LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
ACARA 5
KULTIVASI DAN ISOLASI
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Judul Acara : Kultivasi
dan Isolasi
Hari & tgl Praktikum : Selasa,
9 April 2013 (14.00-16.00 WIB)
Dosen P. : Ir. Mucharromah M.Sc., Ph.D
Co-ass : Agung Matsetio
Laboratorium Ilmu Hama PenyakitTanaman
FakultasPertanian
Universitas Bengkulu
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mempelajari suatu jenis
mikroorganisme dalam laboraturium, mikroorganisme yang bersangkutan perlu
dipisahkan (diisolasi) dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain di alam.
Kegiatan isolasi biasanya diikuti dengan kegiatan pemurniaan dan perbanyakan.
Mikroorganisme yang bersifat saprofit benar, saprofit fakultatif, dan parasit
fakultatif dapat diisolasi dengan kultivasi pada medium kultur buatan. Pada
mikroorganisme parasit obligat, medium kultur yang digunakan berupa sel hidup,
jaringan hidup atau organisme inangnya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam kultivasi mikroorganisme adalah faktor kebutuhan nutrien, disamping faktor-faktor lain yang diperlukan untuk kehidupannya. Cara isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda dan mengikuti cara-cara tertentu agar mikroorganisme yang diisolasi memang benar-benar terpisah dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain dan pertumbuhannyapun seperti yang diharapkan.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam kultivasi mikroorganisme adalah faktor kebutuhan nutrien, disamping faktor-faktor lain yang diperlukan untuk kehidupannya. Cara isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda dan mengikuti cara-cara tertentu agar mikroorganisme yang diisolasi memang benar-benar terpisah dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain dan pertumbuhannyapun seperti yang diharapkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
isolasi dan kultivasi yaitu sebagai berikut :
1.
Semua peralatan dan
sarana dalam keadaan steril (bebas mikroorganisme hidup) atau bebas kontaminan
(mikroorganisme yang tidak dikehendaki).
2.
Dilakukan secara
aseptik (tidak memberi kesempatan untuk terjadinya kontaminasi), misalnya:
a. Dilakukan di dalam ruangan yang steril
b. Pembukaan medium kultur seminimum mungkin
c. Arah pembukaan medium tidak berlawanan dengan arah sirkulasi udara/angin
d. Setiap langkah selalu memperhatikan tingkat sterilitasnya
a. Dilakukan di dalam ruangan yang steril
b. Pembukaan medium kultur seminimum mungkin
c. Arah pembukaan medium tidak berlawanan dengan arah sirkulasi udara/angin
d. Setiap langkah selalu memperhatikan tingkat sterilitasnya
Banyak sekali
metode isolasi dan kultivasi mikroorganisme, diantaranya metode taruh, gores,
dan sebar. Pada medium kultur padat, metode taruh biasanya digunankan untuk
kultivasi jamur atau cendawan, sedangkan metode gores dan sebar digunakan untuk
kultivasi bakteri.
1.2 Tujuan Praktikum
KULTIVASI & ISOLASI MIKROORGANISME DARI TANAH
·
Melihat macam-macam
koloni mikroorganisme yang berasal dari tanah dengan variasi kepekatan tanah
·
Memberikan
ketrampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri
atau jamur dari keberadaanya di dalam tanah
KULTIVASI & ISOLASI MIKROORGANISME DARI JARINGAN
TANAMAN
·
Memberikan
keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri
atau jamur dari asosiasinya dengan tumbuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan
organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk
membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel
lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan
tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan
perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di
dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam
reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu
senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide,
2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi,
bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik
(reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan
terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber
mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient
dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk
sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count.
Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini
dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2009).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan
menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan,
pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba
dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi
syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan
oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang
sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan
baik (Sutedjo, 1991).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks
seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai
medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium).
Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya
dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau
medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat
rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler,
1993).
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan
untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah
agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks
karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian
mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar
dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993).
Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling
sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu
contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke
atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk
dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya
(Buckle, 1985).
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode penuangan, 1,0 ml
contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar
yang telah didinginkan sampai 45o – 50oC dan
dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam
agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka,
sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan
dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan
mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan
dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan
media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass
rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di
permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit
yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam
cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam
studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang
dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes
larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut
dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes yang
telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan.
Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20
koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan
metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus
dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi.
Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan
teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985).
BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
KULTIVASI & ISOLASI MIKROORGANISME DARI TANAH
3.1 Bahan dan Alat
Bahan : Medium
kultur (PDA), + NaCl 50% + Na2CO3 10%, Asam Asetat 1% alkohol aquades, tanah rizosfir
Alat :
Waterbath, cawan petri, gelas ukur, gelas erlenmeyer, tabung reaksi, batang
pengaduk, lampu spiritus, entcase, stopwatch, timbangan, ruang inkubasi
pengaduk, lampu spiritus, entcase, stopwatch, timbangan, ruang inkubasi
3.2 Prosedur Kerja
·
Medium kultur (PDA)
dipanaskan di dalam waterbath sampai mencair
·
Contoh tanah
ditimbang seberat 10 gr pada gelas arloji atau aluminium foil, kemudian
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 200 mL steril.
·
Tanah 10 gr
ditambah air steril sampai menjadi 100 mL dan dikocok samapai homogen, sehingga
diperoleh suspensi tanah berkonsentrasi 10-1
·
Siapkan 5 tabung
reaksi steril masing-masing diisi 9 mL aquades steril
·
Suspensi 10-1
dipipet sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 yang telah
berisi 9 mL air steril kemudian dikocok sampai homogen, untuk mendapatkan
pengenceran 10-2
·
Suspensi 10-2
dipipet sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 yang telah
berisi 9 mL air steril kemudian dikocok sampai homogen, untuk mendapatkan
pengenceran 10-3
·
Hal yang sama
dilakukan pada tabung 3, 4, dan 5 untuk mendapatkan pengenceran 10-4,
10-5, dan 10-6
·
Siapkan 4 cawan
petri steril
·
Cawan petri steril
dituangi 250µL NaCl 50% dan 125µL Na2CO3 10% untuk
menghambat pertumbuhan jamur tanah
·
Kemudian dituangi
250µL (±2 tetes) asam asetat 1% untuk menghambat pertumbuhan bakteri tanah,
kemudian diisi dengan PDA sebanyak 12 mL
·
Setelah medium
membeku, masing-masing medium dalam cawan petri ditetesi 100µL suspensi tanah
dari pengenceran yang berbeda-beda, yaitu 10-3 dan 10-6,
kemudian diratakan dengan menggunakan tabung gelas bentuk L. Langkah ini juga
dilakukan di atas nyala lampu spiritus, di dalam entcase atau laminer air flow
·
Cawan petri kemudian
diinkubasikan pada suhu kamar dalam keadaan tetap tertutup dan terbungkus
·
Setelah 2 hari,
diamati kenampakan koloni, bentuk koloni, warna koloni, berapa jumlahnya dan
gambar skematis
KULTIVASI & ISOLASI MIKROORGANISME DARI JARINGAN TUMBUHAN
3.3 Bahan dan Alat
Bahan
: Medium kultur TSA, aquades steril,
alkohol 90%, kapas, jaringan tanaman yang
busuk
busuk
Alat :
Waterbath, cawan petri, lampu spiritus, entcase, skalpel, pinset, kertas saring
steril, ruang inkubasi
3.4 Prosedur Kerja
·
Permukaan bagian
tanaman yang menunjukkan adanya asosiasi dengan mikroorganisme dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang menempel, kemudian diseka dengan kapas beralkohol
·
Bagian tanaman
dipotong-potong sebersar ±0,5 cm3 dengan skalpel steril pada batas
bagian yang berasosiasi
·
Siapkan cawan petri
steril berisi kertas saring basah
·
Masukkan potongan
jaringan ke dalam cawan petri yang berisi kertas saring basah, kemudian
inkubasikan selama 72 jam
·
Setelah 72 jam,
koloni yang tumbuh pada potongan jaringan dipindah ke medium baru untuk
dimurnikan kemudian diinkubasikan lagi selama 72 jam
·
Setelah 72 jam
berikutnya diamati kemurnian koloni, kenampakan koloni, bentuk koloni, ukuran
koloni, morfologi mikroskopisnya dan digambar skematis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
KULTIVASI & ISOLASI
MIKROORGANISME DARI TANAH
PENGAMATAN
KE-
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1
|
|
Umur :
2 hari
Ada terdapat banyak hifa yang tumbuh pada hari ke-2.
Namun antara koloni hifa yang satu dengan yang lainnya masih menyatu. Tidak
begitu jelas pembatas antara satu dengan yang lainnya. Tetapi sudah ada yang
terlihat sebagai kontaminan. Yaitu yang koloninya menyediri dari koloni yang
lainnya.
|
2
|
|
Umur :
4-5 hari
Pada hari ke 4-5 ini, koloni hifa sudah lebih jelas
kelompoknya. Tidak seperti pada hari ke-2.
Jumlah koloni:
Pada cawan petri yang berbentuk bulat, maka dibuat
garis bayang yang membagi 2 bagian sama besar, kemudian di buat lagi garis
yang menyilang sebanyak 3. Sehingga ada 8 kolom.
Untuk memperoleh persen koloni, maka jumlah koloni pada
setiap kolom dibagi dengan jumalah kolom dan dikali 100%.
Pada bagian pertama:
Pada bagian kedua:
Dst...
|
|
KULTIVASI & ISOLASI
MIKROORGANISME DARI JARINGAN TUMBUHAN
PENGAMATAN
KE-
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1
|
|
Umur biakan :
2 hari
Pada hari ke-2 ini, belum
begitu terlihat mikroba yang tumbuh pada media biakan.
|
2
|
|
Umur biakan :
4-5 hari
Pada hari ke 4-5 ini, sudah
terlihat adanya mikroba yang tumbuh pada media biakan. Terlihat hifa berwarna
hijau yang ada mengelilingi tiap potongan jaringan daun tumbuhan.
|
4.2 Pembahasan
Setelah
medium kultur baik medium PDA dan medium TSA dipanaskan hingga
mencair, medium PDA dan TSA cair
dituangkan ke dalam cawan petri diatas nyala lampu spiritus di dalam laminar
air flow. Kemudian cawan petri digoyang pelan-pelan hingga medium merata
kemudian diamkakan hingga membeku. Setelah itu, cawan petri yang satu berisi
PDA dan satu berisi TSA dibuka 5
detik dan tutup kembali dengan memeberi label. Dua cawan petri yang satu berisi
PDA dan satu berisi TSA selama 30
detik dan tutup kembali dengan diberi label. Kemudian dua cawan petri yang satu
berisi PDA dan yang lain berisi TSA
dibuka dengan memberi label. Setelah itu, semua cawan petri diinkubasikan dalam
suhu kamar dalam keadaan tetap tertutup dan terbungkus. Lalu tunggu hingga dua
hari berikutnya untuk diamati.
Setelah dua
hari, pada masing-masing Medium kultur baik PDA dan TSA akan tampak koloni-koloni seperti debu. Walaupun
telah tampak koloni, tetapi masih samar-samar untuk diamati. Pada medium PDA
menumbuhkan koloni jamur, sedangkan medium TSA
menumbuhkan koloni-koloni bakteri. Pada medium PDA, telihat bentuk jamur yang
menyerupai hifa jamur dengan memiliki warna putih yang transparan. Pada medium
PDA hanya memiliki satu koloni jamur. Pada medium kultur TSA yang membentuk berbagai koloni-koloni bakteri,
tetapi pada cawan petri belum bisa terlihat baik secara bentuk koloni, jumlah
koloni, maupun warna koloni. Ini mengindikasikan bahwa pada medium kultur TSA belum bisa tumbuh dalam waktu dua hari.
Pada hari
kelima pengamatan, medium kultur PDA memperlihatkan koloni jamur dengan sangat
jelas. Ciri-ciri koloni jamur yang dimurnikan pada medium kultur PDA ini adalah
:
·
Memiliki bentuk bulat seperti hifa
jamur.
·
Pada jamur terlihat adanya garis
lurus sejajar.
·
Jamur memiliki warna putih.
·
Jamur yang dimurnikan berjumlah satu
pada medium PDA.
Untuk medium
kultur TSA yang seharusnya memperlihatkan berbagai
koloni-koloni bakteri tidak tampak. Pada cawan petri yang didalamnya berisi
medium TSA ini hanya
terlihat goresan yang telah digores untuk menumbuhkan koloni-koloni bakteri.
Ini berarti, medium kultur TSA tidak ditumbuhi
oleh bakteri karena adnya beberapa faktor
kemungkinan, yaitu :
·
Terjadi kesalahan dalam proses
isolasi.
·
Medium yang ditumbuhkan tidak
terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit dibanding menumbuhkan
jamur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Untuk mikroba yang
berasal dari tanah beraneka macam, dan memiliki koloni yang lebih banyak
daripada yang berasal dari jaringan daun tumbuhan
·
Untuk jenis dan
kepekatan tanah tertentu memiliki jenis yang bermacam pula dari mikroba
·
Mikroba yang
barasal dari jaringan daun tumbuhan cenderung sedikit daripada jenis dari tanah
·
Untuk mikroba yang
berasal dari jaringan daun tumbuhan, lebih lama tumbuh di banding dari tanah
yang dalam 2 hari langsung dapat terlihat hasilnya
5.2 Saran
·
Sebaiknya sebelum
melakukan praktikum, para praktikan harus lebih paham mengenai teori materi
ajarnya
·
Untuk jumlah siswa
tertentu, sebaiknya di gunakan tempat yang lebih memadahi lagi
·
Sebaiknya
penggunaan alat-alat yang ada di laboratorium itu lebih seksama agar bisa fasih
dalam penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Buckle, K. A. 1995.
Ilmu Pangan. Press, Jakarta
·
Dinoto, Achmad. 2009. Kinetika dan
Sterilisasi Mikrobiologi. http://www.che.itb.ac.id/download/modul.pdf
(diakses pada tanggal 13 April 2013)
·
Djide, M., dan Sartini. 2006. Mikrobiologi
Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
·
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi
Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.
·
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika. Jakarta.
·
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
·
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.
·
Volk, W. A & Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi
Dasar Jilid 1 Edisi ke 5. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar