LAPORAN
AKHIR
TEKNIK PEMBIAKAN VEGETATIF DAN MANAJEMEN NURSERI
TEKNIK PEMBIAKAN VEGETATIF DAN MANAJEMEN NURSERI
Disusun Oleh :
Nama : Putri Mian Hairani
NPM : E1J012014
Dosen Pembimbing : Ir.
Hermansyah, M.P
Co-Ass : Riduan Hutabarat
Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan
praktikum yang telah dilaksanakan.
Mata Kuliah Teknik Pembiakan Vegetatif
dan Management Nurseri
Oleh:
(Putri Mian Hairani)
NPM (E1J012014)
Laporan ini telah diperiksa dan
disetujui
Oleh dosen/co assisten pada
Tanggal 24 Desember 2014-12-24
Bengkulu, 24 Desember 2014
Menyetujui
Dosen Pembimbing
|
Praktikan
|
(Ir. Hermansyah, M.P)
|
(Putri Mian Hairani)
|
Acara 1. Budidaya Tanaman Kopi
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah jenis kopi robusta dan
arabika. Proporsi kopi robusta dan arabika di Indonesia adalah berkisar 90% dan
10%, sedangkan pasaran kopi dunia adalah kopi arabika. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka kebijakan pemerintah adalah mengembangkan kopi arabika pada
lahan yang sesuai dan konservasi kopi robusta ke arabika pada ketinggian yang
sesuai, yakni ketinggian 800-1200 meter dpl.
Kendala
pengembangan kopi arabika adalah permasalahan sempitnya lahan yang sesuai dan
banyaknya kawasan hutan lindung dan Taman Nasional pada ketinggian tersebut.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dicari alternatif genotipe kopi arabika
yang mampu tumbuh dan berkembang pada dataran menengah dan dataran rendah.
Hasil sambungan fase serdadu kopi arabika yang dilakukan oleh Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu tahun 2004, terdapat 16 genotipe koleksi kopi
arabika. 16 genotipe tersebut mampu tumbuh dengan baik pada pembibitan yang
dilakukan pada ketinggian 10 meter dpl.
Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian yang berlokasi di sekitar Laboratorium Agronomi
berada pada ketinggian 10-20 meter dpl (di atas permukaan laut). Lahan yang ada
berupa semak dan perdu dengan kemiringan 10 s/d 15%. Lahan tersebut merupakan
media yang cocok untuk pengujian genotipe kopi arabika yang dipersiapkan untuk
lahan ketinggian menengah dan rendah.
Kegiatan
budidaya tanaman kopi arabika pada lahan ketinggian menengah dan rendah
memerlukan naungan dan teknologi budidaya optimal. Teknik budidaya yang perlu
diterapkan adalah pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan
dasar lubang tanam, penutupan lubang tanam, dan penanaman.
Di samping itu pada lahan dengan
elevasi tersebut di atas juga memenuhi syarat untuk diusahakan tanaman karet
yang secara makro dan mikroklimat sesuai dibudidayakan di wilayah Provinsi
Bengkulu.
1.2 Tujuan Praktikum
Memelihara tanaman kopi yang
tergolong dalam tanaman masih belum
menghasilkan
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mengetahui
bagaimana cara memelihara tanaman kopi robusta
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut Sri Najiyati dan Danarti (2006), kopi adalah
spesies tanaman tahunan berbentuk
pohon. Di dunia perdagangan, dikenal
beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi Arabika,
Robusta, dan Liberika. Secara lengkap, klasifikasi botani
kopi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : coffea sp.
Kopi
memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab
dengan sebutan kopi di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe,
Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.
Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang
menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman
bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60
biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya ( Tapanulli Coffea,
2006 ).
Kopi
merupakan tanaman perkebunan / industri berupa semak yang asalnya tumbuh liar
di hutan dataran tinggi Ethiopia, Afrika. Dari Ethiopia, tanaman kopi menyebar
ke negara Arab, Persia hingga tanaman ini tumbuh subur di negara Yaman. Di
Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode tahun
1696-1699 dan ditanam di sekitar Jakarta. Perkebunan kopi berskala besar
menyebar ke daerah Lampung, Sumatra Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Jawa Tengah ( Warintek Progessio, 2006
).
Pada umumnya tanaman kopi berbunga
setelah berumur sekitar dua tahun. Bila
bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota
yang akan berkembang menjadi buah. Kulit
buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan
pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar
6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan.
Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11
bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik di akhir
musim kemarau. Di awal musim hujan,
cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap
mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang (Sri Najiyati dan Danarti
2006). Jika dibandingkan dengan kopi
Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga
4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan.Pada saatdibudidayakan melalui
pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter.
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
kulit luar (exocarp), daging buah
(mesocarp), dan kulit tanduk (endocarp)
yang tipis, tetapi keras. Kulit luar
terdiri dari satu lapisan tipis. Kulit
buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsuran surmenjadi
hijau kuning, kuning, dan akhirnya
menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir
dan rasanya agak manis. Biji terdiri
dari kulit biji dan lembaga (Najiyati
dan Danarti 2006). Kulit biji atau
endocarp yang keras biasa disebut kulit tanduk.
Kopi merupakan sumber pendapatan
untuk lebih 125 juta masyarakat di 52 negara berkembang. Sekitar 25 juta orang yang sebagian besar
adalah usaha kecil menengah menanam kopi pada 11,8 juta ha lahan, menghasilkan
6,6 juta ton kopi per tahun. Seperempat
kopi yang ditanam dikonsumsi di negara asal dan tiga perempatnya diperdagangkan
secara global. Kopi merupakan komoditas
ke-2 terbesar yang diperdagangkan di dunia setelah minyak. Buahkopi dipetik kemudian diubah
menjadi biji kopi yang siap diekspor dalam rantai perdagangan global. Biji kopi diolah menjadi kopi bubuk,
dikemas, dan dijual kepada konsumen
setelah tiba di negara pengimpor.
Pemeliharaan tanaman baik pada saat
belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan tidak selamanya berurutan, akan
tetapi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di kebun, sehingga pada
praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain bisa saja berbeda.
Begitu juga antara tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang, urutan
pelaksanaan pemeliharaan berbeda. Adapun cara pemeliharaan kopi adalah:
1.
Pengendalian
gulma
Cara
pengendalian gulma yang digunakan disesuaikan dengan sarana dan tenaga yang
tersedia. Kombinasi antara cara mekanis dan pemberian mulsa merupakan cara yang
dianjurkan. Pekerjaan pengendalian gulma meliputi: pembabatan apabila perlu,
pencangkulan ringan pada saat menjelang pemupukan dan pemberian mulsa pada saat
menjelang musim kemarau. Untuk mengendalikan gulma khusus seperti alang-alang (Imperata cylindrica), mikania dan teki
sebaiknya dilakukan secara mekanis dan kimia (herbisida). Pengendalian secara
kimia untuk alang-alang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu blanket spraying (penyemprotan
menyeluruh), spot spraying
(penyemprotan setempat) dan wiping
(penyemprotan).
2.
Pemupukan
Pemupukan
tanaman menghasilkan bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang
optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan
analisis tanah dan daun terlebuh dahulu. Dengan analisis tanah dan
daun, maka ketersediaan unsur-unsur hara didalam tanah pada saat itu dapat
diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga.
Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap
jenis-jenis unsur hara secara tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan
yang harus diaplikasikan (Setyamidjaja, D, 2006).
Praktik
pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi
dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat
bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi
tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan penyakit dan pengaruh iklim, yang tidak menguntungkan. Selain
itu pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi hingga akhirnya tercapai daya hasil
(produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena
pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta
memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah
yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit ( Pahan, I, 2006).
3.
Penyiraman
Penyiraman
bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8
mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara
menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak
dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
4.
Penyiangan
Gulma
yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,
dikored atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam
sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu praktikum :
25 September 2014
·
Tempat praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman
kopi robusta yang berada pada kebun percobaan Agronomi. Alat yang digunakan
adalah mistar dan alat tulis.
3.3 Cara Kerja
Urutan
pekerjaan yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi:
1. Melakukan
pengukuran pada tanaman dengan peubah/parameter sebagai berikut:
·
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dengan cara
mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai bagian tunas paling ujung.
Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai
selesai praktikum
·
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong,
pada ketinggian ± 3 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dimulai sejak penanaman
dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·
Luas Daun (cm2)
Luas daun diukur terhadap 3 sampel daun yang diambil dari
ujung, tengah dan pangkal batang. Kemudian data yang diperoleh digunakan untuk
mencari luas daun dengan cara mengalikan panjang (cm) kali lebar (cm) dan angka
tersebut dikalikan faktor koreksi 85% (0,85). Pengamatan dimulai sejak
penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
·
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung terhadap daun yang telah membuka
sempurna terhadap seluruh daun. Pengamatan dimulai sejak penanaman dan diulang
setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
2. Melakukan
penggemburan dan penyiangan dengan menggunakan sabit/cangkul terhadap tanaman
yang ditanam bersamaan pada waktu pengamatan
3. Melakukan
pengendalian gulma dengan menyemprotkan herbisida jika diperlukan
3.4 Sifat-sifat
yang Diamati
·
Tinggi tanaman
·
Diameter batang
·
Luas daun
·
Jumlah daun
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum/Data Pengamatan
Tanggal
Pengamatan
|
Variabel
Pengamatan
|
|||
Tinggi
Tanaman
(cm)
|
Diameter
Batang
(cm)
|
ILD
(p
x l x 0.85)(cm2)
|
Jumlah
Daun
(helai)
|
|
25/09/2014
|
50
|
0.4
|
32.27
|
24
|
09/10/2014
|
52
|
0.5
|
42.51
|
21
|
23/10/2014
|
54
|
0.5
|
41.2
|
24
|
06/11/2014
|
54.5
|
0.5
|
40.37
|
23
|
20/11/2014
|
55.5
|
0.5
|
48.72
|
26
|
04/12/2014
|
55.5
|
0.5
|
42.20
|
27
|
4.2 Analisis Hasil/Analisis Statistik
V.
PEMBAHASAN
Pada pengamatan
praktikum tentang pemeliharaan tanaman kopi, yaitu kopi robusta, ada beberapa
hal yang diamati sebagai indikasi pertumbuhan yang diamati setiap 2 minggu
sekali. Peubah atau variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter
batang, luas daun, dan jumlah daun.
Dari data pengamatan diperoleh hasil
bahwa tinggi tanaman mengalami peningkatan dari minggu pertama yaitu 50 cm,
kemudian 52 cm, 54 cm, 54,5 cm, kemudian konstan 55,5 cm sampai pengamatan
ke-6. Begitu pula denga diameter batang yang minggu pertama 0,4 cm menjadi 0,5
cm sampai pengamatan ke-6. Diikuti dengan luas daun dan kemudian jumlah daun.
Peubah yang diamati tersebut belum
sesuai dengan kaidah pertumbuhan pada tanaman, yang kurva nya berbentuk menaik,
kontan, dan menurun.
Kemungkinan yang terjadi adalah human error atau kesalahan praktikan
saat melakukan pengukuran.
Pada masa-masa pemeliharaan juga
selain melakukan pengukuran, kita juga perlu memperhatikan daerah tumbuh
tanaman kopi agar tidak terganggu dengan gulma yang tumbuh disekitar area
pertanaman. Hal-hal yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan pembersihan
secara manual, maupun dengan penyemprotan apabila diperlukan.
VI.
KESIMPULAN
Tanaman yang masih muda
perlu diperhatikan pertumbuhannya karena inilah masa-masa tanaman mulai
berproduksi dan sering terkena serangan hama dan penyakit.
Pengendalian tanaman yang terserang yang dilakukan ada
bermacam-macam. Mulai dari pengendalian secara hayati , mekanik, atau dengan
menggunakan bahan kimia, misalnya dengan menggunakan pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja,D.
2006. Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya
Panen Dan Pengolahan.Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta.
Sri Najiyati dan Danarti. 2004 . Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Tapanulli
Coffea, 2006.Sejarah Tanaman Kopi. http://www.TapanulliCoffea.com.
( 20 Des 2014 ).
Warintek
Progessio, 2006. Tentang Tanaman Kopi.
http://www.Plantations.Padma.Ws, akses 20 Des 2014
Acara 2. Pengisian Polibag dan Pembuatan Media
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media tanam merupakan
media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang didalamnya.
Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan sejenis lainnya. Saat ini, di
kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam
bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi
selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka. Sedangkan, media tanam
yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik.
Dalam
hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan antara berbagai media tanam itu
berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap
perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap
media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatn
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·
Mengisi polibag dengan media tanah dengan benar.
·
Membuat media dengan benar.
·
Menyusun polibag dengan benar.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mengetahui peranan dan komposisi
media tanam pada proses pertanaman berbagai macam tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Media perakaran berfungsi sebagai
pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan
penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman
(1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup,
berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
Beberapa media perakaran stek yang dilakukan adalah tanah
subsoil, tanah topsoil, pupuk kandang, dan kompos. Pupuk kandang dapat
memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan akar tanaman didalam pembibitan. Peranan dari pupuk kandang ini
dapat mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan
kalium, dan meningkatkan kapasitas tahan kation tanah. Disamping itu pupuk
kandang dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, dan dapat memperbaiki
sifat - fisik dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan
unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.
Suwardjono, (2003) mengatakan bahwa
pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehinga, dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk
kandang antara lain (1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor,
nitrogen, sulfur, dan kalium, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah,
(3) melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, (4) memperbaiki sifat fisik dan
struktur tanah, dan (5) membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro
sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.
Pemberian bahan organik pada tanah
masam dapat meningkatkan serapan P karena setelah bahan organik terdekomposisi
akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan
asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al
yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin,
2003).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan
pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup
baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya,
tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase
dan aerasenya kurang baik (Anwar, 2006).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu Praktikum :
·
Tempat Praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain
: cangkul, ember, sekop kecil, gunting, pisau. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain : air, tanah, pupuk kandang, pasir, air/sekam padi, polibag (15 x
20 cm, 20 x 30 cm, 30 x 40 cm).
3.3 Cara Kerja
·
Mengambil tanah bagian atas (lebih kurang
ketebalan 25 cm dari permukaan).
·
Mengambil juga pupuk kandang dan sekam padi.
·
Mencampurkan tanah bagian atas tersebut dan
pupuk kandang dan sekam padi secara merata dengan perbandingan 1 : 1 : 1,
berdasarkan volume; misal; 1 ember tanah lapisan atas dan 1 ember pupuk kandang
dan 1 ember sekam padi.
·
Mengambil polibag dan membuat lubang (jika
polibag belum dilubangi) pada masing-masing sisi polibag lima lubang, tinggi
lubang ±6 cm dari
dasar polibag.
·
Menggunting sudut-sudut polibag sehingga terjadi
dua lubang dan dibalikkan permukaan polibagnya.
·
Memasukkan media tersebut ke dalam wadah
polibag.
·
Mengisi polibag ½ bagian dan
dijatuhkan/dihentakkan ke tanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampai dua
pertiga bagian dijatuh-jatuhkan kembali tiga kali, selanjutnya diisi sampai
penuh.
·
Menyusun media polibag pada bedeng-bedeng
pembibitan.
·
Menyiram media tanam sampai lembab.
·
Media dalam wadah siap ditanami dengan bahan
tanaman yang tersedia.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum
V.
PEMBAHASAN
Tanah adalah suatu benda alam yang
terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai
hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya
tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh
kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pembentukan. Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting
karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa
perbaikan
peredaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah,
tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah
tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik
akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal,
sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya
terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di
dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap
keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya
gaya dari luar, seperti pukulan butiran air hujan. Dengan demikian tahan erosi
sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah
halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah
yang jelek tentunya sebaliknya engan keadaan diatas. Dan kegiatan yang berupa
pengolahan tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk organik,
lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah.
Di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis
hewan dan mikroorganisme, dari yang berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan protozoa/invisibee
mikro-biota) hingga biota yang berukuran sangat besar seperti cacing tanah,
kutu, tikus, kaki seribu dan megafauna. Aktivitas biologi organisme tanah
terkonsentrasi di topsoil. Komponen biologi menempati tempat yang tipis atau
halus (<0.5%) dari total volume tanah dan membuat kurang dari 10% total bahan
organik tanah. Komponen hidup ini terdiri dari akar tumbuhan dan organisme
tanah.
VI.
KESIMPULAN
Komposisi
media tanam harus disesuaikan dengan karakteristik dari tanaman yang akan
ditanam. Selain itu, media tanam dengan komposisi yang tepat akan sangat
membantu dalam pertumbuhan akar, dan menjadi media tanam yang kaya akan sumber
hara yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet Sei Putih. http://
www.ipard.com/ art_ perkebun/ MANAJEMEN %20 DAN%20 TEKNOLOGI%20
BUDIDAYA%20 KARET. pdf [20 Des 2014].
Hartman
dan Kester, 1983. Plant propagation Principle and Practise Prentice Hall
Internasional
Inc Engelwoods Clifs New Jersy 253-341
Hasanudin.
2003. Peningkatan ketersediaan dan serapan N dan P serta hasil tanaman jagung
melalui inokulasi mikoriza, azotobacter dan bahan organic pada ultisol. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89.
Suwarjono,
2003. Pengaruh beberapa Jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi
kacang tanah.
Acara 3. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Cara Cangkokan
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah/Praktikum
Didalam
dunia pertanian dikenal dua model perbanyakan tanaman yaitu perbanyakan tanaman
secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan
penyemaian biji, sedangkan pada perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan
setek, cangkok, okulasi, sambung, susuan dan pemisahan.
Tanaman
dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya
adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan
cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn
tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat
berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung
pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman,
ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury &
Cleon, 1995).
Salah
satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara
vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang
dilakukan untuk memeperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih
tumbuh. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai
kambium Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung
tumbuh merambat dan berbatang kecil. Selain itu, pada tanaman monokotil yang
tifak memiliki kambium apabila dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan
langsung melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).
Tanaman
yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada
tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang
sulit dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu
pun dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang berbeda, sebagai contoh
tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).
1.2 Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·
Memahami bahwa cara cangkokan adalah salah satu
bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·
Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai
jenis tanaman dengan cara cangkokan.
·
Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang
benar dalam mencangkok dari berbagai jenis tanaman.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa memiliki keterampilan untuk
melakukan cangkok berbagai jenis tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Mencangkok
adalah teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang
pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.
Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya
lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada
dipohon induk (Prastowo, 2006).
Cangkok
adalah proses perbanyakan tanaman dengan cara melukai cabang tanaman dan
menutupnya dengan media cangkok, kemudian dari luka tersebut muncul akar
(Ambarwati, 2007).
Keuntungan
pembibitan dengan sistem cangkok yaitu produksi dan kualitas buahnya akan
persis sama dengan tanaman induknya. Dan tanaman asal cangkok bisa ditanam pada
tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Sedangkan
kerugian pembibitan dengan sistem cangkok yaitu pada musim kemarau panjang
tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena
tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang
yang dipotong, dan dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa
batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa
dilakukan dengan cara ini (Prastowo, 2006).
Media
untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut kelapa ataupun
cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan
tanah (1:1). Waktu pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan,
sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal
musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu
juga (Prastowo, 2006).
Pembungkus
cangkok sangat dianjurkan untuk memakai pembungkus plastik. Kelebihan memakai
plastik yaitu relatif lebih murah dan mudah diperoleh; kedap air sehingga media
tetap basah dan tak perlu disiram; pembungkus dari plastik mudah dilepas;
akar-akar yang baru tumbuh dalam cangkokan tidak akan putus karena tidak
melekat di plastik (Rahardja & Wahyu, 2007).
Akar
yang akan dicangkok harus berukuran sebesar pensil, usia sedang dengan tanda
warna kulit kayu abu-abu putih, tidak hijau, dan tidak cokelat. Ranting harus
dipilih yang sehat, tidak ada tanda-tanda kena amur atau serangan hama.
Pengupasan kulit kayu akan memutus aliran zat makanan dari daun, sehingga zat
makanan akan menumpuk di dekat sayatan atas dan merangsang pertumbuhan akar
(Rahardja & Wahyu, 2007).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu Praktikum :
·
Tempat Praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan yaitu:
berbagai jenis tanaman buah-buahan (jambu air, mangga, salak, jeruk, dll) dan
tanaman hias (bougenville), tanah/tanah bakar, pupuk kandang, mos, air, ZPT,
sabut kelapa, plastik hitam/putih, tali rafiah, plastik label, spidol
permanent. Adapun alat-alat yang dipakai adalah : gunting stek, pisau/cutter,
ember, hand sprayer.
3.3 Cara Kerja
·
Menentukan pohon induk, jangan terlalu muda atau
terlalu tua.
·
Sudah pernah berbunga (tanaman hias) dan berbuah
(tanaman buah).
·
Tumbuh kuat dan subur, tidak terserang hama
penyakit.
·
Mempunyai banyak cabang.
·
Memilih cabang, ukurannya tidak terlalu besar
(sebesar kelingking atau pensil).
·
Bentuk cabang tegap dan mulus, dan berwarna
coklat muda.
·
Panjang cabang antara 20-30 cm. Jumlah daun
cabang harus banyak.
·
Cabang mengarah ke atas atau ke samping.
·
Menyayat dan mengupas kulit kayu. Besar kecilnya
sayatan disesuaikan dengan diameter cabang/batang. Cabang kecil sayatan ± 2cm arah vertikal,
cabang besar sayatan > 2 cm, sepertiga cabang arah horizontal. Sayatan
berada tepat di bawah kuncup daun.
·
Mengerok kambium. Membungkus cangkokan.
·
Pemeliharaan cangkokan yang paling utama adalah
menjaga kelembaban media. Dalam pemeliharaan setiap hari jika tidak ada hujan
untuk cangkokan yang menggunakan sabut kelapa, sedangkan yang dibungkus plastik
tidak perlu disiram hingga cangkokan berakar. Akar biasanya baru keluar 2 bulan
setelah dibungkus (tergantung jenis tanaman).
3.4 Sifat-sifat yang Diamati
·
Melakukan pengamatan terutama pada akarnya,
apakah sudah tumbuh (±
2 bulan).
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Tanaman
yang Dicangkok
|
Panjang
Akar setelah 2 bln
|
1
|
Lengkeng
|
2
cm
|
2
|
Jeruk
Kalamansi
|
8
cm
|
3
|
Pucuk
Merah
|
4
cm
|
V.
PEMBAHASAN
Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada
calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Air dan
mineral tetap diangkut melalui xylem ke tunas / cabang yang dicangkok. Dengan
demikian, hasil perbanyakan dengan cara mencangkok lebih tinggi daripada
hasil perbanyakan denga stek. Ada 2 macam cara mencangkok yang sering dilakukan
pada tanaman tertentu.
Dalam mencangkok, dapat diberikan
Rooton F yang berfungsi sebagai salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi
perakaran pada tanaman yang sulit untuk mengeluarkan akar.
idalam perlakuan pencangkokan tanaman
menggunakan pembungkus atau pembalut yang digunakan sebagai media perakaran.
Bahan pembungkus atau pembalut yang digunakan dalam praktikum yaitu serabut
kelapa dan plastik. Perlakuan tersebut dilakukan bertujuan untuk menahan media
yang digunakan dalam cangkokan, memepertahankan kelembapan akar dan agar
mendapatkan hasil dengan baik dengan waktu yang relatif lebih cepat juga untuk
menghindari terkena cahaya langsung, sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan
sehat dalam keadaan gelap dan lembab. Untuk cangkokan umumnya menggunakan bahan
dari sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media
perakaran. Supaya cangkokan dapat berhasil dengan baik dengan waktu yang
relatif cepat dan ekonomis, selain itu untuk bahan pembungkus media dapat pula
dengan menggunakan plastik. Sedangkan dari media untuk mencangkok bisa
menggunakan cocopeat atau serbuksabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa.
Dapat pula dugunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah. Dan untuk
merangsang pertumbuhan akar harus memilki porus sehingga mudah ditembus
akar-akar muda, ringan agar tidak membebani batang yang dicangkok, mampu
menahan air sehingga media cukup lembap.
Dalam melakukan pencangkokan
membutuhkan persyaratan agar mendapatkan hasil yang baik dan maksimal, baik
dari segi fisik maupun lingkungan sekitarnya. Beberapa persyaratan antaralain;
tiadak dapat dibiakkan dengan cara layarage lain, kemudian dari segi pemilihan
batang yaitu memiliki batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi dengan
pemilihan pohon induk dari tanaman induk yang sehat dan kuat dipilih dari
varietas yang telah dikenal sifat buah yang diinginkan. Pohon induk dipilih
dari pohon yang bentuk cabangnya lurus, panjang cabang kira-kira sebesar jari
telunjuk orang dewasa dan sebaiknya dipilih cabang atu dahan yang telah berumur
satu tahun. Selain dengan persyaratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal
antaralain; pelaksanaan mencangkok sebaiknya dilakukan pada waktu musim
penghujan agar meringankan pemeliharaan terutama dalam hal penyiraman. Pemilihan
batang cangkok, sebaiknya batang cangkoan jangan diambil dari pohon induk yang
terlalu tua karena biasanya dahan pohon induk kurang baik untuk dicangkok juga
jangan mengambil dari pohon yang terlalu muda karena sifatnya kebanyakan belum
terlihat. Kemudian dari segi pemeliharaan, jika pencangkokan dilakukan pada
musim kemarau sebaiknya bibit disiram dua kali sehari. Pada musim penghujan
penyiraman dilakukan seperlunya sesuai dengan situasi untuk mempercepat
pertumbuhan akar.
Dalam melakukan pencangkokan haruslah
mengerti bagaimana cara pencangkokan yang benar juga harus diperhatikan cara
pengikatan yang benar agar hasilnya sesuai keinginan dan maksimal. Langkah awal
yaitu dengan mengikat lembar plastik atau sabut kelapa dibagian bawah keratan
dengan tali rafia. Lembaran plastik atau sabut kelapa dilipat keatas hingga
membentuk kantong, kantong yang terbantuk diisi dengan tanah yang dicampur
dengan kompos atau pupuk kandang dengan posisi menutup luka sayatan seluruhnya
dan setelah kantong berisi tanah diikat beberapa sentimeter diatas keratan,
pengikatan jangan terlalu erat atau terlalu renggang.
VI.
KESIMPULAN
Melakukan perbanyakan vegetatif
tanaman dengan cara mencangkok harus memperhatikan karakteristik tanaman yang
ingin dicangkok, serta kebersihan dari alat-alat yang digunakan untuk
mencangkok. Karena hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
cangkokan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
Siti. 2007. Budi Daya Tanaman Hias. Ganeca Exact: Bandung.
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Prastowo,
N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah.
World Agroforestry Center: Bogor.
Rahardja,
P.C. dan Wahyu Wiryanta. 2007. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. AgroMedia
Pustaka: Jakarta.
Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Wudianto,
Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Acara 3. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Stek (Cutting)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembanyakan secara vegetatif ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: stek atau cutting, okulasi,
penyambungan, dan cangkok. Perbanyakan stek tidak memerlukan teknis yang rumit
yang dimana dalam perbanyaka tanaman stek ini mempunyai keunggulan yaitu dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang
tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan
induknya.
Menyetek merupakan salah satu cara
pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan beberapa bagian dari tanaman
seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut
membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna. Penyetekan
merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman
seperti akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian-bagian tanaman
tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan
pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang, namun pada beberapa tanaman
seperti Sansiveira sp. dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan.
Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang
dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan
induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga
untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek
dalam kondisi yang sama.
1.2 Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum
ini mahasiswa diharapkan mampu:
·
Memahami bahwa cara stek adalah salah satu
bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·
Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai
jenis tanaman dengan cara stek.
·
Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang
benar dalam menyetek dari berbagai jenis tanaman.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa memiliki keahlian untuk
melakukan stek .
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pembiakan vegetatif sangat diperlukan
karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya
sehingga mempunyai struktur genetik yang sama (Adinugraha, 2007). Dari satu
batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat diperbanyak menjadi
beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang seragam (Hidayat, 2010).
Reproduksi vegetative secara buatan
adalah terjadinya individu baru(tanaman baru) karena tindakan manusia
(Abdullah, 2007). Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan
tanaman yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu (Rukmana,
2012).
Stek adalah reproduksi vegetative
suatu tumbuhan dari potongan batang, daun, daham, atau ranting, yang kemudian
ditanam. Penyetekan adalah suatu perlakuan atau
pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas
dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi
tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya
serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada umumnya
dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta
mempercepat perbanyakan tanaman (Abdullah, 2007).
Beberapa teknik stek yang dapat
digunakan adalah stek daun, stek batang, dan stek akar (Hidayat dan Sri, 2009).
Peranyakan tanaman dengan cara setek merupakan
perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman.
Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses
penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang
terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan
permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa
milliliter dari mata tunas. Setek yang baik untuk ditanam harus berasal
dari induk yang sehat. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat mempengaruhi
hasil panen karena tingkat kesuburan dan pertumbuhan tidak merata (Melati dan
Rusmin, 2008).
Sebagai salah satu
perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak
dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit
sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998) mendefinisikan stek
sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar,
batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar.
Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan
sebagainya.
Tanaman
yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran
tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat- sifat lainya. Selain itu kita
juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu mempunyai akar, batang, dan daun
yang relatif singkat (Wudianto, 1998).
Stek
batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan dan perkebunan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek batang dan stek pucuk
adalah yang menggunakan batang dan pucuk stek. Stek batang adalah pembiakan
tanaman yang menggunakan bagian batang agak tua dengan memotong bagian pucuknya
yang dipisahkan dari induknya. Stek batang ini diambil dari bagian tanaman yang
ortotrop dan mengharapkan tumbuhnya tunas dari kuncup – kuncup tunas yang
tumbuh di ketiak tanaman.
Stek
batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian batang
sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang
sempurna. Menurut Yasman dan Smits (1988), stek batang pucuk ini sebaiknya
diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu
batang yang kokoh dan lurus keatas.
Keuntungan
dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain
karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang
besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan
relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988). Dengan
demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih pohon-pohon unggul
dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta mudah penanamannya.
Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek, Yasman dan Smits (1988)
menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya 1 cm dibawah buku (node)
karena sifat anatomis dan penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut
adalah lebih baik untuk perakaran stek.
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu praktikum :
Oktober 2014
·
Tempat praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Tanaman/cabang
Bougenville, Sansevera, lada perdu, Rootone F, Atonik, tanah, pupuk kandang, pasir, aquades, plastik
bening, ember, tali rafia, paku, meteran ukuran 5 m, polibag hitan, pisau
okulasi.
3.3 Cara Kerja
·
Pemilihan bahan tanam dari induk yang sehat,
tidak ada gejala penyakit serta warnanya hijau, pilih cabang yang berasl dari
cabang orthotrop/tunas wiwilan/air/buku dari sulur panjat dan atau cabang
buah/daun.
·
Penyiapan media tanam untuk stek adalah campuran
tanah top soil, pupuk kandang, pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1, atau 2 : 1
: 1. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polibag/pot wadah
plastik (nampan) yang telah disediakan, kemudian disiram hingga jenuh air dan
dibiarkan beberapa saat.
·
Pembuatan stek.
Stek Pucuk.
o
Memilih cabang yang mempunyai diameter 0,5 cm,
masih muda yang mempunyai pucuk.
o
Memotong cabang 10-15 cm dengan sudut 450
tepat di bawah tangkai daun.
o
Daun-daun bagian bawah dibuang dan disisakan 2
hingga 4 helai daun pada bagian pupuk (daunnya dibuang separuh).
o
Setelah dipotong stek pucuk direndam atonik 10
cc/liter selama 20 menit, atau diolesi dengan Rootone F setelah dibuat pasta
pada bagian potongan stek.
Stek Daun
o
Memilih daun yang berwarna hijau dari tanaman
hias, yang berdaun tebal berdaging, dipilih yang telah cukup umur.
o
Memberikan Rootone F, Atonik untuk merangsang
pertumbuhan akar.
Stek Cabang/batang
o
Memotong stek dari cabang terpilih dengan
panjang 15-30 cm, sedangkan stek yang digunakan untuk lada perdu adalah stek
cabang buah (2-4 helai daun).
o
Memotong pangkal stek dengan sudut 450
di bawah buku dari sulur panjat ±
1 cm.
o
Stek kemudian direndam dalam air hingga saat
tanam.
o
Sebelum ditanam pangkal stek pada bidang
potongnya dioleskan Rootone F yang telah berbentuk pasta atau direndam atonek
10 cc/liter selama 20 menit, dan pada bidang potongan bagian atas diolesi
dengan lilin/kapur.
3.4 Sifat-sifat
yang Diamati
·
Tinggi tunas (cm) ; yang diukur mulai pangkal
tunas sampai titik tumbuh tertinggi, yang dilakukan pada akhir (6 bulan).
·
Jumlah cabang ; dengan menghitung jumlah cabang
yang tumbuh, yang dilakukan pada akhir percobaan (6 bulan).
·
Jumlah daun (helai); dengan menghitung semua
daun yang telah membuka sempurna, dilakukan pada akhir percobaan (6 bulan).
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Tanaman
yang Dicangkok
|
Sifat
yang Diamati (Minggu ke 6)
|
||
Tinggi
Tunas
|
Jumlah
Cabang
|
Jumlah
Daun
|
||
1
|
Bougenville
|
10
cm
|
1
|
4
helai
|
2
|
Lada
Perdu
|
-
|
-
|
2
|
3
|
Sanzevera
|
-
|
-
|
-
|
V.
PEMBAHASAN
Perbanyakan dengan stek mudah
dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang
rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai
keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama
dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek
lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah
yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit.
Selain adanya keunggulan, perbanyakan
tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun
morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara stek ini
memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan
yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin
kencang, tanah selalu jenuh, dsb sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan
tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang
banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat
rendah. Faktor-faktor yang keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor
lingkungan dan faktor dari dalam tanaman:
1. Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan
cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama
pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara
pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang
dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta
bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
2. Faktor
Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi
penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda
pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur
Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih
mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan
apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat
penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin
kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis
Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan
stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut
untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan
lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan
penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi
tempat munculnya adventif.
c. Adanya
Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting
bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak
terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan
suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang
dinamakan Rhizokalin.
d.
Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan
dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio).
Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil
dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak
dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
e. Zat
pengatur Tumbuh
Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan
antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas
yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat
pertumbuhan pada kadar tinggi.
Pada praktikum
ini, perbandingan komposisi media 1 : 2 : 1. Media-media yang digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir,
kompos, dan arang sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan
adalah media yang mengandung campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1
: 2 : 1 (1 pasir : 2 kompos : 1 arang sekam). Hal itu disebabkan
karena karena pada bagian tengah memiliki C/n yang ideal sehingga memberikan
respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang tinggi menunjukkan kandungan
karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan akar serta media
kompos mengandung banyak bahan organik yang berasal dari daun – daun yang
membusuk sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bahan stek. Sedangkan pada
media yang mengandung pasir atau arang sekam lebih banyak dibandingkan kompos
hanya menghasilkan jumlah akar dan panjang akar lebih sedikit.
Pertumbuhan sel kalus berasal dari
sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh lebih mudah di iringi dengan
pergerakan auksin yang lebih lancar. Pada perlakuan memotong daun 45˚ terdapat
banyak akar daripada memotong daun 180˚, hal ini menunjukkan bahwa semakin
datar permukaan setek maka potensi utmbuhnya akar akan lebih kecil.
Sehingga dalam penyetekan permukaan batang stek harus di sesuaikan (Adit,
2012).
VI.
KESIMPULAN
Peranyakan
tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam
bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk
tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah.
Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam
untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung
sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek
bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya
kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian
nantinya stek yang diharapkan akan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M, dkk. 2007.Ipa Terpadu SMP dan MTs
Jilid 3a. Jakarta:esis
Adinugraha, H. A, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai
Jenis Eucalypus pelilita F.
Muell di Persemaian. Pemuliaan Tanaman Hutan, 1(1)
Adit, R. 2012. Pembiakan
Vegetatif dengan Cara Stek. http://rezer- adt.blogspot.com/2012/11/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-stek.html. Diakses
20 Desember
2014
Hidayat, S dan Sri. W. 2009. Seri Tumbuhan Obat
Berpotensi Hias(2). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan
Akar Primer, Sekunder, Tersier Stek Batang Bibit Surian (Toona
sinensis Roem). Wana Mukti Forestry Research, 10 (2): 1-8
Melati dan D. Rusmin. 2008. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Mutu dan Pertumbuhan Setek
Nilam Berakar (Pogostemon cablin Benth)
selama Penyimpanan. Littri, 14(1) : 1-6
Rukamana, R. 2012. Bugenvil. Cetakan ke 13.
Yogyakarta: Kanisius
Wudianto,
1998. Membuat stek cangkok .Cangkok dan Okulasi PT.Penebar Swadaya
Jakarta
Yasman dan Smits, 1988. Metode Pembuatan stek. Badan Peneliti
kehutanan Samarinda.
Acara 5. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Okulasi (Budding)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan tanaman dengan sifat yang baik semakin meningkat. Kebutuhan
ini bila tidak diimbangi dengan penyediaan tanaman berkulitas dalam waktu cepat
akan menimbulkan masalah. Selain itu rendahnya kemampuan menghasilkan tanaman
dalam waktu cepat akan menurunkan nilai ekonomis dari pertanian. Oleh karena
usaha-usaha diluar batas konvensional harus segera dilakukan untuk mengatasi
hal ini.
Pengembang biakan tanaman dalam hal ini tidak bisa lagi dilakukan dengan
cara konvensional. Pengembangbiakan dengan cara konvensional seperti
menggunakan biji akan membutuhkan waktu lama dan sifat dari tanaman baru yang
dihasilkan akan berbeda dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode
pengembangbiakan vegetatif menjadi jawaban dari masalah ini. Pengembang biakan
vegetatif adalah pengembangbiakan yang dilakukan secara tidak kawin yaitu
menggunakan organ vegetatif dari tanaman.
Keunggulan
pembiakan tanaman secara vegetatif adalah waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan individu baru cepat dan individu yang dihasilkan memiliki sifat
yang sama dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode ini adalah metode yang
mampu menjawab masalah sebelumnya, karena dengan metode vegetatif ini pembiakan
tanaman tidak perlu menunggu tanaman melakukan penyerbukan terlebih dahulu dan
juga bisa menjamin bahwa hasil dari tanaman yang dihasilkan memiliki sifat sama
dengan tanaman induk.
Salah
satu metode dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah metode okulasi.
Metode okulasi atau disebut juga metode Budding adalah metode
pengembangbiakan tanaman dengan cara lateral grafting dengan menggunakan satu
mata tunas sebagai batang atas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
sifat-sifat baik / unggul yang dimiliki batang atas. Adapun pelaksanaannya
dengan menyisikan mata tunas pada batang bawah diantara kedua buku. Bagan
batang bawah diatas sisipan mata tunas dihilangkan agar mata tunas ini
mempunyai kekuatan tumbuh untuk membentuk ujung batang baru sebagai pengganti
bagian batang bawah yang telah dihilangkan.
1.2 Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·
Memahami bahwa cara okulasi adalah salah satu
bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·
Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai
jenis tanaman dengan cara okulasi.
·
Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang
benar dalam mengokulasi dari berbagai jenis tanaman.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa memiliki keterampilan untuk
melakukan okulasi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Okulasi
merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang
bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan
sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan
pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar
produksi bisa lebih tinggi (Tim Penulis PS, 2008).
Okulasi
adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon induknya, yaitu mata
tunas. Mata tunas yang sudah dipisahkan dari induknya tidak akan dapat hidup
tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata
tunas ini disebut batang bawah (Tim Penulis PS, 2008).
Penempelan
atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai
satu satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan
atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan
disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan
merupakan potongan satu mata tunas (entres) (Prastowo, 2006).
Waktu
terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi.
Karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium
tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Diatas jam 12 siang daun mulai
layu. Tetapi ini bisa diatasi dengan menempel ditempat yang teduh, terhindar
dari sinar matahari langsung (Prastowo, 2006).
Okulasi
merupakan tempelan mata tunas suatu tanaman yang sudah diketahui lebih unggul
kepada bibit atau batang tanaman lain yang hendak diperbaiki kualitasnya. Grafting
merupakan penyambungan bagian tanaman ke tanaman jenis lain yang akan
diperbaiki kualitas-nya . seperti halnya pada okulasi, kedua tanaman yang
disambung sudah diketahui kelebihan atau keunggulannya (Mangoendidjojo, 2003).
Bagian
bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock
atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman
yang disambung atau ditempelkan disebut batang atas (scion). Bila scion
merupakan sepotong batang atas atau cutting, proses penggabungan antara
batang bawah dan batang atas tersebut disebut grafting. Bila scion hanya
berupa satu mata tunas yang digabungkan dengan batang bawah secara penempelan,
proses penggabungan tersebut dinamakan okulasi atau budding (Mangoendidjojo,
2003).
Grafting
dan budding merupakan cara pembiakan tanaman secara vegetatif untuk
membentuk populasi tanaman secara klonal, bila cara penyetekan tidak dapat
dilakukan. Ada beberapa tanaman yang dapat dengan mudah dilakukan penyetekan,
tetapi ada pula tanaman yang lebih mudah dibiakan dengan penyambungan atau
penempelan(Mangoendidjojo, 2003).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu praktikum :
November 2014
·
Tempat praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih
mangga dan rambutan. Mata tunas dari berbagai macam benih mangga dan rambutan
(sebagai entres), plastik pembungkus/tali rafia, vaselin, polibag ukuran 30 cm
x 40 cm, kertas label. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi/cutter, batu
asah, kain lap.
3.3 Cara Kerja
Teknik
okulasi yang digunakan pada praktek adalah teknik okulasi segi empat. Tahapan
okulasi segi empat adalah sebagai berikut:
·
Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat
atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip
(ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan
dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium
tidak mengering.
·
Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai
dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
·
Selanjutnya mata tunas ditempelkan pada batang
bawah, pada bagian luka dioles dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali
plastik.
·
Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh
setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan
masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat
menandakan sambungan tidak berhasil.mati.
3.4 Sifat-sifat yang Diamati
·
Persentase okulasi jadi (%)
·
Panjang tunas (mm)
·
Jumlah daun (helai)
·
Diameter tunas (mm)
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Tanaman
yang di Okulasi
|
Sifat-sifat
yang diamati minggu ke 6
|
|||
%
okulasi jadi
|
Panjang
tunas
|
Jumlah
daun
|
Diameter
tunas
|
||
1
|
Mangga
|
100%
|
2
cm
|
1
|
0,2
cm
|
2
|
Rambutan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
V.
PEMBAHASAN
Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap
batang atas antara lain (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk
tajuknya, (2) mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol
ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan
penyakit tanaman. Menurut Sumarsono (2002), Stadia entres berpengaruh terhadap
pertumbuhan batang bawah. Pertambahan batang bawah yang diokulasi dengan entres
muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi dengan entres
agaktua dan tua bertambah sebnayak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada
umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap
batang atas. Perbanyakan Batang Bawah Batang bawah ada yang
berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal
biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus
dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu
secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi
penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu
dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji (Ashari,
1995).
Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor yang tidak kalah
penting dalam mempengaruhi keberhasilan dalam okulasi, faktor tersebut adalah
faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan oksigen sangat berpengaruh dalam
keberhasilan penyambungan dan okulasi. Faktor berikutnya adalah serangan
penyakit yang menyebabkan kegagalan okulasi meningkat seiring dengan
meningkatnya curah hujan dan kelembapan yang tinggi (Santoso, 2006).
VI.
KESIMPULAN
Pengaruh
batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek
tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang
atas. Perbanyakan Batang Bawah Batang bawah ada yang berasal dari semai
generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih
menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus.
Kelemahannya yaitu secara genetik tidak
seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu
perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari,
S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Mangoendidjojo,
W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Prastowo,
N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah.
World Agroforestry Center: Bogor.
Santoso, B.
2006. “Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi”. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman,
3(3):165-173.
Sumarsono,
Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan Model Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik
Pertanian, (7) 1.
Tim Penulis PS. 2008. Panduan
Lengkap Karet. Niaga Swadaya: Jakarta.
Acara 6. Perbanyakan/Perkembangbiakan berbagai Tanaman dengan Macam-macam Bentuk Sambungan (Grafting)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan generatif sudah sangat
umum dijumpai, bahan yang digunakan adalah biji. Biji-biji ini biasanya sengaja
disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, tapi bisa juga tanpa disengaja biji-biji
yang dibuang begitu saja dan oleh alam ditumbuhkan untuk menjadi tanaman baru.
Tentu saja tanaman baru hasil buangan ini bisa dijadikan bibit, apabila
diketahui segala sifat-sifat kelebihannya. Ini untuk menghindari agar tidak
kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah misalnya.
Untuk menghindari rasa buah yang
mengecewakan, bisa saja memanfaatkan tanaman hasil buangan itu sebagai tanaman
batang bawah. Batang atasnya dapat menggunakan tanaman sejenis yang diketahui
sifat-sifat unggulnya (untuk tanaman buah-buahan) atau warna bunganya (bagi
tanaman hias bunga) dan kecepatan pertumbuhan serta kelurusan batang pohon
(untuk tanaman kehutanan) perbanyakan dengan cara ini kita sebut dengan
perbanyakan Sambungan (Grafting).
Tanaman baru dari biji meskipun telah
diketahui jenisnya kadang-kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan
bahkan banyak tanaman yang tidak menghasilkan biji atau jumlah bijinya sedikit.
Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif
maka orang mulai memindahkan perhatiannya keperbanyakan vegetatif.
1.2 Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
·
Memahami bahwa cara sambungan adalah salah satu
bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
·
Melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai
jenis tanaman dengan cara sambungan.
·
Mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang
benar dalam menyambung dari berbagai jenis tanaman.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa memiliki keterampilan untuk
melakukan sambungan / grafting.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif
menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian
rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk
tanaman baru.
Grafting
ini
bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman,
seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah
merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s
(1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah
digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan
betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu
Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting.
Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar,
yaitu :
1.
Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2.
Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu
sambung pucuk atau enten
3.
Grafting by approach atau inarching, yaitu cara
menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan
dengan akarnya masing-masing
Penyambungan (grafting)
merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu
tanaman. Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah
dan batang atas yang kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang
sempurna. Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain
mutu benih atau bibit dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro
(naungan), serta keterampilan sumber daya manusia, di samping pemeliharaan
setelah penyambungan ( Firman, C dan
Ruskandi, 2009 ).
Metode penyambungan yang umum
dilakukan adalah sambung pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak
dilakukan dengan hasil baik adalah sambung celah (cleft graft) dan
sambung baji (webge graft). Penyambungan dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah yang diberikan oleh Hartman dan Kester (1975), yaitu bahan
tanaman yang disambung secara genetik harus serasi (kompatibel), bahan tanaman
harus berada dalam kondisi fisiologi yang baik,
seluruh bidang potong harus terlindung dari kekeringan, kombinasi masing-masing bahan tanaman harus
terpaut sempurna, dan tanaman hasil sambungan harus dipelihara dengan baik
selama waktu tertentu ( Firman, C dan
Ruskandi, 2009 ).
Penyambungan dilakukan dengan
cara menyelipkan batang atas pada belahan batang bawah. Pangkal entres
dimasukkan sepenuhnya dalam celah batang bawah sehingga tidak tersisa rongga
yang dapat menghambat proses penyatuan sambungan. Pembalutan sambungan dimulai
dari bagian yang disambung sampai ujung entres dengan dililit lembaran plastik
lebar 3- 5 cm, kecuali bagian ujung entres. Pembalutan dimulai dari bawah ke
atas, dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada celah yang terbuka,
terutama pada bagian yang disambung. Daun yang tersisa dipotong sebagian atau
dua pertiga bagian (Firman, C dan
Ruskandi, 2009).
Pengetahuan dan pengalaman
dalam teknik penyambungan tanaman buah harus dimiliki. Teknik penyambungan yang
harus dikuasai adalah okulasi, sambung pucuk, dan susunan. Teknik perbanyakan
tanaman buah secara vegetatif sebenarnya tergolong mudah dilakukan, tetapi
sering gagal karena kurangnya keterampilan dalam melakukannya ( Endan, J, 2002 : 100 ).
Pemeliharaan sambungan yang
utama adalah penyiraman setiap pagi dan sore dengan menggunakan embrat.
Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah penyiangan rumput yang tumbuh dalam
polibeg dan pemberantasan hama dan penyakit bila ada. Untuk memacu pertumbuhan
tanaman hasil penyambungan dilakukan pemupukan N, P, K, atau pupuk daun ( Firman, C dan Ruskandi, 2009 ).
Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk
memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting) ( Tambing, Y dan Hadid,
A, 2008 ).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
·
Waktu Praktikum :
November 2014
·
Tempat Praktikum : Laboratorium Agronomi
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah : tanaman
durian dan bougenville, plastik pembungkus/tali rafia, vaselin, polibag ukuran
30 cm x 40 cm, kertas label. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi/cutter,
batu asah, kain lap.
3.3 Cara Kerja
·
Memilih bahan sambungan/ yang mempunyai umur
hampir sama antara batang atas dan batang bawah, membuat potongan pada batang
atas maupun dengan batang bawah dengan bentuk sambungan baji atau baji
terbalik.
·
Memasukkan batang atas yang telah dibuat bentuk
sambungan tadi ke dalam batang bawah.
·
Mengikat pada bagian sambungan dengan
menggunakan plastik dan diusahakan tidak bergeser sambungan yang diikat.
·
Setelah itu, polibag tanaman diletakkan di bawah
naungan dan dipelihara (siram).
3.4 Sifat-sifat yang Diamati
·
Presentase sambungan jadi
·
Tinggi tunas
·
Diameter tunas
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Tanaman
yg Disambung
|
Sifat
yang Diamati
|
||
%
Sambungan Jadi
|
Tinggi
Tunas
|
Diameter
Tunas
|
||
1
|
Durian
|
0
|
-
|
-
|
2
|
Bougenville
|
100%
|
7
cm
|
0,4
cm
|
V.
PEMBAHASAN
Menyambung atau okulasi dalam pelaksanaanya
memerlukan tehnik dan cara yang khusus, yaitu memilih tanaman adenium yang akan
disambung, sebelum melakukan penyambungn hal pertama yang di lakukan adalah
memilih dan menentukan tanaman yang akan di sambung, dengan memenuhi beberapa
kriteria seperti tanaman harus
sevarietas, tidak terlalu tua dan tidak terlalu mudah, tanaman yang sehat,
dalam melakukan mekanisme kerjanya memotong bagian tanaman yang akan di
sambung, setelah memotong bagian bawah tanaman tersebut memotong dengan bentuk
huruf V atau miring ( / ) usahakan
potongannya cukup sekali potong agar tidak terjadi goresan pada potongan
tersebut, tanaman bagian atas juga di potong tetapi bentuknya lancip, potongan
usahakan bisa masuk pas dengan potongan bagian bawah. Batang atas dan bawah
yang sudah di potong tersebut ditempelkan dengan pas kemudian pada sambungan
tersebut di ikat dengan plastik transparan dengan kencang dan rapat, kemudian
setelah di ikat pada tanaman bagian atas di buang daun yang tidak perlu,
tinggalkan daun hanya dua helai dan pada perlakuan tanaman yang satu memotong
semua daun yang tumbuh, sehabis semua daunnya dibuang tanaman tersebut di bungkusi
dengan plastik yang transparan. Dalam penyambungan, terjadi penggabungan antara
dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang
atas diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang dan tunas. Tanaman hasil
penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki
oleh batang atas dan batang bawah.
Tanaman yang telah disambungkan dengan tanaman
lainnya dibungkus atau dituup dengan plastic trasparan tujuannya adalah untuk
mengurangi daya transpirasi dan menaungi dari cahaya matahari secara langsung,
plastik pembungkus ( sungkup plastik ) ini boleh dilepas setelah tanaman hasil
sambungan mencapai umur 14 hari atau dua minggu dimana tanaman tanaman sudah
mampu untuk beradaptasi dengan batang bawah.
Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian
tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut
sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Proses pembentukan kalus
ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang
terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan
sumber energi dalam membentuk kalus. Batang bawah lebih berperan dalam
membentuk kalus. Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang
bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih
besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua. Mekanisme terjadinya
pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah lapisan kambium
masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan
kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel
parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu
dan selanjutnya membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi
membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang
bawah yang lama, dan dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh
sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan
sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
keberhasilan pertumbuhan tanaman hasil penyambungan ini di antaranya yaitu
faktor eksternal dan internal. Factor internalnya adalah varietas tanaman,
hubungan kekerabatan antara batas atas dan batas bawah, keadaan fisiologis
tanaman, keserasian bentuk potongan, persentuhan cambium, kegiatan pertumbuhan
cambium, kekuatan akar, sedangkan factor eksternalnya adaalah faktor
lingkungan, seperti waktu penyambungan, temperatur, dan kelembapan, cahaya dan
faktor yang trakhir yaitu faktor pelaksanaan seperti ketajaman dan kebersihan
alat yang digunakan untuk memotong batang, pemeliharaan sambungan, mengurangi
transpirasi dengan mengurangi daun atau memberi sangkup plastik.
Penyambungan merupakan
teknik menghubungkan dua bagian tanaman menjadi satu , sehingga
menjadi tanaman baru atau tanaman fungsional. Dalam penyambungan terjadi
perpaduan batang bawah dan batang atas sehingga membentuk sambungan yang tetap
dan kekal dan batang bawah mempunyai sifat perakaran yang baik. Penyambungan
memiliki berbagai macam dan cara Penyambungan yaitu Grafting dan Budding (Okulasi).
Grafting merupakan penyatuan antara batang dengan batang yang terpisah untuk
tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Perbedaan yang utama antara
budding dan grafting yaitu satu mata tunas digunakan dalam budding dan satu
potong batang atau sekumpulan mata tunas digunakan dalam grafti. Sedangkan
okulasi yaitu usaha memperbanyak tanaman dengan menggabungkan dua tanaman atau
lebih dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induknya dan
menempelkannya pada bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikupas,
kemudian mengikatnya selama beberapa waktu sehingga kedua bagian tanaman
bergabung menjadi satu tanaman baru.
VI.
KESIMPULAN
Penyambungan merupakan pembiakan vegetatif secara buatan dengan
menggabungkan kedua bagian atau lebih dalam satu tanaman sehingga akan
diperoleh sifat kombinasi. Pertumbuhan persambungan batang ini dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya ukuran diameter batang, pengikatan yang kuat dan
rapat, batang yang lurus, pembuatan bentuk sambungan yang rapi dan baik,nutrisi
yang cukup, strerilisasi alat yang digunakan serta pemeliharaan dari adanya
gangguan yang menghambat pertumbuhan tanaman. Penyambungan yang baik menggunakan
sambung V karena lebih kuat dan tidak mudah putus jika tersentuh.
DAFTAR PUSTAKA
Endan, J. 2002. Tanaman Buah Kombinasi. PT
Agro Media Pustaka. Tanggerang.
Firman,
C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Naungan Terhadap Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu Mete
(Anacardium occidentale L.). Buletin Teknik Pertanian. Vol. 14 ( 1 ) : 1 – 3.
Tambing, Y dan Hadid,
A. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga
Dengan Waktu Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. J. Agroland 15
(4) : 1 -2.
Wudianto,
R. , 2002, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar Swadaya, Jakarta.