LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
“Budidaya Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.)”
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Shift : A.2
Program Studi Agroekoteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi ini.
Praktikum Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan perkuliahan wajib pada mata kuliah Dasar-dasar Agronomi. Lebih jelasnya, Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi dengan kode AGT-200 berbobot sks 3 (2-1) menjadi mata kuliah wajib pada Jurusan Agroekoteknologi dan Jurusan Agribisnis. Untuk mencapai tujuan instruksional umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu perkuliahaan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Kegiatan praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam aspek psikomotorik (keterampilan) serta pemahaman teoritis.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak, mulai dari bimbingan Dosen pengasuh, bantuan Co. Ass, dan kerja sama pasangan kelompok penulis. Untuk banyak hal yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Laporan Praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengigat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, untuk kekurangan tersebut, penulis mohon maaf dan harap dimaklumi.
Praktikum Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan perkuliahan wajib pada mata kuliah Dasar-dasar Agronomi. Lebih jelasnya, Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi dengan kode AGT-200 berbobot sks 3 (2-1) menjadi mata kuliah wajib pada Jurusan Agroekoteknologi dan Jurusan Agribisnis. Untuk mencapai tujuan instruksional umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu perkuliahaan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Kegiatan praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam aspek psikomotorik (keterampilan) serta pemahaman teoritis.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak, mulai dari bimbingan Dosen pengasuh, bantuan Co. Ass, dan kerja sama pasangan kelompok penulis. Untuk banyak hal yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Laporan Praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengigat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, untuk kekurangan tersebut, penulis mohon maaf dan harap dimaklumi.
Bengkulu,
Desember 2013
Penulis
Penulis
Putri M
Hairani
I.
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Mata
kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuli ah yang berisikan prinsip-prinsip
dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan sebagai sarana
untuk melengkapi dan mendukung pemahaman teori yang diberikan dalam perkuliahan.
Pemahaman meteri praktikum diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan di
lapangan dan penelaahan bahan bacaan yang materinya disusun sesuai dengan materi
pokok perkuliahan. Praktikum
lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan di lapangan (lahan praktikum) yang berisikan
materi identifikasi dan praktik kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum
ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari
pengenalan tanaman, prinsip-prinsip penggunaan sarana produksi (benih, pupuk,
pestisida), penanaman benih, pembibitan tanaman, pemeliharaan tanaman yang
meliputi penyulaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan
pengendalian gulma serta pemanenan.
Selain itu mahasiswa juga menghitung dan menganalisis penggunaan sarana produksi, mengamati morfologi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta mengamati dan menghitung hasil panen, komponen hasil dan produktivitas tanaman. Tanaman juga memperoleh wawasan kegiatan budidaya sebagai salah satu subsistem dari sistem agribisnis.
Selain itu mahasiswa juga menghitung dan menganalisis penggunaan sarana produksi, mengamati morfologi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta mengamati dan menghitung hasil panen, komponen hasil dan produktivitas tanaman. Tanaman juga memperoleh wawasan kegiatan budidaya sebagai salah satu subsistem dari sistem agribisnis.
1.2 TUJUAN
PRAKTIKUM
Ø Untuk memahami cara budidaya kangkung darat.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Kangkung Darat (Ipomoea sp)
Kangkung
merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak dari be nih. Kangkung (Ipomoea sp) dapat ditanam di dataran re
ndah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanam an sayuran
daun,termasuk kedalam famili Convolvulaceae.
Klasifikasi:
·
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
·
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
·
Super Divisi: Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
·
Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
·
Kelas: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
·
Sub Kelas: Asteridae
·
Ordo: Solanales
·
Famili:
Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
·
Genus: Ipomoea
·
Spesies: Ipomoea reptana Poir.
Kangkung
adalah salah satu jenis tanaman sayuran daun yang mampu hidup di darat atau di
air. Tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang sulit.
Salah satu syarat yang penting adalah air yang cukup. Apabila kekurangan air
pertumbuhannya akan mengalami hambatan. Kangkung diperbanyak dengan stek batang
yang panjangnya 20-25 cm atau dengan biji. Untuk penanaman kangkung di darat
digunakan benih dari biji, namun dapat pula digunakan stek. Untuk mempercepat
perkecambahan diperlukan perendaman benih di dalam air selama satu malam
sebelum benih itu disebarkan (Sutarya, 1995).
Menurut Sriharti dan Takiyah (2007),
tanaman kangkung terdiri dari dua varietas yaitu kangkung darat atau disebut
kangkung cina (Ipomoea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk)
yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung
darat dan kangkung air terletak pada warna bunga dan bentuk batang serta daun.
Kangkung air berbunga putih kemerahan, batang dan daunnya lebih besar, warna
batangnya hijau, sedangkan kangkung darat daunnya panjang dengan ujung runcing
berwarna hijau keputihan, bunganya berwarna putih.
Kangkung (I. reptans Poir.) merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100 – 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.).
Sebagian besar budidaya kangkung menggunakan kangkung darat. Dari berbagai varietas kangkung yang diuji di Balithor Lembang, baru satu varietas yang dinyatakan unggul, yaitu kangkung darat varietas Sutera. Varietas tersebut dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 436/Kpts/TP.240/7/1984. Deskripsi varietas Sutera adalah: produksi daunnya tinggi antara 12 – 44 ton/hektar, produksi biji 6 ton.hektar, umur panen mulai 39 hari setelah tanam, tipe pertumbuhan ”tegak” setinggi 45 cm atau bila dibiarkan memanjang dapat mencapai 2 meter, cita-rasanya enak dan tidak berlendir, tahan terhadap penyakit karat dan virus keriting, serta cocok dikembangkan di lahan kering (Rukmana, 1994).
Kelebihan tanaman kangkung adalah umur panennya yang pendek. Tanaman kangkung dapat dipanen pada umur 35 hari. Menurut Djuariah (2008), ciri tanaman kangkung siap dipanen adalah pertumbuhan tunasnya telah memanjang sekitar 20 – 25 cm dan ukuran daun-daunnya cukup besar (normal). Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika (Widiyanto, 1991).
Kangkung (I. reptans Poir.) merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100 – 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.).
Sebagian besar budidaya kangkung menggunakan kangkung darat. Dari berbagai varietas kangkung yang diuji di Balithor Lembang, baru satu varietas yang dinyatakan unggul, yaitu kangkung darat varietas Sutera. Varietas tersebut dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 436/Kpts/TP.240/7/1984. Deskripsi varietas Sutera adalah: produksi daunnya tinggi antara 12 – 44 ton/hektar, produksi biji 6 ton.hektar, umur panen mulai 39 hari setelah tanam, tipe pertumbuhan ”tegak” setinggi 45 cm atau bila dibiarkan memanjang dapat mencapai 2 meter, cita-rasanya enak dan tidak berlendir, tahan terhadap penyakit karat dan virus keriting, serta cocok dikembangkan di lahan kering (Rukmana, 1994).
Kelebihan tanaman kangkung adalah umur panennya yang pendek. Tanaman kangkung dapat dipanen pada umur 35 hari. Menurut Djuariah (2008), ciri tanaman kangkung siap dipanen adalah pertumbuhan tunasnya telah memanjang sekitar 20 – 25 cm dan ukuran daun-daunnya cukup besar (normal). Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika (Widiyanto, 1991).
III.
BAHAN
DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat
BAHAN
|
|
|
KCL
|
|
|
|
ALAT
|
|
|
Tali rafia
|
|
|
|
Map plastik
|
|
Spidol
|
|
Alat tulis
|
|
|
Tugal
|
Paku Payung
|
3.2
Prosedur
Kerja
Budidaya
kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.)
adalah di lokasi lahan praktikum jurusan Budidaya Pertanian, yang berlokasi di
dalam kampus Universitas Bengkulu. Dengan ketinggian kurang dari 150 m dpl.
Temperatur pada siang hari adalah 29-31oC, dan malam hari 28-240C.
3.2.1 Persiapan Tanah
Membersihkan lahan dari gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada. Melakukan
pengolahan tanah dengan cara menggemburkan. Meratakan permukaan tanah pada
petakan sehingga tinggi permukaan tanah sama. Luas lahan perkelompok adalah 2 m
x 3 m. Membuat jarak antara petakan satu
dengan yang lainnya menggunakan siring/parit. Menandai batas petakan
menggunakan ajir.
3.2.2 Penanaman
Memebersihkan petakan dari gulma yang tumbuh. Menentukan letak lubang tanam
berdasarkan jarak yang akan diaplikasikan, yaitu 10 cm x 20 cm. Menyiapkan 2
rentangan tali rafia, membuat simpul tali rafia atau menandai dengan spidol
dengan mengikuti jarak tanam yang telah ditentukan. Tali rafia ke 1 diberi
tanda setiap titik jarak 20 cm, tali rafia ke 2 diberi tanda setiap titik jarak
10 cm. Kemudian merentangkan tali jarak tanam sejajar dengan tepi petakan dan
simpul pertama tepat pada tanaman sudut, untuk menentukan lubang tanam pada
barisan tanaman demikian seterusnya. Membuat lubang tanam dengan kedalaman 3 cm
sesuai jarak tanam dengan menggunakan tugal tepat pada simpul tali jarak tanam.
Lalu memasukkan Furadan 3G sekitar 10 butir per lubang tanam. Menanam benih
yang tersedia dengan cara memasukkan benih sebanyak 2 butir per lubang tanam.
Melakukan pemupukan dasar dengan dosis Urea 50 gr x 2, SP 36 25 gr dan KCL 25
gr. Melakukan penyiraman apabila tanah kering. Kemudian membuat label nama
praktikan, NPM, shift praktikum, nama tanaman, pada petakan dengan bahan map
plastik berwarna kuning. Lalu simpanlah sisanya untuk label sampel nantinya.
Setelah tanaman mulai tumbuh, tentukanlah sampel sebanyak 5 buah.
3.2.3 Pemeliharaan (Pembubunan,
Pemupukan Susulan, dan Pengendalian OPT)
Melakukan pengairan setiap harinya jika tanah kurang lembab. Menggemburkan
tanah dan bumbun tanaman ketika berumur 4 minggu. Melakukan pemupukan susulan dengan
Urea 50 gr. Mengamati gulma yang tumbuh dan memberi keterangan. Melakukan
pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabuti atau menggunakan
sengkuit/arit semua gulma yang tumbuh pada petakan dan sekitar petakan,
mengumpulkan semua gulma dan membuang jauh dari petakan tanaman. Mengamati dan
menulis gejala dan kelainan yang dijumpai yang disebabkan oleh hama atau
penyakit. Melakukan pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT).
3.2.4 Pengamatan dan Pemanenan
Untuk setiap minggunya, yaitu sebanyak 5 minggu, dilakukan pengamatan pada
ke-5 sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Pengamatan berupa tinggi tanaman
dan jumlah daun. Kemudian catatlah data tersebut. Pada minggu terakhir dari
praktikum, panenlah tanaman kangkung, mengukur ILD (indeks luas daun) dan
kemudian menghitung jumlah daun.
Rumus perhitungan:
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
pengamatan
Tabel pengamatan pertumbuhan kangkung
Pengamatan
|
Minggu Ke-
|
Sampel
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Tinggi
Tanaman
|
1
|
4
|
6
|
3
|
5
|
6
|
2
|
6
|
9
|
5
|
6
|
8
|
|
3
|
6
|
10
|
9
|
9
|
8
|
|
4
|
12
|
15
|
14
|
13
|
13
|
|
5
|
32
|
36
|
37
|
29
|
34
|
|
Jumlah Daun
|
1
|
5
|
7
|
5
|
6
|
8
|
2
|
6
|
8
|
8
|
8
|
14
|
|
3
|
8
|
18
|
12
|
9
|
18
|
|
4
|
12
|
20
|
18
|
13
|
20
|
|
5
|
16
|
21
|
20
|
15
|
22
|
Tabel Luas Daun
Sampel 1
|
|||||
Daun ke -
|
Pengukura (cm)
|
Luas daun (pangkal.tengah.ujung)/3
x panjang
|
|||
Panjang
|
Pangkal
|
Tengah
|
Ujung
|
||
1
|
9
|
1,3
|
1,6
|
0,7
|
4,36
|
2
|
5
|
1,3
|
1,6
|
0,5
|
1,73
|
3
|
5
|
1,3
|
1,6
|
0,5
|
1,73
|
4
|
4
|
1,2
|
1,5
|
0,7
|
1,68
|
5
|
5
|
1
|
1,3
|
0,6
|
1,3
|
6
|
6
|
1
|
1,3
|
0,5
|
1,3
|
7
|
6
|
0,9
|
1,2
|
0,4
|
0,864
|
8
|
5
|
0,9
|
1,2
|
0,5
|
0,9
|
9
|
7
|
1
|
1,3
|
0,5
|
1,516
|
10
|
9
|
1,1
|
1,4
|
0,6
|
2,772
|
11
|
8
|
1,3
|
1,6
|
0,7
|
3,88
|
12
|
5
|
1,3
|
1,6
|
0,4
|
1,386
|
13
|
4
|
1
|
1,4
|
0,7
|
1,3
|
14
|
6
|
1,3
|
1,6
|
0,5
|
2,08
|
15
|
7
|
1,2
|
1,5
|
0,4
|
1,68
|
16
|
6
|
0,9
|
1,3
|
0,4
|
1,092
|
|
29,57
|
||||
|
1,848
|
Sampel 2
|
|||||
Daun ke -
|
Pengukura (cm)
|
Luas daun
(pangkal.tengah.ujung)/3 x panjang
|
|||
Panjang
|
Pangkal
|
Tengah
|
Ujung
|
||
1
|
10
|
1,8
|
2,1
|
1
|
12,6
|
2
|
9
|
1,2
|
1,5
|
1,1
|
5,94
|
3
|
6
|
1,2
|
1,5
|
0,9
|
3,24
|
4
|
7
|
1,4
|
1,7
|
1
|
5,55
|
5
|
7
|
1,4
|
1,7
|
1
|
5,55
|
6
|
8
|
1,3
|
1,7
|
0,9
|
5,304
|
7
|
9
|
1,3
|
1,7
|
0,8
|
5,303
|
8
|
8
|
1,3
|
1,7
|
0,9
|
5,304
|
9
|
5
|
1,5
|
1,8
|
0,8
|
3,6
|
10
|
7
|
1,5
|
1,8
|
1
|
6,3
|
11
|
7
|
1,2
|
1,5
|
1
|
4,2
|
12
|
6
|
1,7
|
2
|
1,1
|
7,48
|
13
|
6
|
1,7
|
2
|
0,9
|
6,12
|
14
|
6
|
1,7
|
2
|
0,8
|
5,44
|
15
|
7
|
1,3
|
1,7
|
0,8
|
4,12
|
16
|
5
|
1,4
|
1,7
|
0,8
|
3,17
|
17
|
5
|
1,4
|
1,7
|
0,9
|
3,57
|
18
|
6
|
1,5
|
1,8
|
1
|
5,4
|
19
|
8
|
1,5
|
1,8
|
1
|
7,2
|
20
|
5
|
1,2
|
1,5
|
0,9
|
2,7
|
21
|
9
|
1,2
|
1,5
|
1
|
5,4
|
|
113,491
|
||||
|
5,404
|
Sampel 3
|
|||||
Daun ke -
|
Pengukura (cm)
|
Luas daun
(pangkal.tengah.ujung)/3 x panjang
|
|||
Panjang
|
Pangkal
|
Tengah
|
Ujung
|
||
1
|
9,5
|
1,5
|
1,8
|
0,8
|
6,84
|
2
|
9
|
1
|
1,3
|
0,6
|
2,34
|
3
|
9
|
1
|
1,3
|
0,8
|
3,12
|
4
|
7
|
1
|
1,3
|
0,8
|
2,42
|
5
|
7
|
1,2
|
1,5
|
0,6
|
2,52
|
6
|
9
|
1,2
|
1,5
|
0,6
|
3,24
|
7
|
7
|
1,1
|
1,4
|
0,7
|
2,51
|
8
|
6
|
1,1
|
1,4
|
0,8
|
2,464
|
9
|
8
|
1,2
|
1,5
|
0,8
|
3,84
|
10
|
7
|
1,4
|
1,7
|
0,6
|
3,332
|
11
|
9
|
1,4
|
1,7
|
0,6
|
4,284
|
12
|
9,2
|
1,5
|
1,8
|
0,6
|
4,968
|
13
|
9,3
|
1,4
|
1,7
|
0,8
|
5,902
|
14
|
9
|
1,4
|
1,7
|
0,7
|
4,99
|
15
|
7
|
1,2
|
1,5
|
0,7
|
2,94
|
16
|
7
|
1,2
|
1,5
|
0,7
|
2,94
|
17
|
6
|
1,3
|
1,6
|
0,6
|
2,496
|
18
|
7
|
1,2
|
1,5
|
0,6
|
2,52
|
19
|
8
|
1,4
|
1,7
|
0,7
|
4,44
|
20
|
9
|
1,3
|
1,7
|
0,7
|
4,641
|
|
72,247
|
||||
|
3,612
|
Sampel 4
|
|||||
Daun ke -
|
Pengukura (cm)
|
Luas daun
(pangkal.tengah.ujung)/3 x panjang
|
|||
Panjang
|
Pangkal
|
Tengah
|
Ujung
|
||
1
|
10
|
1,2
|
1,5
|
0,5
|
3
|
2
|
6
|
0,9
|
1,5
|
0,4
|
1,08
|
3
|
6
|
0,8
|
1,1
|
0,4
|
0,70
|
4
|
7
|
1
|
1,3
|
0,5
|
1,51
|
5
|
9
|
1,2
|
1,5
|
0,5
|
2,7
|
6
|
10
|
1
|
1,3
|
0,4
|
1,73
|
7
|
9
|
1
|
1,3
|
0,5
|
1,95
|
8
|
9
|
0,9
|
1,2
|
0,3
|
0,972
|
9
|
5
|
0,9
|
1,2
|
0,3
|
0,54
|
10
|
6
|
0,9
|
1,3
|
0,4
|
0,936
|
11
|
7
|
0,9
|
1,2
|
0,5
|
1,26
|
12
|
7
|
1
|
1,5
|
0,4
|
1,4
|
13
|
9
|
1
|
1,5
|
0,3
|
1,35
|
14
|
7
|
1,2
|
1,4
|
0,3
|
1,176
|
15
|
8
|
1,2
|
1,5
|
0,4
|
1,92
|
|
22,224
|
||||
|
1,4816
|
Sampel 5
|
|||||
Daun ke -
|
Pengukura (cm)
|
Luas daun
(pangkal.tengah.ujung)/3 x panjang
|
|||
Panjang
|
Pangkal
|
Tengah
|
Ujung
|
||
1
|
9
|
1,7
|
2
|
0,6
|
6,12
|
2
|
8
|
1,5
|
1,8
|
0,5
|
3,6
|
3
|
8
|
1,3
|
1,6
|
0,6
|
3,328
|
4
|
7
|
1,6
|
1,9
|
0,6
|
4,256
|
5
|
8
|
1,2
|
1,5
|
0,5
|
2,4
|
6
|
8
|
1,1
|
1,4
|
0,5
|
2,05
|
7
|
6
|
1,1
|
1,4
|
0,4
|
1,23
|
8
|
9
|
1,2
|
1,5
|
0,6
|
3,24
|
9
|
9
|
1,4
|
1,7
|
0,6
|
4,284
|
10
|
8
|
1,4
|
1,7
|
0,5
|
3,17
|
11
|
7
|
1,5
|
1,8
|
0,4
|
2,52
|
12
|
7
|
1,6
|
1,9
|
0,4
|
0,709
|
13
|
6
|
1,6
|
1,9
|
0,5
|
3,04
|
14
|
6
|
1,6
|
1,9
|
0,5
|
3,04
|
15
|
6
|
1,4
|
1,7
|
0,5
|
2,38
|
16
|
8
|
1,4
|
1,7
|
0,6
|
3,808
|
17
|
8
|
1,5
|
1,8
|
0,6
|
4,32
|
18
|
5
|
1,2
|
1,5
|
0,6
|
1,8
|
19
|
5
|
1,1
|
1,4
|
0,5
|
1,28
|
20
|
6
|
1,1
|
1,4
|
0,4
|
1,23
|
21
|
6
|
1,2
|
1,5
|
0,4
|
1,44
|
22
|
8
|
1,5
|
1,8
|
0,5
|
3,6
|
|
62,845
|
||||
|
2,856
|
Menentukan
Nilai ILD
Untuk menghitung NPA, maka
diperlukan data tabel di bawah ini :
Sampel
|
Berat Basah (gr)
|
Berat Tanpa Akar (gr)
|
Berat Akar (gr)
|
1
|
16,25
|
12,90
|
3,35
|
2
|
22,24
|
18,26
|
3,98
|
3
|
10,70
|
8,35
|
2,35
|
4
|
24,28
|
18,95
|
5,33
|
5
|
16,47
|
14,07
|
2,4
|
Total
|
72,83
|
17,42
|
Catatan: pengukuran diambil dari
daun terpanjang dari setiap sampel
Gulma
|
|
Foto
|
Keterangan
|
|
Teki ( Cyperus
rotundul L.)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyperus rotundus L.
|
Hama
|
|
Foto
|
Keterangan
|
|
Ulat Grayak ( Spodoptera
litura)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
|
|
Belalang
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Upaordo : Caelifera
|
Defisiensi
Unsur Hara
|
|
Foto
|
Keterangan
|
|
Kekurangan unsur Fosfor
|
|
Kekurangan unsur K dan unsur S
|
4.2. Pembahasan
Praktiukm
kali ini adalah tentang budidaya kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.). praktikum dilaksanakan di lahan praktikum
jurusan Budidaya Pertanian. Luas lahan tanam kangkung ini adalah 200 cm x 300
cm, dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm. Perlubang tanamn dimasuki 2 biji.
Kemudian perlakuan pupuk adalah dengan pemberian pupuk Urea, KCl, dan SP-36.
Dari pengamatan pertumbuhan tanaman mulai dari awal tanam hingga panen yaitu selama 5 minggu, diperoleh lah data seperti di atas (Sub bab pengamatan). Dari data tersebut dapat diperoleh hasil berupa rata-rata luas daun, yaitu : Sampel 1 = 1,848 cm2 ; Sampel 2 = 5,404 cm2 ; Sampel 3 = 3,612 cm2 ; Sampel 4 = 1,4816 cm2 ; Sampel 5 = 2,856 cm2.
Dengan diperolehnya nilai rata-rata luas daun, maka dapat pula diperoleh nilai dari ILD = 1,428 dan Nilai NPA = 4,18
Pada minggu terakhir pengamatan yaitu minggu ke 5 terdapat beberapa gulma, hama dan gejala-gejala dari defisiensi unsur hara. Gulma yang ada pada area tanam adalah berupa rumput teki-tekian. Berasal dari lahan itu sendiri, kenapa demikian, ini karena pada saat lahan baru pertama kali di buka, terdapat banyak jenis gulma, dan didominasi oleh rumput teki-tekian ini. Gulma ini ada jenis gulma berdaun kecil. Kemudian, setelah itu karena lokasi dan cuaca penghujan, gulma tersebut berkembang biak dengan cepat, dan juga mengundang datangnya hama berupa ulat grayak dan belalang pemakan daun. Hal ini dikarenakan lingkungan sekitar area praktikum adalah semak-semak dan sebagian besar adalah lahan persawahan yang lama tidak diolah, menyebabkan tempat tersebut menjadi hunian bagi hama tersebut. Selain itu, setelah diamati pada tanaman kangkung, terdapat beberapa gejala defisiensi unsur hara berupa kekurangan unsur fosfor, unsur kalium, dan unsur belerang. Hal ini terlihat dari gejala yang ditunjukkan pada tanaman kangkung tersebut. Keadaan ini dikarenakan kurangnya pemberian pupuk yang mengandung ketiga unsur tersebut.
Dari pengamatan pertumbuhan tanaman mulai dari awal tanam hingga panen yaitu selama 5 minggu, diperoleh lah data seperti di atas (Sub bab pengamatan). Dari data tersebut dapat diperoleh hasil berupa rata-rata luas daun, yaitu : Sampel 1 = 1,848 cm2 ; Sampel 2 = 5,404 cm2 ; Sampel 3 = 3,612 cm2 ; Sampel 4 = 1,4816 cm2 ; Sampel 5 = 2,856 cm2.
Dengan diperolehnya nilai rata-rata luas daun, maka dapat pula diperoleh nilai dari ILD = 1,428 dan Nilai NPA = 4,18
Pada minggu terakhir pengamatan yaitu minggu ke 5 terdapat beberapa gulma, hama dan gejala-gejala dari defisiensi unsur hara. Gulma yang ada pada area tanam adalah berupa rumput teki-tekian. Berasal dari lahan itu sendiri, kenapa demikian, ini karena pada saat lahan baru pertama kali di buka, terdapat banyak jenis gulma, dan didominasi oleh rumput teki-tekian ini. Gulma ini ada jenis gulma berdaun kecil. Kemudian, setelah itu karena lokasi dan cuaca penghujan, gulma tersebut berkembang biak dengan cepat, dan juga mengundang datangnya hama berupa ulat grayak dan belalang pemakan daun. Hal ini dikarenakan lingkungan sekitar area praktikum adalah semak-semak dan sebagian besar adalah lahan persawahan yang lama tidak diolah, menyebabkan tempat tersebut menjadi hunian bagi hama tersebut. Selain itu, setelah diamati pada tanaman kangkung, terdapat beberapa gejala defisiensi unsur hara berupa kekurangan unsur fosfor, unsur kalium, dan unsur belerang. Hal ini terlihat dari gejala yang ditunjukkan pada tanaman kangkung tersebut. Keadaan ini dikarenakan kurangnya pemberian pupuk yang mengandung ketiga unsur tersebut.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
·
Tanaman
kangkung darat adalah salah satu tanaman yang tergolong mudah untuk
dibudidayakan dengan catatan pembudidaya rajin dan tekun untuk merawat tanaman
budidaya agar mendapatkan hasil yang maksimal.
·
Dari beberapa data yang ada di
atas, maka dapat diperoleh hasil pengamatan berupa kurva signoid pertumbuhan
kangkung.
5.2.
Saran
·
Ada baiknya apabila dilakukan
perbaikan sarana dan prasarana laboratorium untuk mendukung jalannya kegiatan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djuariah, Diny. 2008. Variabilitas genetik, Heritabilitas dan
Penampilan Fenotipik 50 Genotipe Kangkung Darat Di Dataran Medium (On-Line).
Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. http://faperta-unswagati.com/pdf/pdfv5/7.pdf.
diakses 13 Desember
2013.
Rahmat,
Sutarya, dkk. 1995. Pedoman Bertanam
Sayuran Dataran Rendah. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Rukmana,
Rahmat. 1994. Kangkung. Kanisius.
Yogyakarta
Srihati dan
Takiyah Salim. 2007. Pengaruh Berbagai
Kompos Terhadap produksi Kangkung Darat.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, 30 Januari, Yogyakarta.
Widiyanto, Eko.
1991. Sinar Tani. Bercocok Tanam Kangkung
Darat. Sinar Tani.