BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Lambangnya
penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan
dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Bahwa lambatnya penurunan
daya kecambah benih coklat selama masih ada dalam buah disebabkan oleh derajat
keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotik
menghalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih
perlu dilakukan ekstaraksi untuk mempercepat perkecambahan, adapun media
ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan
lain-lain.
1.2
Tujuan
Paktikum
·
Untuk mempelajari
pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat
1.1
Manfaat yang Diharapkan
·
Mengetahui jenis ekstraksi
yang efisien digunakan pada benih coklat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kakao
(Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas penting yang terus
dikembangkan di Indonesia. Saat ini Indonesia telah menduduki peringkat kelima
sebagai produsen kakao dunia. Bahkan dimasa yang akan datang Indonesia dan
Malaysia diperkirakan akan mengalami pangsa pasar cukup besar. Permasalahan
yang timbul dalam perbanyakan secara generatif biasanya karena adanya pengaruh
lapisan benih kakao (pulp) terhadap perkecambahan biji (Budiarti, 1993).
Lapisan pulp di bagian luar benih kakao dapat mengundang kehadiran cendawan dan
semut yang dapat menyebabkan kerusakan benih. Perlakuan penghilangan pulp
(ekstraksi) terdiri dari pencucian dengan air, pencucian dengan larutan kapur
2,5%, digosok dengan abu, digosok dengan tanah, digosok dengan pasir,
mengelupas kulit ari dan tanpa perlakuan (kontrol) (Anonim, 2006).
Kakao
(Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika
Selatan . Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai
cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon yang
dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan petani
membuat tingginya tidak lebih dari 5m dengan tajuk menyamping dan meluas. Hal
ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif, sehingga buah yang
dihasilkan semakin banyak pula.
Tanaman Kakao
merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah
yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon
alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor
pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan
rendah. (Prabowo, 2006)
Perbanyak
generatif sekarang hanya digunakan dalam penelitian terutama untuk mendapatkan
pohon induk baru. Sebaliknya, dengan perbanyakan vegetatif akan dihasilkan
keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang sama dengan pohon induknya.
Dalam usaha untuk menurunkan sifat-sifat yang baik dari suatu tanaman maka
perbanyakan vegetatif merupakan cara yang terbaik. Perbanyakan vegetatif yang
sering digunakan pada tanaman kakao adalah okulasi/menempel dan stek/menurus
(Prasetyo, 1997).
Ada beberapa factor
yang mempengaruhi kualitas benih yaitu:
Kemurnian benih
Benih
yang murni (tidak tercampur dengan varietas lain) dan homogen (tidak tercampur
dengan kotoran) akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang
dihasilkan dari benih tersebut. Oleh karena itu secara umum benih dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
·
Benih murni yaitu
benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur
dengan benih/ varietas/ galur yang lain yang dimana tidak diketahui jenis dan
sifatnmya.
·
Benih homogen yaitu
benih yang secara fisik – mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak
merusak, misalnya batu kerikil, biutir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak,
dan biji-biji gulma.
·
Daya kecambah dan
kecepatan kecambah.
Daya
kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan dalam
persen(%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang
diperlukan untuk berkecambah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis
tanaman benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu berada dipersemaian ,
sedangkan benih coklat dalam waktu 5-6 hari sudah berkecambah.
Kecepatan
berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu yang
lebih pendek daripada daya kecambah, yang dinyatakan dalam persen. Jadi pada
dasranya kecepatan berkecambah ini menyatakan berapa persen biji yang dapat
berkecambah dengan cepat dan ini menyatakan vigor dari benih tersebut. Untuk
benih kopi biasanya kecepatan berkecambah dinyatakan dalam waktu 10-15 hari,
sedangkan coklat antara 2-3 hari.
·
Kandungan air
Kandungan
air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi cepat mati karena
kekurangan oksigen atau o2, bercendawan atau rusak karena serangan hama
terutama jika rusak lembaganya. Sebaliknya jika benih kekurangan air maka ia
akan sulit untuk berkecambah. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan
kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpenetrasi kedalam biji
dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organic. Oleh karena itu
kadar air biji yang cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga
biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Oleh karena itu pulalah kadar
air biji sangat menentukan kualitas benih suatu tanaman.
Sehubungan
dengan adanya beberapa factor tersebut diatas perlu diupayakan adanya
perlakuan-perlakuan tertentu sebelum biji/ benih dikecambahkan. Sehingga akan
diperoleh benih dengan daya kecambah yang cukup tinggi dan berkualitas baik
pula.
Biji/
benih kopi dan coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi
oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan
hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan
media abu, diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan
air. Yang penting adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena
perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci
dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka
haru langsung dikecambahkan (Hassan, 2008).
BAB
III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan
Tempat Praktikum
Waktu :
Minggu, 9 Maret 2014
Tempat : Lab.
Agronomi dan Tempat Pembibitan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu
3.2
Bahan dan Alat
·
Buah coklat
·
Polybag ukuran 15 x
10 cm
·
Serbuk gergaji
·
Abu dapur
·
Abu alang-alang
·
Tanah top soil
·
Pupuk kandang
·
Dithane M-45
·
Pemukul kayu
·
Naungan
3.3
Metode Pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Disusun
berdasarkan pola dasar RAKL yang diulang sebanyak 3 kali dengan menggunakan
faktor tunggal yaitu:
M0 = Tanpa
ekstraksi
M1 =
Media ekstraksi sekam
M2 = Media
ekstraksi abu dapur
M3 =
Media ekstraksi abu alang-alang
3.4 Cara Kerja
1. Menyiapkan
bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2
sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
2. Mengisi
bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.
3. Meletakkan
bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan
terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
4.
Menyiapkan
benih dan memperlakukan dengan abu
5.
Mengambil
buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan
pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian
tengah, 1/3 bagian pangkal).
6.
Dalam
memperlakukan benih dengan abu, yaitu campuran benih dengan abu yang telah
diberi sedikit air, lalu digosok dengan pelan-pelan benih yang tercampur abu
tersebut hingga merata, kemudian benih tersebut dicuci dengan air hingga
bersih.
7.
Benih
yang telah diperlakukan selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan
jarak tanam 3 x2 cm. Peletakkan masing-masing perlakuan dalam bak perkecambahan
diacak, kemudian masing-masing perlakuan diberi label untuk memudahkan dalam
pengamatan dan pasir dalam bak dibasahi.
8.
Melakukan
penyiraman setiap pagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak
merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
9.
Membersihkan
tempat perkecambahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan
menggunakan tangan secara hati-hati.
10. Mengamati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut,
dan mencatat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan,
pengamatan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan.
3.5
Sifat-sifat yang Diamati
·
Tinggi bibit
·
Jumlah daun
·
Diameter batang
·
Daya kecambah
BAB
IV
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum/Data Pengamatan
Ulangan
Sampel
|
Persentase benih berkecambah
|
Benih berkecambah setelah 4 hari
|
||||||
M0
|
M1
|
M2
|
M3
|
M0
|
M1
|
M2
|
M3
|
|
(I) 1
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
2
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
3
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
4
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
5
|
P
|
Q
|
P
|
P
|
|
|
|
|
(II) 1
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
2
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
3
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
4
|
P
|
P
|
P
|
Q
|
|
|
|
|
5
|
Q
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
(III) 1
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
2
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
3
|
Q
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
4
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
5
|
P
|
P
|
P
|
P
|
|
|
|
|
Ket:
P = berkecambah
Q = busuk
= belum berkecambah
= berkecambah
Daya kecambah benih =
Kecepatan
kecambah benih =
4.2 Analisis Hasil/Analisis Statistik
Tinggi Tanaman
TABEL
DATA
|
|||||
Perlakuan
|
Blok
|
|
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M0
|
17.1
|
20.5
|
22
|
59.6
|
19.86
|
M1
|
19.5
|
19.375
|
19.4
|
58.275
|
19.425
|
M2
|
19
|
18.9
|
20.125
|
58.025
|
19.34
|
M3
|
19.875
|
18.33
|
17.1
|
55.305
|
18.435
|
Y.j
|
75.475
|
77.105
|
78.625
|
231.205
|
19.265
|
Analisis
Varians
|
|
FK
|
4454.64
|
JK
total
|
20.66
|
JK
perl
|
3.25
|
JK
blok
|
1.24
|
JK
galat
|
16.17
|
Tabel
ANAVA
|
|||||
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F-hit
|
F-tab
|
Blok
|
2
|
1.24
|
0.62
|
0.23
|
5.14
|
Perlakuan
|
3
|
3.25
|
1.08
|
0.4
|
4.76
|
Galat
|
6
|
16.17
|
2.695
|
|
|
Total
|
11
|
20.66
|
|
|
|
Karena F-hit < F-tab, maka
tidak terdapat keragaman hasil tinggi tanaman dengan melakukan pemblokan maupun
perlakuan ekstraksi.
Jumlah Daun
TABEL
DATA
|
|||||
Perlakuan
|
Blok
|
|
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M0
|
5.5
|
5
|
4.33
|
14.83
|
4.94
|
M1
|
6.75
|
4.25
|
7
|
18
|
6
|
M2
|
5.5
|
5.2
|
6
|
16.7
|
5.56
|
M3
|
6
|
5
|
4.8
|
15.8
|
5.26
|
Y.j
|
23.75
|
19.45
|
22.13
|
65.33
|
5.44
|
Analisis
Varians
|
|
FK
|
355.66
|
JK
total
|
8.2939
|
JK
perl
|
1.8263
|
JK
blok
|
2.365
|
JK
galat
|
4.1026
|
Tabel
ANAVA
|
|||||
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F-hit
|
F-tab
|
Blok
|
2
|
2.365
|
1.1825
|
1.73
|
5.14
|
Perlakuan
|
3
|
1.8263
|
0.60
|
0.88
|
4.76
|
Galat
|
6
|
4.1026
|
0.68
|
|
|
Total
|
11
|
8.2939
|
|
|
|
Karena F-hit < F-tab, maka
tidak terdapat keragaman hasil jumlah daun dengan melakukan pemblokan maupun
perlakuan ekstraksi.
Diameter Batang
TABEL
DATA
|
|||||
Perlakuan
|
Blok
|
|
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M0
|
4.75
|
5.33
|
5.33
|
15.41
|
5.13
|
M1
|
4
|
5.5
|
5
|
14.5
|
4.83
|
M2
|
5.25
|
4.8
|
3.25
|
13.3
|
4.43
|
M3
|
5.5
|
4.66
|
5
|
15.16
|
5.05
|
Y.j
|
19.5
|
20.29
|
18.58
|
58.37
|
4.86
|
Analisis
Varians
|
|
FK
|
283.92
|
JK
total
|
4.8409
|
JK
perl
|
0.89
|
JK
blok
|
0.36
|
JK
galat
|
3.5909
|
Tabel
ANAVA
|
|||||
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F-hit
|
F-tab
|
Blok
|
2
|
0.36
|
0.18
|
0.3
|
5.14
|
Perlakuan
|
3
|
0.89
|
0.29
|
0.49
|
4.76
|
Galat
|
6
|
3.5909
|
0.59
|
|
|
Total
|
11
|
4.8409
|
|
|
|
Karena F-hit < F-tab, maka
tidak terdapat keragaman hasil diameter batang dengan melakukan pemblokan maupun
perlakuan ekstraksi.
Luas Daun
TABEL
DATA
|
|||||
Perlakuan
|
Blok
|
|
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M0
|
56.75
|
56.87
|
67.43
|
181.05
|
60.35
|
M1
|
60.29
|
49.93
|
79.305
|
189.525
|
63.175
|
M2
|
52.9
|
66.34
|
82.57
|
201.81
|
67.27
|
M3
|
80.75
|
65.54
|
78.69
|
224.98
|
74.99
|
Y.j
|
250.69
|
238.68
|
307.995
|
797.365
|
66.44
|
Analisis
Varians
|
|
FK
|
52982.57
|
JK
total
|
1461.54
|
JK
perl
|
364.79
|
JK
blok
|
686.06
|
JK
galat
|
410.69
|
Tabel
ANAVA
|
|||||
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F-hit
|
F-tab
|
Blok
|
2
|
686.06
|
343.03
|
5.01
|
5.14
|
Perlakuan
|
3
|
364.79
|
121.59
|
1.77
|
4.76
|
Galat
|
6
|
410.69
|
68.44
|
|
|
Total
|
11
|
1461.54
|
|
|
|
Karena F-hit < F-tab, maka
tidak terdapat keragaman hasil luas daun dengan melakukan pemblokan maupun
perlakuan ekstraksi.
BAB V
PEMBAHASAN
Perlakuan
macam-macam media ekstraksi yang telah dilakukan untuk benih coklat ternyata
seluruhnya memperoleh hasil yang ns (non
signifikan). Hal ini menyimpulkan bahwa perlakuan media ekstraksi tidak
berpengaruh nyata dengan hasil peubah yang diamati, antara lain : tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, maupun luas daun.
Kemungkinan
ini terjadi paling mencolok adalah pada fase vegetatif nya. Banyak hama dan
gulma yang menyerang disekitar area pertanaman coklat. Terlebih lagi lokasi
penempatan yang terlalu teduh sehingga menghalangi sinar matahari, menyebabkan
keadaan lembab dan mengundang beberapa hama, seperti ulat daun.
Namun,
jika kita perhatikan sekali lagi pada fase awal benih berkecambah, terlihat
sekali perbedaan yang mencolok antara media yang kontrol dengan yang dibuat
perlakuan, yaitu keterlambatan media kontrol untuk berkecambah dibanding dengan
yang diberi perlakuan.
BAB
VI
KESIMPULAN
Media sekam, abu dapur, maupun
alang-alang, sama baiknya dibandingkan dengan tanpa perlakuan ekstraksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2006. Profil singkat komoditi Kakao. www.iccri.net.
Download 31 Mei 2014.
Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat.
http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 31 Mei
2014
Prabowo, A.Y. 2006.
Pembibitan Tanaman Coklat.
http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 31 Mei 2014
Prasetyo, dkk.
1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman
Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar