini bisa diatasi dengan menempel ditempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung (Prastowo, 2006).
            Okulasi merupakan tempelan mata tunas suatu tanaman yang sudah diketahui lebih unggul kepada bibit atau batang tanaman lain yang hendak diperbaiki kualitasnya. Grafting merupakan penyambungan bagian tanaman ke tanaman jenis lain yang akan diperbaiki kualitas-nya . seperti halnya pada okulasi, kedua tanaman yang disambung sudah diketahui kelebihan atau keunggulannya (Mangoendidjojo, 2003).
            Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang disambung atau ditempelkan disebut batang atas (scion). Bila scion merupakan sepotong batang atas atau cutting, proses penggabungan antara batang bawah dan batang atas tersebut disebut grafting. Bila scion hanya berupa satu mata tunas yang digabungkan dengan batang bawah secara penempelan, proses penggabungan tersebut dinamakan okulasi atau budding (Mangoendidjojo, 2003).
            Grafting dan budding merupakan cara pembiakan tanaman secara vegetatif untuk membentuk populasi tanaman secara klonal, bila cara penyetekan tidak dapat dilakukan. Ada beberapa tanaman yang dapat dengan mudah dilakukan penyetekan, tetapi ada pula tanaman yang lebih mudah dibiakan dengan penyambungan atau penempelan(Mangoendidjojo, 2003).




























III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu praktikum        : November 2014
·         Tempat praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan adalah benih mangga dan rambutan. Mata tunas dari berbagai macam benih mangga dan rambutan (sebagai entres), plastik pembungkus/tali rafia, vaselin, polibag ukuran 30 cm x 40 cm, kertas label. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi/cutter, batu asah, kain lap.

3.3  Cara Kerja
           Teknik okulasi yang digunakan pada praktek adalah teknik okulasi segi empat. Tahapan okulasi segi empat adalah sebagai berikut:
·         Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.
·         Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
·         Selanjutnya mata tunas ditempelkan pada batang bawah, pada bagian luka dioles dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.
·         Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil.mati.

3.4  Sifat-sifat yang Diamati
·         Persentase okulasi jadi (%)
·         Panjang tunas (mm)
·         Jumlah daun (helai)
·         Diameter tunas (mm)

IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum

No
Tanaman yang di Okulasi
Sifat-sifat yang diamati minggu ke 6
% okulasi jadi
Panjang tunas
Jumlah daun
Diameter tunas
1
Mangga
100%
2 cm
1
0,2 cm
2
Rambutan
-
-
-
-

Cara okulasi.jpg




V.                PEMBAHASAN

      Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2) mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Menurut Sumarsono (2002), Stadia entres berpengaruh terhadap pertumbuhan batang bawah. Pertambahan batang bawah yang diokulasi dengan entres muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi dengan entres agaktua dan tua bertambah sebnayak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas.  Perbanyakan Batang Bawah   Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari  pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik  tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman  batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995).
Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi keberhasilan dalam okulasi, faktor tersebut adalah faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan oksigen sangat berpengaruh dalam keberhasilan penyambungan dan okulasi. Faktor berikutnya adalah serangan penyakit yang menyebabkan kegagalan okulasi meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan dan kelembapan yang tinggi (Santoso, 2006).











VI.             KESIMPULAN

            Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas.  Perbanyakan Batang Bawah   Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari  pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik  tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman  batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji.



DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman        Buah. World Agroforestry Center: Bogor.
Santoso, B. 2006. “Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi”. Jurnal Penelitian Hutan          Tanaman, 3(3):165-173.
Sumarsono, Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan Model Mata        Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian, (7) 1.
Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Niaga Swadaya: Jakarta.
 Acara 6. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Sambungan (Grafting)


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
          
            Perbanyakan generatif sudah sangat umum dijumpai, bahan yang digunakan adalah biji. Biji-biji ini biasanya sengaja disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, tapi bisa juga tanpa disengaja biji-biji yang dibuang begitu saja dan oleh alam ditumbuhkan untuk menjadi tanaman baru. Tentu saja tanaman baru hasil buangan ini bisa dijadikan bibit, apabila diketahui segala sifat-sifat kelebihannya. Ini untuk menghindari agar tidak kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah misalnya.
            Untuk menghindari rasa buah yang mengecewakan, bisa saja memanfaatkan tanaman hasil buangan itu sebagai tanaman batang bawah. Batang atasnya dapat menggunakan tanaman sejenis yang diketahui sifat-sifat unggulnya (untuk tanaman buah-buahan) atau warna bunganya (bagi tanaman hias bunga) dan kecepatan pertumbuhan serta kelurusan batang pohon (untuk tanaman kehutanan) perbanyakan dengan cara ini kita sebut dengan perbanyakan Sambungan (Grafting).
            Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang-kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman yang tidak menghasilkan biji atau jumlah bijinya sedikit. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif maka orang mulai memindahkan perhatiannya keperbanyakan vegetatif.

1.2  Tujuan Praktikum
            Selesai melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·         Memahami bahwa cara sambungan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·         Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara sambungan.
·         Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang benar dalam menyambung dari berbagai jenis tanaman.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
            Mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan sambungan / grafting.
II.                TINJAUAN PUSTAKA

          Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
            Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1.      Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2.      Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3.      Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing
            Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman. Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang sempurna. Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu benih atau bibit dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro (naungan), serta keterampilan sumber daya manusia, di samping pemeliharaan setelah penyambungan ( Firman, C dan Ruskandi, 2009 ).
            Metode penyambungan yang umum dilakukan adalah sambung pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak dilakukan dengan hasil baik adalah sambung celah (cleft graft) dan sambung baji (webge graft). Penyambungan dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang diberikan oleh Hartman dan Kester (1975), yaitu bahan tanaman yang disambung secara genetik harus serasi (kompatibel), bahan tanaman harus berada dalam kondisi fisiologi yang baik,  seluruh bidang potong harus terlindung dari kekeringan,  kombinasi masing-masing bahan tanaman harus terpaut sempurna, dan tanaman hasil sambungan harus dipelihara dengan baik selama waktu tertentu ( Firman, C dan Ruskandi, 2009 ).
            Penyambungan dilakukan dengan cara menyelipkan batang atas pada belahan batang bawah. Pangkal entres dimasukkan sepenuhnya dalam celah batang bawah sehingga tidak tersisa rongga yang dapat menghambat proses penyatuan sambungan. Pembalutan sambungan dimulai dari bagian yang disambung sampai ujung entres dengan dililit lembaran plastik lebar 3- 5 cm, kecuali bagian ujung entres. Pembalutan dimulai dari bawah ke atas, dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada celah yang terbuka, terutama pada bagian yang disambung. Daun yang tersisa dipotong sebagian atau dua pertiga bagian (Firman, C dan Ruskandi, 2009).
            Pengetahuan dan pengalaman dalam teknik penyambungan tanaman buah harus dimiliki. Teknik penyambungan yang harus dikuasai adalah okulasi, sambung pucuk, dan susunan. Teknik perbanyakan tanaman buah secara vegetatif sebenarnya tergolong mudah dilakukan, tetapi sering gagal karena kurangnya keterampilan dalam melakukannya ( Endan, J, 2002 : 100 ).
            Pemeliharaan sambungan yang utama adalah penyiraman setiap pagi dan sore dengan menggunakan embrat. Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah penyiangan rumput yang tumbuh dalam polibeg dan pemberantasan hama dan penyakit bila ada. Untuk memacu pertumbuhan tanaman hasil penyambungan dilakukan pemupukan N, P, K, atau pupuk daun ( Firman, C dan Ruskandi, 2009 ).
            Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting) ( Tambing, Y dan Hadid, A, 2008 ).













III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
·         Waktu Praktikum        : November 2014
·         Tempat Praktikum       : Laboratorium Agronomi

3.2  Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan adalah : tanaman durian dan bougenville, plastik pembungkus/tali rafia, vaselin, polibag ukuran 30 cm x 40 cm, kertas label. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi/cutter, batu asah, kain lap.

3.3  Cara Kerja
·         Memilih bahan sambungan/ yang mempunyai umur hampir sama antara batang atas dan batang bawah, membuat potongan pada batang atas maupun dengan batang bawah dengan bentuk sambungan baji atau baji terbalik.
·         Memasukkan batang atas yang telah dibuat bentuk sambungan tadi ke dalam batang bawah.
·         Mengikat pada bagian sambungan dengan menggunakan plastik dan diusahakan tidak bergeser sambungan yang diikat.
·         Setelah itu, polibag tanaman diletakkan di bawah naungan dan dipelihara (siram).

3.4  Sifat-sifat yang Diamati
·         Presentase sambungan jadi
·         Tinggi tunas
·         Diameter tunas








IV.             HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1  Hasil Praktikum

No
Tanaman yg Disambung
Sifat yang Diamati
% Sambungan Jadi
Tinggi Tunas
Diameter Tunas
1
Durian
0
-
-
2
Bougenville
100%
7 cm
0,4 cm


frutas 104.jpg
sampung_pucuk_durian.jpg
















V.                PEMBAHASAN

            Menyambung atau okulasi dalam pelaksanaanya memerlukan tehnik dan cara yang khusus, yaitu memilih tanaman adenium yang akan disambung, sebelum melakukan penyambungn hal pertama yang di lakukan adalah memilih dan menentukan tanaman yang akan di sambung, dengan memenuhi beberapa kriteria seperti  tanaman harus sevarietas, tidak terlalu tua dan tidak terlalu mudah, tanaman yang sehat, dalam melakukan mekanisme kerjanya memotong bagian tanaman yang akan di sambung, setelah memotong bagian bawah tanaman tersebut memotong dengan bentuk huruf V atau miring ( / ) usahakan potongannya cukup sekali potong agar tidak terjadi goresan pada potongan tersebut, tanaman bagian atas juga di potong tetapi bentuknya lancip, potongan usahakan bisa masuk pas dengan potongan bagian bawah. Batang atas dan bawah yang sudah di potong tersebut ditempelkan dengan pas kemudian pada sambungan tersebut di ikat dengan plastik transparan dengan kencang dan rapat, kemudian setelah di ikat pada tanaman bagian atas di buang daun yang tidak perlu, tinggalkan daun hanya dua helai dan pada perlakuan tanaman yang satu memotong semua daun yang tumbuh, sehabis semua daunnya dibuang tanaman tersebut di bungkusi dengan plastik yang transparan. Dalam penyambungan, terjadi penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang dan tunas. Tanaman hasil penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan batang bawah.
            Tanaman yang telah disambungkan dengan tanaman lainnya dibungkus atau dituup dengan plastic trasparan tujuannya adalah untuk mengurangi daya transpirasi dan menaungi dari cahaya matahari secara langsung, plastik pembungkus ( sungkup plastik ) ini boleh dilepas setelah tanaman hasil sambungan mencapai umur 14 hari atau dua minggu dimana tanaman tanaman sudah mampu untuk beradaptasi dengan batang bawah.
            Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus. Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus. Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua. Mekanisme terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah lapisan kambium masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim,  sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dan dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali. 
            Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan pertumbuhan tanaman hasil penyambungan ini di antaranya yaitu faktor eksternal dan internal. Factor internalnya adalah varietas tanaman, hubungan kekerabatan antara batas atas dan batas bawah, keadaan fisiologis tanaman, keserasian bentuk potongan, persentuhan cambium, kegiatan pertumbuhan cambium, kekuatan akar, sedangkan factor eksternalnya adaalah faktor lingkungan, seperti waktu penyambungan, temperatur, dan kelembapan, cahaya dan faktor yang trakhir yaitu faktor pelaksanaan seperti ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan untuk memotong batang, pemeliharaan sambungan, mengurangi transpirasi dengan mengurangi daun atau memberi sangkup plastik.
            Penyambungan merupakan  teknik menghubungkan dua bagian tanaman menjadi satu , sehingga menjadi tanaman baru atau tanaman fungsional. Dalam penyambungan terjadi perpaduan batang bawah dan batang atas sehingga membentuk sambungan yang tetap dan kekal dan batang bawah mempunyai sifat perakaran yang baik. Penyambungan memiliki berbagai macam dan cara Penyambungan yaitu Grafting dan Budding (Okulasi). Grafting merupakan penyatuan antara batang dengan batang yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Perbedaan yang utama antara budding dan grafting yaitu satu mata tunas digunakan dalam budding dan satu potong batang atau sekumpulan mata tunas digunakan dalam grafti. Sedangkan okulasi yaitu usaha memperbanyak tanaman dengan menggabungkan dua tanaman atau lebih dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induknya dan menempelkannya pada bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikupas, kemudian mengikatnya selama beberapa waktu sehingga kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru.
















VI.             KESIMPULAN

            Penyambungan merupakan pembiakan vegetatif secara buatan dengan menggabungkan kedua bagian atau lebih dalam satu tanaman sehingga akan diperoleh sifat kombinasi. Pertumbuhan persambungan batang ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya ukuran diameter batang, pengikatan yang kuat dan rapat, batang yang lurus, pembuatan bentuk sambungan yang rapi dan baik,nutrisi yang cukup, strerilisasi alat yang digunakan serta pemeliharaan dari adanya gangguan yang menghambat pertumbuhan tanaman. Penyambungan yang baik menggunakan sambung V karena lebih kuat dan tidak mudah putus jika tersentuh.


DAFTAR PUSTAKA

Endan, J. 2002. Tanaman Buah Kombinasi. PT Agro Media Pustaka. Tanggerang.
Firman, C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Naungan Terhadap        Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.).            Buletin Teknik Pertanian. Vol. 14 ( 1 ) : 1 – 3.
Tambing, Y dan Hadid, A. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk  Pada Mangga              Dengan Waktu Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. J. Agroland 15 (4) : 1 -2.
Wudianto, R. , 2002, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar Swadaya, Jakarta.