Laporan Produksi Tanaman Industri Acara 6 Pemeliharaan Tanaman Industri pada TBS/PTP



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah/Praktikum
            Kelapa sawit yang sudah di tanam memerlukan perawatan sehingga akan menghasilkan produksi yang maksimal. Perawatan kelapa sawit memerlukan perhatian yang serius karena biasanya sawit jika tidak terawat maka produksi yang di hasilkan juga sedikit sehingga keuntungan akan berkurang ( tidak maksimal). Tetapi biasanya meskipun biaya yang di keluarkan besar tetapi hasil yang di dapat juga akan lebih besar.

1.2  Tujuan Praktikum
·         Mengetahui tentang pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang berada pada PT. Bio Nusantara Teknologi, Bengkulu Utara

1.3  Manfaat yang Diharapkan
·         Mengetahui bagaimana mekanisme pemeliharaan Kelapa Sawit di lapangan















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Palmales
Famili              : Palmaceae
Genus              : Elaeis
Spesies            : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).
Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya    45-60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m         (Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering (Sastrosayono, 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji= tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji) berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).

Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80%  dan penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi       (Tim Penulis PS, 1997).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).

Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain:
-       Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik,
-       Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat,
-       Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang,
-       Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
-       Laterite, tidak dijumpai,
(PTPN IV, 1996).
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0, tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga aerasi juga baik (Sianturi, 1991).
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawitdaripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawitmenghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta berdrainase baik (Tim Penulis PS, 1997).

Kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan kompos 27 % dari berat tandan buah segar. TKKS ini sebagai limbah menjadi masalah dalam industri minyak sawit. Limbah ini akan terus bertambah berkaitan dengan peningkatan produksi minyak kelapa sawit atau meluasnya areal kelapa sawit. Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS. Penempatan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan limbah cair yang dibuang (http://wuryan.wordpress.com, 2008).
Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan  limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Kandungan unsur hara kompos yang berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4 % N; 0,029 sampai 0,05 % P2O5; 0,15 sampai 0,2 % K2O. Setiap pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah pada berupa tandan kosong sawit (TKS) sebanyak 200 kg (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2010).
            Selain minyaknya,  ampas  tandan  kelapa  sawit merupakan  sumber  pupuk  kalium  dan  berpotensi untuk  diproses  menjadi  pupuk  organik  melalui  fermentasi  (pengomposan)  aerob  dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit  (TKKS)  mencapai  23  %  dari  jumlah  pemanfaatan  limbah  kelapa  sawit  tersebut  sebagai alternatif  pupuk  organik  sehingga memberikan manfaat  lain  dari  sisi  ekonomi.  Bagi  perkebunan kelapa  sawit,  dapat menghemat  penggunaan  pupuk  sintetis  sampai  dengan  50 %. Ada  beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik  yang  telah  mengalami  proses  fermentasi  atau  dekomposisi  yang  dilakukan  oleh mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
-       Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
-       Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
-       Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
-       Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
-       Dapat diaplikasikan pada sembarang musim. 
            Selain  sebagai  pupuk  kompos  TKKS  juga  sebagai  pupuk  kalium  karena  abu  tandan  tersebut memiliki  kandungan  30  -  40  %  K2O,  7  %  P2O5,  9  %  CaO,  dan  3  %  MgO (http://www.warintek.com, 2010).
Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau dibawah atap. Tumpukan dibalik 3-5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas (http://wuryan.wordpress.com, 2008).


Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm dan berasal dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut, residu, bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 1,5-2 cm. preoses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya (PPKS, 2008).
Sifat kimia tanah berpengaruh saat menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Dosis pemupukan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur tanaman dan kondisi tanahnya, misalnya tanah asam perlu ditambahkan kapur (Sunarko, 2009).
Pohon kelapa sawit harus dikembangkan dengan biji sejak tidak adanya metode uniseksual yang cocok. Di Malaysia tempat benih berminyak dibuat dari biji-biji sebelum kelapa sawit berkecambah di dalam kaleng atau tanah berpasir 2,5 cm dan berjarak 8 cm di dalam pasir dengan beberapa pori sekitarnya (Hartmann, 1998).
Tanamlah benih dalam kantong plastik yang berukuran 20x10 cm yang telah berisi tanah (top soil) yang subur dan gembur, yakinkan bahwa tunas ada di bagian atas, sedang yang ada akarnya berada di bagian bawah (dalam tanah), berikan pemulsaan dan siramlah dua kali sehari ketika udara kering. Kantong-kantong plastik yang telah berisi benih itu ditempatkan berkumpul dalam keadaan berdekatan untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasannya (Kartasapoetra, 1988).

Pembibitan di Pre Nursery

            Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double stage system) dan  sistem  pembibitan  tunggal  (single  stage  system).  Pada  penerapan  sistem  tahap  ganda, penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan, yaitu  kecambah  ditanam  dengan menggunakan  plastik  polibag  kecil  sampai  bibit  berumur  3 bulan, kemudian  tahap kedua bibit  tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada  sistem pembibitan  tahap  tunggal, bibit  langsung di tanam di dalam plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan  tanpa harus ditanam di dalam plastik polibag kecil (http://www.warintek.com, 2010).
Pre nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada kantong plastik (polibag) kecil hingga berumur tiga bulan. Penanaman (persemaian) kecambah sebaiknya dilakukan segera setelah pesanan kecambah datang. Bahkan, penanaman pada pre nursery dilakukan paling lama 1 hari setelah kedatangan kecambah (Hadi, 2004).
Pembibitan awal (Pre nursery) mempunyai ciri – ciri adalah penggunaan kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan menjadi banyak. Tempat pembibitan adalah kantong plastik karena harganya lebih murah, dan mudah disimpan  (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Benih tanaman ini setelah 3 atau 4 bulan atau setelah masing-masing memiliki 5 daun, hendaknya dipindahkan pada kantong plastik baru berukuran sekitar 40 cm x 50 cm, sebagian daripadanya diisi lapisan tanah permukaan yang subur dan gembur. Robek kantong plastik yang lama kemudian pindahkan benih tanaman dengan hati-hati, usahakan agar bagian tanah yang menggumpal di sekitar akar-akar tanaman yang masih halus itu tidak pecah (berantakan). Atur kantong-kantong plastik yang berisi tanaman tersebut (Kartasapoetra, 1988).
Ukuran polybag bergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap awal, polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 15 cm dan tebal 0,1 mm. Di setiap polybag dibuat lubang diameter 3 mm sebanyak 12-20 buah (tiga baris, jarak 5 cm). Pada tahap pembibitan utama digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 5 mm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dan dibawah polybag (PPKS, 2008).






BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu             : Sabtu, 27 April 2014
Tempat            : PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, Bengkulu Utarra

3.2 Bahan dan Alat
·         Alat tulis
·         Buku
·         Perekam

3.3 Metode Pelaksanaan/Rancangan yang Digunakan
            Metode yang dilakukan adalah mempraktekkan langsung acara praktikum yang sedang dilakukan.

3.4 Cara Kerja
·         Melakukan kegiatan ini secara berkelompok atau per kelas
·         Membawa peralatan tulis dan alat perekam untuk wawancara
·         Mempersiapkan daftar pertanyaan untu wawancara
·         Menanyakan hal-hal yang telah di persiapakan di daftar pertanyaan tersebut ketika wawancara berlangsung
·         Membuat laporan sesuai format yang telah ditentukan


3.5 Sifat-sifat yang Diamati
            Tidak ada dilakukan pengamatan secara spesifik.




BAB IV
PEMBAHASAN

            Bahasa latin Kelapa sawit adalah Elais quinensis. Sawit harus brondol karena diharapkan produksi minyak besar dan lebih banyak. Petani harus setiap hari datang ke piringan. Dengan berat rata-rata 3 kg, persentase rendemen telah maksimal. Sawit yang akan dibawa kepabrik harus benar-benar masak supaya pada saat masuk ke pemrosesan brondolan tdk jatuh. Di PT.Bio pasar pikul per hektar ada 600 meter, jarak gawangan 1 pasar pikul. Buah yang layak/siap untuk panen yakni buah yang telah berwarna merah, kalau disayat berwarna kuning kunyit. Gulma yang terdapat di kebun sawit ini adalah rumput-rumputan, pakis-pakisan. Gulma pada tanaman sawit yang belum menghasilkan dan pada tanaman sawit yang sudah menghasilkan dikendalikan dengan penebasan untuk gulma yang ada dibatang sedangkan gulma yang ada dibawah dan di sekitar batang ditutup dengan pelepah sawit, di PT.BIO tidak menggunakan racun kimia, dan pada tanaman sawit yang sudah tinggi/besar gulma tidak lagi dikendalikan karena tidak mempengaruhi produksi buah sawit. Sawit yang ada di PT.BIO ditanam pada tahun 1991-1992. Pruning dilakukan untuk tanaman belum menghasilkan  yang telah berumur 3 tahun, hal ini dilakukan untuk menjaga batang.  Pelepah yang ditinggalkan 2 pelepah di bawah buah. Jika tanaman sawit sudah tinggi 1 aja yg di tinggal dibawah buah sawit. Pemupukan dilakukan 2x dalam setahun. Jenis pupuk yang digunakan NPK, metode pemupukan yang digunakan di sekitar piringan disebar atau dibuat lubang. Untuk pengapuran tidak pernah dilakukan pengapuran. Biji sawit yang digunakan yakni yang tinera. Lebar piringan 2 meter, hal ini dilakukan karena pada jarak ini akar aktif menyerap unsure hara. Fungsi piringan ini yaitu untuk memudahkan pengumpulan buah yg jatuh juga untuk tempat pemupukan. Pada tanaman sawit ini dibuat jalur mati dan jalur hidup yang disebut pasar pikul, jalur hidup digunakan untuk memudahkan jalan petani dan untuk meletakkan buah yg dipanen. Jalur mati ditutup dengan pelepah dan berfungsi untuk mengendalikan gulma. Untuk meningkatkan produksi buah sawit ditambahkan suplemen seperti pupuk npk, pupuk organic yang dibuat sendiri. Untuk pemanenan dilakukan 2x setiap bulan. Pada afdeling yang diamati sudah memiliki tandan panen. Pada tanaman sawit yang ada di PT.BIO mengahasilkan pada umur >3tahun, pada usia 3-5 tahun dodos yang digunakan dodos kecil.

BAB V
KESIMPULAN
            Dari hasil pengamatan dilapangan di PT Bio Nusantara dapat disimpulkan bahwa untuk jenis kelapa sawit yang ditanaman pada perkebunan tersebut adalah jenis kelapa sawit tetera dan untuk umur produksi yaitu dari umur 3 – 25 tahun. Sedangkan untuk pemupukan menggunakan pupuk organik dan anorganik (Tunggal dan majemuk), sedangkan untuk pembagain abedlin pada perkebunan ini dibagi kedalam 10 abdeling dimana untuk setiap abdeling mencakup luas antara 450-650 ha.























DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2003. Kelapa Sawit. Penebar          Swadaya, Jakarta.
Hadi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Hartman, H., T., W. J. Klacker, A. M. Kofrarek. 1998. Plant Science. Prentice Hall Inc., New       Jersey.
Http://www.ditjenbun.deptan.go.id., 2010. Limbah Kelapa sawit. Diakses tanggal 31 Mei 2014.
Http://www.warintek.com., 2010. Komoditi Kelapa Sawit. Diakses tanggal 31 Mei 2014.
Http://www.wuryan.wordpress.com., 2010. Kelapa Sawit. Diakses tanggal 31 Mei 2014.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bina Aksara, Jakarta.
Lubis, A. U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM           Press, Yogyakarta.
PPKS, 2008. Teknologi Kultur teknis dan Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa        Sawit, Medan.
PTPN IV., 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PT Perkebunan Nusantara IV Bah Jambi, Pematang             Siantar.
Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. USU Press, Medan.
Sunarko, 2009. Petunjuk Budidaya Dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,   Jakarta.
Tim Penulis PS, 1997. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.