Laporan Teknologi Benih Acara 7 Osmoconditioning

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH

ACARA 7
OSMOCONDITIONING



LogoUnib.png
 











Disusun Oleh :

Nama                                       : Putri Mian Hairani
NPM                              : E1J012014
Prodi                              : Agroekoteknologi
Hari, Jam                       : Selasa, 10.00-12.00 WIB
Co-ass                            : Claudia Sitompul        
                                                


         


Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Kuantitas dan kualitas hasil panen yang tinggi merupakan tujuan akhir dari suatu budidaya tanaman. Untuk mendapatkan suatu hasil akhir seperti ini pertumbuhan awal yang baik mutlak diperlukan. Pertumbunhan awal yang baik dari suatu populasi tanaman selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan juga sangat tergantung pada kemampuan tumbuh setiap benih yang ditanam. Pertumbuhan awal dan kemampuan tumbuh yang baik tersebut ditunjukkan dari laju perkecambahan benih-benih yang cepat, seragam dan perkecambahan yang menyeluruh dari populasi benih. Penggunaan mekanisasi yang semakin meningkat dalam suatu budidaya tanaman pertanian juga semakin dibutuhkan adanya kecepatan dan keseragaman pertumbuhan tranaman ini.
            Kini terdapat salah satu aspek bioindustri yang potensial dalam menyediakan benih unggulan tanaman, yakni penggunaan bioreactor untuk proses penyiapan awal benih tersebut (priming). Pada dasarnya priming adalah suatu proses pengontrolan kandungan air benih sehingga benih mengandung cukup air, agar berbagai proses biokimiawi untuk germinasi benih dapat terjadi, tanpa menyebabkan munculnya radikel melalui kulit luar benih tersebut. Priming yang baik diperlukan untuk mempercepat germinasi setelah benih disemaikan.
            Salah satu metoda priming yang paling penting adalah penggunaan tekanan osmotik yang terkontrol, misalnya menggunakan larutan polietilen glikol (PEG) berbobot molekul 600-6000, sehingga mampu menghasilkan potensial osmotik -0,5 sampai -1,5 Mpa. Namun pada saat priming, benih juga memerlukan oksigen agar proses metabolisme dapat terjadi. Pada skala besar dan menggunakan teknologi konvensional, proses tersebut sangat sulit dilakukan.

1.2  Tujuan
·         Mahasiswa mampu melakukan prosedur osmoconditioning terhadap beberapa jenis benih secara benar.






BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

            Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengamatan terhadap presentase perkecambahan benih sorgum pada tanah salin menunjukkan bahwa perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan masing-masing Na2SO4 0,2 M, dan NH4Cl2 0,2 M berpengaruh nyata. Paada penelitian jagung perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan K2SO4 1,5% dapat meningkatkan presentase perkecambahan jagungpada tanah salin dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4,5% dapat menghambat perkecambahan jagung (Hasanah M. 2002).
            Berbagai cara yang dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi benih sebelum tanam yaitu osmoconditioning, priming, mouisturizing, hardening. Namun demikian cara yang umum digunakan adalah osmoconditioning. Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktiofkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selam proses invigorasi terjadi peningktan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan. Invigorasi dimulai saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang berpotensial rendah. Biasanya dilakukan pada suhu 15-200C. setelah keseimbangan air tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan.  Persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke 3 dan ke 5 dihitung dengan mebandingkan kecambah yang tumbuh dengan contoh benih yang diuji dikalikan dengan 100%. Perlakuan ini dilakukan setelah benih berkecambah (Sipayung R. 2003).
            Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengamatan terhadap presentase perkecambahan benih sorgum pada tanah salin menunjukkan bahwa perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan masing-masing Na2SO4 0,2 M, dan NH4Cl2 0,2 M berpengaruh nyata. Paada penelitian jagung perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan K2SO4 1,5% dapat meningkatkan presentase perkecambahan jagungpada tanah salin dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4,5% dapat menghambat perkecambahan jagung.
            Berbagai cara yang dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi benih sebelum tanam yaitu osmoconditioning, priming, mouisturizing, hardening. Namun demikian cara yang umum digunakan adalah osmoconditioning. Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktiofkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selam proses invigorasi terjadi peningktan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan. Invigorasi dimulai saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang berpotensial rendah. Biasanya dilakukan pada suhu 15-200C. setelah keseimbangan air tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan (Tim Penyusun, 2013).
























BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Alat     : Timbangan digital, Gelas erlenmeyer 100 ml, saringan teh, kertas tissue, cawan    
              aluminium
Bahan  : Garam CaCl2, garam NaCl, garam KCl, garam KNO3, benih cabai, benih kacang   panjang, aquades, pengaduk

3.2 Cara Kerja
Persiapan media osmoconditioning
1.      Menimbang 2,22 gram garam CaCl2 ; 1,64 gram NaCl ; 2,07 gram KCl ; 3 gram KNO3
2.      Melarutkan tiap-tiap gram tersebut ke dalam 100 ml aquades untuk memperoleh potensial osmotik sebesar -1,25 Mpa
3.      Mengaduk dengan pengaduk agar garam cepat larut
4.      Menuangkan masing-masing media osmoconditioning ke dalam gelas Erlenmeyer 100 ml
Pelaksanaan osmoconditioning
1.      Menyiapkan 25 butir benih cabai dan kacang panjang untuk osmoconditioning dan ±10 gram untuk setiap benih untuk pengukuran kadar air awal
2.      Menimbang 25 benih tersebut dengan timbangan digital (misal IW g)
3.      Menyiapkan 2 gelas erlenmeyer 100 ml untuk setiap jenis benih
4.      Memberi label pada setiap gelas tersebut sesuai dengan media osmoconditioningnya (larutan CaCl2, larutan NaCl, larutan KCl, atau larutan KNO3)
5.      Merendam setiap 25 butir benh ke dalam setiap media osmoconditioning selama waktu yang ditentukan (24, 48, dan 72 jam). Rasio antara benih dengan media osmoconditioning sebesar 1 : 5 (w/v)
6.      Mengeluarkan benih setelah mencapai waktu yang telah ditentukan dari media osmoconditioning
7.      Mengeringkan benih dengan kertas tissue dan kemudian menimbangnya
8.      Setelah menimbang kemudian memasukkannya kembali ke dalam media yang sama
9.      Setelah mengetahui beratnya, menghitung kadar air dengan rumus:
Dengan :
%FMC = kadar air setelah direndam di dalam media osmoconditioning selama waktu             tertentu
IW        = berat awal benih sebelum direndam di dalam larutan osmotikum
IMC    = kadar air awal benih sebelum direndam di dalam larutan osmotikum
FW      = berat akhir benih setelah direndam di dalam media osmotikum selama    
                waktu tertentu
10.  Mengulangi prosedur 7 – 9 untuk perendaman 48 jam dan 72 jam
11.  Melaporkan kadar air benih setelah diperlakukan dengan osmoconditioning selama 24, 48, dan 72 jam.
Pengukuran kadar awal benih
1.      Menimbang sebanyak 25 butir benih cabai dan kacang panjang
2.      Mencatat hasil timbangan, kemudian menempatkan setiap benih dalam cawan aluminium foil
3.      Menempatkan benih dalam oven dengan suhu rendah konstan (103oC) selama 12 jam
4.      Mengeluarkan cawan dari oven setelah 12 jam, kemudian mendinginkannya dalam desikator selama 5 menit
5.      Menimbang cawan plus benih (bobot kering benih) setelah didinginkan
6.      Menghitung kadar air benih berdasarkan bobot basahnya dengan rumus berikut








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kadar air benih setelah diperlakukan dengan osmoconditioning
Jenis Benih
Media Osmoconditioning
Lama perendaman (jam) & Kadar Air (% FMC)
24
%
48
%
72
%
Cabai
CaCl2
0,20
39,5
0,22
45
1,13
89,3
NaCl
0,20
30,2
0,21
33,5
0,22
36,5
KCl
0,22
40,8
0,24
45,7
0,26
49,9
KNO3
0,56
76,7
0,59
77,9
0,61
78,6

Kacang Panjang
CaCl2
16,17
49,8
16,16
49,8
16,63
51,2
NaCl
17,5
52,5
8,06
3,02
19
56,2
KCl
17,82
52,7
18,07
53,3
18,10
53,4
KNO3
19,20
52,9
20,23
55,2
20,25
55,3

Jenis Benih
Berat (gram)
Kadar Air (%)
Basah
Kering Oven
Cabai
0,13
0,12
7
Kacang Panjang
7,57
7,20
4

Diketahui :
Jenis Benih
Media Osmoconditioning
Berat Awal (IW) (gram)
Cabai
CaCl2
0,13
NaCl
0,15
KCl
0,14
KNO3
0,14
Kacang Panjang
CaCl2
8,44
NaCl
8,62
KCl
8,78
KNO3
9,42

Menghitung kadar air dengan rumus:
Dengan :
%FMC = kadar air setelah direndam di dalam media osmoconditioning selama waktu             tertentu
IW        = berat awal benih sebelum direndam di dalam larutan osmotikum
IMC    = kadar air awal benih sebelum direndam di dalam larutan osmotikum
FW      = berat akhir benih setelah direndam di dalam media osmotikum selama    
                waktu tertentu

4.2 Pembahasan
            Untuk menentukan berapa kadar air pada benih tomat dan kacang panjang, dilakukan perendaman kedalam larutan yang telah disediakan yaitu larutan CaCl2, NaCl, KCl, dan KNO3 ,lama perendamannya adalah 24 jam.48 jam dan 72 jam.
            Kadar air awal benih pada benih cabai adalah 7% dan benih kacang panjang adalah 4%. Selain menghitung kadar air awal benih, kita juga menghitung kadar air setelah direndam di dalam media osmotikum selama waktu yang ditentukan,ini dilambangkan dengan FMC.
             Untuk benih cabai yang direndam dengan CaCl2, NaCl, KCl, dan KNO3 selama 24 jam, kadar air tertingginya adalah 76,7% pada rendaman KNO3. Kemudian untuk 48 jam, kadar air tertinggi adalah 77,9% pada rendaman KNO3. Terakhir untuk 72 jam, kadar air tertinggi adalah 78,6% pada rendaman KNO3. Jadi dapat diketahui bahwa dari tabel pengamatan kadar air tertinggi terdapat pada benih cabai yang direndam dengan larutan KNO3.
            Untuk benih kacang panjang yang direndam dengan CaCl2, NaCl, KCl, dan KNO3 selama 24 jam, kadar air tertingginya adalah 52,9% pada rendaman KNO3. Kemudian untuk 48 jam, kadar air tertinggi adalah 53,3% pada rendaman KCl. Terakhir untuk 72 jam, kadar air tertinggi adalah 56,2% pada rendaman NaCl. Jadi dapat diketahui bahwa dari tabel pengamatan kadar air tertinggi benih kacang panjang rata-rata yang paling tinggi adalah pada rendaman KNO3 meskipun tidak sebesar pada benih cabai.









BAB V
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
·        Persentase kadar air benih dilakukan pada jam ke 24, 48, dan 72, yang mana nantinya dapat kita lihat dari berbagai perlakuan terdapat perbedaan kadar air benih tersebut.
·        Pertumbunhan awal yang baik dari suatu populasi tanaman selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan juga sangat tergantung pada kemampuan tumbuh setiap benih yang ditanam.
·        Jika kadar air pada benih rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai proses biokimiawi


1.2  Saran
·         Diharapkan sarana dan prasarana praktikum mengalami kemajuan yang lebih baik dari tahun sebelumnya.


















DAFTAR PUSTAKA

Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologis benih dan pengembangan industry benih tanaman            industry. Balai penelitian tanaman rempah, bogor.
Sipayung R. 2003. Stress garam dan mekanisme toleransi tanaman. Fakultas pertanian.     Jurusan budidaya pertanian. Universitas Sumatra utara. Medan. http://librari    usu.ac.id[26 April 2014].
Tim Penyusun, 2013. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Jurusan Budidaya Pertanian,              Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar