LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
TEKNOLOGI BENIH
ACARA 8
Uji Viabilitas Benih
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Prodi :
Agroekoteknologi
Hari,
Jam : Selasa, 10.00-12.00 WIB
Co-ass : Claudia Sitompul
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas
Bengkulu
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengujian mutu benih, yang meliputi
pengujian mutu fisik, genetis dan fisiologis, merupakan metode untuk menentukan
nilai pertanaman di lapangan. Didalam setiap pengujian, standar tolak ukur
untuk mutu kualitas benih memiliki berbeda-beda. Karena itu, komponen-komponen
mutu benih yang menunjukkan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapangan
harus di evaluasi pengujian.
Pengujian benih dapat dilakukan
mengikuti aturan ISTA (International Seed Testing Association) atau OASA
(Assocation Official Seed Analysts) deng an beberapa penyesuaian. Penyesuaian
tersebut antara lain penyederhanakan prosedur pengujian benih, yang salah
satunya adalah pengujian mutu fisiologis benih. Pengujian mutu fisiologis benih
dapat dilakukan melalui uji viabilitas dan vigor benih. Uji viabilitas benih
meliputi pengukuran daya kecambah dan kadar air benih. Sedang uji vigor benih
meliputi uji pengusangan dipercepat dan uji daya hantar listrik.
Pengujian-pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sampel benih yang mewakili
lot (kumpulan) benih.
Berdasarkan substratnya, metode uji
perkecambahan benih dengan subsrat kertas, pasir, dan tanah. Kondisi lingkungan
perkecambahan pada kedua metode uji ini dalam keadaan optimum.
Kadar air benih merupakan salah satu
komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan
benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih
selama penyimpanan. Menyimpan benih orthodoks berkadar air tinggi beresiko
cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah
satu komponen yang dinilai oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih)
dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para
analisis benih di laboratorium benih.
1.2
Tujuan
·
Mahasiswa
mengenal beberapa metode uji daya kecambah
·
Mahasiswa
mengetahui cara mengukur kadar air benih (Oven suhu rendah konstan)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian benih merupakan analisis
beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya
didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk
menentukan nilai pertanaman di lapangan. Salah satu contoh pengujian benih
adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih
dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan mengukur gejala-gejala
metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan
unsur-unsur tumbuh tertentu (Schmidt, Lars. 2000).
Pada uji viabilitas benih, baik uji
daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan
membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai
parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase
kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian, dan segala
sesuatu selain benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang
tidak berguna, oleh karena itu pegujian kecambah atau viabilitas harus
menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang
secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian
perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun
untuk pengujian informal secara sederhana di persemaian. Pengujian viabilitas
ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ),
pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen peroksida (H2O2). Pengujian
viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih-benih yang
berukuran sangat kecil, bahkan teknik
pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk memudahkan
dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak besar seperti
sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) yang digunakan dalam praktikum ini
(Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Nasional. 2006).
Pengujian benih dengan tetrazolium
merupakan salah satu uji yang efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip
dehidrogenase yang merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana
mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2)
juga merupakan uji yang efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang lain,
yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
linkungan sekitar biji,baik tanah,udara maupun media lainnya.perubahan yang
teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi.biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya.baik dari tanah maupun udara ( dalam
bentuk embun atau uap air ). Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji
karena sel-sel embri membesar dan biji melunak proses ini murni fisik. Kehadiran
air didalam sel mengaktifkan sejumlah sel enzim perkecambahan awal.fitohormon
asam absisat menurunkan kadarnya.sementara giberelin meningkat.berdasarkan
kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa
pada perkecambahan meningkat perannya.diketahui pula bahwa dalam proses
perkecambahan yang normal sekelompok factor transkripsi yang mengatur aukrin
disebut auxin response factors. Perubahan pengendalian merangsang pembelahan
sel di bagian yang efektif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula
(Leadem, C.L. 1984).
Daya Berkecambah (DB) merupakan tolok
ukur viabilitas potensial yang merupakan simulasi dari kemampuan benih untuk
tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Alat
pengecambah, Oven, Timbangan, Desikator, Cawan aluminium foil
Bahan : Benih
padi, jagung, kacang hijau, kacang merah, pasir, kertas merang, air
3.2 Cara Kerja
a.
Uji Daya Kecambah
Ada 2 metode uji daya
kecambah yang akan dilakukan, yaitu metode antar kertas dan metode padir.
Metode Antar
Kertas
(1)
3 lembar kertas merang
dibasahi
(2)
25 benih (kacang
tanah, jagung dan kacang merah) atau 50 benih (untuk padi, kedelai dan kacang
hijau) diletakkan diatas kertas itu secara teratur dan diulangi 2 kali
(3)
benih dengan 1 lembar
kertas merang lain yang telah dibasahi dan gulungkan ditutup
(4)
gulungan tersebut
diletakkan dinampan ukuran sedang
(5)
benih yang berkecambah
dihitung pada hari ke 3 dan 6
(6)
Pada hitungan 1 hari
ke 3, benih yang telah berkecambah maupun yang busuk (mati) dibuang dan
tinggalkan benih yang belum berkecambah hingga hari ke 6
(7)
kertas merang dijaga
agar tetap basah
(8)
potensi berkecambah
benih (PB) dihitung
(9)
hasil pengamatan anda
dilaporkan dengan format sebagai berikut:
Metode Pasir
(1)
nampan besar diisi
dengan pasir setinggi ± 10 cm
(2)
50 benih ditanam
kedalam pasir dengan kedalaman 2 cm dan ulangi 2 kali
(3)
benih yang telah
berkecambah dihitung pada hari ke 3 dan 6. Benih di anggap berkecambah bila
telah muncul di atas pasir
(4)
Pada hitungan hari ke
3, benih yang telah berkecambah dibuang atau dicabut, tinggalkan benih yang
belum berkecambah hingga hari ke 6
(5)
media pasir dijaga
agar tetap basah
(6)
potensi berkecambah
benih (PB) dihitung
(7)
hasil pengamatan anda
dilaporkanl dengan format sebagai berikut:
b.
Pengukuran Kadar Air Benih
(1)
setiap benih jagung,
padi, kacang merah, dan kacang hijau ditimbang 10 gram
(2)
Setelah bobot awal
dicatat, setiap benih ditempatkan dalam cawan aluminium foil
(3)
dalam setiap cawan
tersebut (1, 2, 3, dan 4) diberi nomor agar mudah mengenalinya sehingga antar
ulangan tidak tercampur
(4)
benih ditempatkan dioven dengan suhu rendah konstan
(1030 C) selama 12 jam
(5)
Setelah 12 jam, cawan
dari oven dikeluarkan kemudian dinginkan dahulu dalam desikator selama 5 menit
(6)
cawan plus benih
(bobot kering benih) ditimbang setelah didinginkan
(7)
kadar air benih
dihitung berdasarkan bobot basahnya dengan rumus berikut.
(8)
hasil pengamatan anda
dilaporkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Metode
antar kertas
Benih
|
Hari ke - 3
|
Hari ke - 6
|
Jumlah Berkecambah
|
||
Jagung
|
0
|
0
|
Padi
|
0
|
0
|
kacang
hijau
|
0
|
48
|
Kacang
merah
|
1 busuk
|
6 busuk | 14 berkecambah
|
Metode pasir
Benih
|
Hari ke - 3
|
Hari ke - 6
|
Jumlah tumbuh
|
||
Jagung
|
0
|
0
|
Padi
|
0
|
0
|
kacang
hijau
|
0
|
0
|
Kacang
merah
|
4
|
8
|
v Perhitungan Perkecambahan Benih
1.
Metode antar kertas
·
Benih jagung
·
Benih padi
·
Kacang hijau
·
Kacang merah\
·
2.
Metode pasir
Benih jagung = 0
Benih padi = 0
Benih kacang hijau = 0
Benih kacang merah
·
3.
Pengukuran kadar air benih
Benih
|
Bobot basah
|
Bobot kering
|
Jagung
|
10 gr
|
9,59 gr
|
Padi
|
10 gr
|
9,64 gr
|
kacang hijau
|
10 gr
|
9,97 gr
|
Kacang merah
|
10 gr
|
9,30 gr
|
Perhitungan
Kadar Air (%)= bobot
basah – bobot kering x 100%
Bobot basah
1)
Benih jagung
§
2) Benih padi
§
3) Benih kacang hijau
§
4) Benih kacang merah
§
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan mengenai uji viabilitas benih. Pengujian viabilitas benih dapat
dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara menilai struktur-struktur penting
kecambah dan secara tidak langsung, yaitu dengan melihat gejala metabolismenya.
Pada pengujian secara langsung, beberapa substrat pengujian yang dapat
digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan lainlain. Namun substrat
kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan memenuhi
persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara modern.
Substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode uji viabilitas benih,
yaitu: 1) Uji Diatas Kertas (UDK), digunakan untuk benih-benih berukuran kecil
yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya; 2) Uji Antar Kertas (UAK),
digunakan untuk benih-benih yang tidak peka cahaya dalam perkecambahannya; dan
3) Uji Kertas Digulung (UKD), digunakan untuk benih-benih berukuran besar yang
tidak peka cahaya dalam perkecambahannya.
Tabel
diatas menunjukkan bahwa masing-masing jenis substrat kertas memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap hasil pengujian DB benih. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yaitu metode uji serta media tumbuh yang digunakan dalam pengujian
viabilitas benih sering memberikan hasil pengujian yang berbeda. Oleh karena
itu pemilihan metode uji serta media tumbuh harus dilakukan dengan hati-hati.
Adapun perbedaan kisaran nilai DB antar benih disebabkan oleh keadaan benih
tersebut sebelum ditanam. penurunan vigor dan viabilitas benih dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya,
kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan
gudang, bila kondisi penyimpanannya memungkinkan pertumbuhannya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode antar kertas yang mana pada pengukuran hari ke-3 untuk benih
tidak ada yang berkecambah. Sedangkan pengamatan lanjutan yaitu dilaksanakan
pada hari ke-6 didapatkan untuk benih kacang merah 14 yang berkecambah, kacang
hijau 48 yang berkecambah, sedangkan benih jagung dan padi tidak ada yang
berkecambah.
Setelah diketahui berapa saja benih
yang tumbuh pada masing-masing jenis benihnya, maka dilakukan perhitungan yang
mana tujuannya untuk mengetahui potensi perkecambahan benihnya. Untuk
penghitungan dengan menggunakan metode antar kertas, pada benih jagung potensi
tumbuhnya yaitu 0 %, benih padi 0%, benih kacang hijau 96%, dan benih kacang
merah 28%. Dari hasil pengamatan dan telah dilakukannya perhitungan untuk
metode antar kertas tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa untuk benih padi
ternyata tidak cocok diperkecambahkan dengan mneggunakan metode ini, hal ini
dikarenakan bahwa benih padi dan jagung untuk berkecambah memerlukan banyak air
untuk merangsang pertumbuhan kecambah, sedangkan untuk metode kertas ini hanya
sedikit akan kebutuhan airnya. Sedangkan untuk benih kacang hijau dan kacang
merah presentase tumbuhnya lumayan bagus, hal ini dikarenakan kacang hijau
untuk merangsang pertumbuhan perkecambahan bila ada kelembaban benih ini bisa
tumbuh, walaupun tidak semua tumbuh.
Sedangkan perhitungan untuk metode
pasir didapatkan potensi perkecambahannya yaitu, benih jagung, benih padi, dan
benih kacang hijau 0%, sedangkan untuk benih kacang merah 16%. Dari hasil data
tersebut untuk metode pasir, pada prinsipnya jika melihat presentase
tumbuhnya maka dapat kita bayangkan atau
fikirkan dengan menggunakan nalar maupun akal sehat, maka benih jagung, benih
padi, dan benih kacang hijau tidak cocok diperkecambahkan dipasir. Sedangkan
untuk kacang merah ternyata benih ini dapat tumbuh.
Pada
hasil perhitungan kadar air benih, maka didapatkan presentase dari bebrapa
benih tersebut. Yang man untuk benih jagung memilki kadar air 4,1%, benih padi
memilki kadar air 3,6%, benih kacang hijau 0,3%,. Dan benih kacang merah 7%.
BAB V
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
·
Uji daya kecambah yang dilakukan adalah
Metode Antar Kertas dan Metode Pasir
·
Cara mengukur kadar air benih (Oven
suhu rendah konstan) adalah dengan rumus
Kadar Air (%)= bobot
basah – bobot kering x 100%
Bobot basah
1.2
Saran
·
Diharapkan
sarana dan prasarana praktikum mengalami kemajuan yang lebih baik dari tahun
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Nasional. 2006. Manual
Pengujian Benih Tanaman Hutan. Sumedang :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.
Justice, O. L. L., N.
Bass. 1994. Prinsip dan Praktek
Penyimpanan Benih. (terj.). PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. 446 hal.
Leadem, C.L. 1984. Quick Test for Tree Seed Viability. Management
Report NO 18. B.C.Ministry Forest Land Research Branch.
Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di
Indonesia. Beberapa penemuan dalam bidang teknologi benih. (Disertasi).
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Schmidt, Lars. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan
Tropis dan Subtropis. Na’iem M, penerjemah; Harum F, editor. Jakarta:
Dirjen RLPS, Departemen Kehutanan. Terjemahan dari : Guide to Handling Tropical
and Subtropical Forest Seed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar