LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
ACARA 4
MIKROBIOLOGI
WIRAUSAHA
PEMBUATAN NATA
DARI AIR KELAPA
(NATA DE COCO)
(NATA DE COCO)
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Judul Acara : Pengenalan
Alat Kerja Lab
Hari & tgl Praktikum : Selasa,
26 Maret 2013 (14.00-16.00 WIB)
Dosen P. : Ir. Mucharromah M.Sc., Ph.D
Co-ass : Agung Matsetio
Laboratorium Ilmu Hama PenyakitTanaman
FakultasPertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di
setiap tempat di bumi ini, udara, tanah, dan air selalu dijumpai
mikroorganisme. Mereka mempunyai peranan yang sangat besar dalam merombak bahan
organik maupun anorganik. Peranan-peranan mikroorganisme tersebut secara
langsung maupun tidak langsung dapat merugikan dan dapat menguntungkan manusia.
Peranan-peranan yang merugikan akan kita kendalikan ke arah yang lebih kecil,
sedangkan peranan-peranan yang menguntungkan kita kembangkan ke arah yang lebih
besar.
Peranan mikroorganisme yang menguntungkan di bidang pertanian kita kembangkan dalam teknologi industri pertanian, yang biasanya dalam bentuk wirausaha penyediaan energi tersedia yang dapat berupa pangan (makanan dan minuman) tradisional, saprodi pertanian samapai mikrobioenergi. Beberapa contoh yaitu pembuatan tempe, kecap, tauco, tape, MSG (industri protein sel tunggal), anggur (wine), yogurt, nata, keju, pupuk organik, biogas, dan lain-lain.
Nata dihasilakan dari fermentasi cairan oleh bakteri Acetobacter xylinum yang terlibat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Nata mulanya dibuat di Filipina dari air kelapa yang dikenal dengan nama “Nata de coco” dalam bahasa Spanyol berarti “krim kelapa”. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol. Nata tidak hanya dihasilkan dari fermentasi air kelapa saja, tetapi dapat dibuat dari berbagai cairan komoditi pertanian lain, misalnya nata yang dibuat dari cairan buah nanas disebut “Nata de pina”, dari cairan kedelai disebut “Nata de soya” dan lain-lain sering secara kaprah semuanya disebut ”Nata de coco”, meskipun pada saat ini nata yang paling banyak beredar di pasaran adalah nata yang berbahan baku air kelapa.
Peranan mikroorganisme yang menguntungkan di bidang pertanian kita kembangkan dalam teknologi industri pertanian, yang biasanya dalam bentuk wirausaha penyediaan energi tersedia yang dapat berupa pangan (makanan dan minuman) tradisional, saprodi pertanian samapai mikrobioenergi. Beberapa contoh yaitu pembuatan tempe, kecap, tauco, tape, MSG (industri protein sel tunggal), anggur (wine), yogurt, nata, keju, pupuk organik, biogas, dan lain-lain.
Nata dihasilakan dari fermentasi cairan oleh bakteri Acetobacter xylinum yang terlibat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Nata mulanya dibuat di Filipina dari air kelapa yang dikenal dengan nama “Nata de coco” dalam bahasa Spanyol berarti “krim kelapa”. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol. Nata tidak hanya dihasilkan dari fermentasi air kelapa saja, tetapi dapat dibuat dari berbagai cairan komoditi pertanian lain, misalnya nata yang dibuat dari cairan buah nanas disebut “Nata de pina”, dari cairan kedelai disebut “Nata de soya” dan lain-lain sering secara kaprah semuanya disebut ”Nata de coco”, meskipun pada saat ini nata yang paling banyak beredar di pasaran adalah nata yang berbahan baku air kelapa.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Ø Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata (nata
de coco, nata de pina, nata de soya)
Ø Agar mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara
mikrobiologis untuk dijadikan bahan bernilai ekonomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata
nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin sebagai ‘natare’ yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat
dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau
sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain).
Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de
coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali
berasal dari Filipina. (Sutarminingsih, 2004).
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitasAcetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco. (http://inacofood.wordpress.com)
Bibit nata adalah bakteriAcetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbondan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco).
Acetobacter xylinumdapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8 %). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco).
Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut starter. Bibit nata de coco merupakan suspensi selAcetobacter xylinum. Untuk dapat membuat bibit nata de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini. Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini biasa membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat imotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif.( http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.( http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor lain yang dominan mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan ketersediaan oksigen. (http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. BakteriAcetobacter xylinummengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad fase terjadi aktivitas metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter xylinumdalam membentuk nata. (http://bioindustri.blogspot.com). Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolik yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak disbanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hamper habis. Setelah nutrisi harbi, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata. (http://bioindustri.blogspot.com).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperatur, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter xylinumdapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi. (http://bioindustri.blogspot.com)
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitasAcetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco. (http://inacofood.wordpress.com)
Bibit nata adalah bakteriAcetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbondan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco).
Acetobacter xylinumdapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8 %). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco).
Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut starter. Bibit nata de coco merupakan suspensi selAcetobacter xylinum. Untuk dapat membuat bibit nata de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini. Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini biasa membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat imotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif.( http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.( http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor lain yang dominan mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan ketersediaan oksigen. (http://bioindustri.blogspot.com).
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. BakteriAcetobacter xylinummengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad fase terjadi aktivitas metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter xylinumdalam membentuk nata. (http://bioindustri.blogspot.com). Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolik yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak disbanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hamper habis. Setelah nutrisi harbi, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata. (http://bioindustri.blogspot.com).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperatur, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter xylinumdapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi. (http://bioindustri.blogspot.com)
BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
3.1
Bahan dan Alat
Bahan
: stater nata mengandung Acetobacter xylinum, air kelapa atau
bahan lain, gula
pasir, asam cuka dapur, asam asetat glasial, urea, ZA
pasir, asam cuka dapur, asam asetat glasial, urea, ZA
Alat
: kompor, panci untuk
merebus media (air kelapa), gelas ukur besar,pengaduk, saringan
air kelapa/ ayakan tepung, nampan/ wadah untuk fermentasi, kain putih/ kertas koran untuk penutup, tali
pengikat/rafia, timbangan
3.2
Prosedur Kerja
Ø
Air kelapa 7 liter
disaring dengan menggunakan kain saring bersih.
Ø
Sambil dipanaskan,
air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 70 gr, dan urea 17,5 gr,
diaduk hingga homogeny dan air kelapa mendidih.
Ø
Substrat ini
didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka) sebanyak 70 ml.
Ø
Substrat
disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1
atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
Ø
Substrat didinginkan
hingga suhu 40ºC kemudian dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan
permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 3 cm.
Ø
Substrat
diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10% (v/v).
Ø
Substrat kemudian
diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa (boleh menggunakan kertas
koran).
Ø
Nampan diinkubasi
atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih,
terhindar dari debu dan goyangan.
Ø
Inkubasi dilakukan
selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh
digoyang-goyang.
Ø
Pada umur 10-15
hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai selera.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Bahan Baku
|
Cairan Awal (mL)
|
Lama Peram
|
Warna
|
Tekstur
|
Tebal Lapisan (cm)
|
Sisa Cairan (mL)
|
Air Kelapa
|
800 mL
|
7 hari
|
Putih
|
Halus
|
0,5 cm
|
4 mL
|
4.2
Pembahasan
Hari
|
Kondisi Nata
|
Keterangan
|
1
|
Proses
pembuatan nata de coco (air kelapa)
|
Masih biasa
|
2
|
Kondisi nata
belum ada perubahan-perubahan, hal itu terlihat pada saat pengamatan tidak terjadi
perubahan
|
Masih biasa
|
3
|
Sudah mulai
ada perubahan
|
Ada perubahan
|
4
|
Warna semakin
pekat yang pada awalnya putih kemudian berubah menjadi kuning dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap
|
Ada perubahan
|
5
|
Selain warna
yang berubah, bau yang tidak sedap, juga terdapat gumpalan di atas air kelapa
tersebut dan di bagian dasarnya
|
Ada perubahan
|
6
|
Setelah
beberapa hari, tidak terbentuk lapisan nata, warnanya semakin pekat, baunya
juga semakin tidak sedap, hal ini membuktikan bahwa nata pada air kelapa
tidak berhasil. Hal itu disebabkan oleh adanya bakteri yang tumbuh atau
kondisi yang tidak memungkinkan untuk bakteri Acetobacter xylinum untuk hidup
|
Tidak terjadi
atau tidak terbentuk lapisan nata
|
Pada
praktikum kali ini, yaitu nata de coco menggunakan bakteri. Bakteri yang
berperan dalam pembuatan nata de coco ini adalah bakteri Acetobaacter xylinum. Acetobacter
xylinum memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian disebut nata
de coco. Bahan dasar dari praktikum kali ini adalah air kelapa dan bakteri Acetobacter xylinum. Pada hari pertama
dilakukan pembuatan nata de coco. Pada hari kedua dilakukan pengamatan terhadap
nata de coco. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perubahan terhadap nata de
coco yang diamati. Pada hari kedua, sudah mulai terlihat perubahan. Pada hari
selanjutnya nata de coco mulai terlihat berbeda, mulai dari warna yang mulai
menguning serta bau mulai tidak sedap. Pada hari berikutnya terdapat gumpalan
di atas air kelapa tersebut dan pada bagian dasarnya. Setelah beberapa hari
kemudian dilakukan pengamatan lagi terhadap nata de coco, yang dihasilkan
pengamatan yaitu tidak terbentuk lapisan nata, warnanya semakin pekat, baunya
juga semakin tidak sedap, hal ini membuktikan bahwa nata pada air kelapa tidak
berhasil. Hal itu disebabkan oleh adanya bakteri yang tumbuh atau kondisi yang
tidak memungkinkan untuk bakteri Acetobacter
xylinum untuk hidup.
Dari hasil pengamatan, diperoleh keterangan sebagai berikut, dalam pembuatan nata de coco kali ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco ini adalah air kelapa. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri Acetobacter xylinum ini akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogenmelalui proses yang terkontrol.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus. (http://www.smallcrab.com)
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap pembuatan nata de coco yang kami lakukan ada yang mengalami kegagalan. Kami/saya beranggapan bahwa ketidakberhasilan dalam pembuatan nata de coco kali ini dikarenakan beberapa hal, seperti suhu yang tidak optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu sewaktu pembuatan nata de coco tersebut para praktikan banyak berbicara sehingga memungkinkan dalam pembuatan nata de coco tersebut terkontaminasi oleh bakteri yang lain. Sehingga dari situlah pembuatan nata de coco tersebut tidak berhasil.
Dari hasil pengamatan, diperoleh keterangan sebagai berikut, dalam pembuatan nata de coco kali ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco ini adalah air kelapa. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri Acetobacter xylinum ini akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogenmelalui proses yang terkontrol.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus. (http://www.smallcrab.com)
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap pembuatan nata de coco yang kami lakukan ada yang mengalami kegagalan. Kami/saya beranggapan bahwa ketidakberhasilan dalam pembuatan nata de coco kali ini dikarenakan beberapa hal, seperti suhu yang tidak optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu sewaktu pembuatan nata de coco tersebut para praktikan banyak berbicara sehingga memungkinkan dalam pembuatan nata de coco tersebut terkontaminasi oleh bakteri yang lain. Sehingga dari situlah pembuatan nata de coco tersebut tidak berhasil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dari
hasil praktikum tentang pembuatan Nata de coco, maka didapatkan kesimpulan
bahwa :
Ø
Untuk membuat nata
dari air kelapa tidaklah hal yang terlalu sulit jika kita mengikuti langkah
yang ada dengan baik dan benar.
Ø
Pembuatan nata ini
bisa menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan, mengingat bahan baku yang
digunakan adalah bahan yang mudah di dapat dan tersedia banyak di lingkungan
kita ini.
5.2
Saran
Ø
Pembuatan Nata de
coco dari air kelapa sebaiknya diambil dari air kelapa sejak tiga hari sebelum
praktikum dilaksanakan.
Ø
Untuk mendapatkan
hasil nata de coco yang baik, sebaiknya gula pasir, ZA, dan urea diukur dengan
baik, tergantung air kelapa yang akan kita buat menjadi nata de coco sehingga
ukuran bahan dapat diperkirakan sebelum mencampurnya.
Ø
Air kelapa yang
akan dimasukkan bibit, sebaiknya kita gunakan perbandingan antara bibit yang
akan kita masukkan dengan air kelapa agar saat dipanen, nata tidak menjadi
cair.
Ø
Saat proses
inkubasi pada suhu kamar, ruang yang bersih sangat mempengaruhi hasil dari nata
de coco agar terhindar dari debu dan mikroorganisme lain, serta hindari
goyangan saat melakukan proses inkubasi
Daftar
Pustaka
http://inacofood.wordpress.com
(diakses pada hari Minggu, 7 April 2013, pukul 15.24 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco
(diakses pada hari Minggu, 7 April 2013, pukul 15.24 WIB)
http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html
(diakses pada hari Minggu, 7 April 2013, pukul 15.24 WIB)
http://www.smallcrab.com/others/448-membuat-nata-de-coco
(diakses pada hari Minggu, 7 April 2013, pukul 15.24 WIB)
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Sutarminingsih, 2004.http://www.natadecocoindonesia.com (diakses pada hari
Minggu, 7 April 2013, pukul 15.24 WIB)
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM
Press. Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar