Bab I.
Pendahuluan
- Teori
Dasar
Pembangunan
pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat pokok
seperti , teknologi yang selalu berubah pasar bagi hasil –hasil usaha tani
tersedianya saprotan secara local perangsang bagi petani transpotasi selain
syarat pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar yaitu pendidikan
pembangunan kredit produksi, kegiatan bersama atau kelompok oleh petani
perbaikan dan perluasan areal lahan perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Mesin
pra panen untuk pertanian adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah lahan
dari lahan primer hingga pengelolahan lahan sekunder. Adapun mesin pra
pertanian yang dirancang khusus untuk penanaman hingga pemeliharaan tanaman
yang biasa disebut dengan mesin alat tanam (Wijayanto,1996).
Aplikasinya
dari alat dan mesin pertanian sangat dipergunakan untuk memudahkan dalam
pengerjaannya, khususnya dalam bidang pertanian.Berkembangnya teknologi
sekarang ini, menyebabkan tingkat produksi dalam pemakaiannya alsintan juga
dilakukan secara modern, sehingga dapat memudahkan dalam kehidupan. Tujuan dari
penggunaan alat dan mesin ini sangat diperlukan karena sangat mendukung dalam
meningkatkan produktivitas pada pertanian.
Untuk
melaksanakan tugas dengan baik perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia yang merupakan ujung tombak transfer teknologi kepada petani
tersebut. Dari hasil evaluasi Program Pendidikan dan Latihan jarak jauh
terhadap para PPL dilaporkan terdapat perkembangan yang positif dalam wawasan
pengetahuan , keterampilan serta peningkatan kemampuan pengelolahan usaha
pertanian masyarakat.
Penerapan
mekanisasi sangat berhubungan dengan kemajuan – kemajuan bidang lain dari
“Agricultural Engenering” dan berbentuk dalam satu atau lebih kombinasi dari
bidang – bidang tersebut. Agricultural Engenering meliputi bidang – bidang
Teknik Mesin Budidya Pertanian (Farm Power and Machinery), Teknik Tanah dan Air
(Soil and Water Engenering), Teknik Bangunan Pertanian (Farm Structures),
Teknik Pengolahan Hasil Pertanian (Agricultural Product Procesing Engenering),
Teknik Pelistrikan Pertanian (Farm Electrification), dan Teknik Pengolahan
Pangan (Food Engenering).
Pasca
panen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani yang paling
kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis yang
menyangkut masalah susut. Data BPS pada musim tanam 1986/1987 menunjukkan angka
susut yang cukup besar yaitu 21,3% dari seluruh kegiatan (panen sampai
penggilingan). Angka susut memang berbeda beda, namun angka nasional yang
ditunjukkan oleh data BPS dapat dipakai sebagai acuan resmi nasional.
Mesin
pasca panen adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah hasil pertanian yang
biasanya dirancang sesuai dengan hasil pertanian yang ada. Mesin pasca panen
ini biasanya lebih mengarah kepembuatan produk yang ingin dihasilkan. Contohnya
mesin penghasil sari buah, mesin pembuat bubuk coklat, mesin pembuat mie, dan
sebagainya.
Alat
dan mesin yang digunakan dalam pra penen dan pasca panen sangat membantu di
dalam proses pertanian mulai dari pengolahan tanah sampai pada produksi
pertanian. Dengan bertambahnya alat dan mesin yang canggih dapat meningkatkan
produksi pertanian untuk kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Hal ini di
pengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk di dunia, sehingga peningkatan
produksi terutama tanaman pangan mendorong para ahli untuk membuat alat yang
modern,agar dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia (Kartasapoetra, 1996).
Teknologi
Industri Pertanian didefinisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang menitik
beratkan pada perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem
terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada
kegiatan agroindustri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang
optimal. Disiplin ini menerapkan matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu
sosial ekonomi, prinsip-prinsip dan metodologi dalam menganalisis dan merancang
agar mampu memperkirakan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem
terpadu agroindustri. Sebagai paduan dari dua disiplin, teknik proses dan
teknik industri dengan objek formalnya adalah pendayagunaan hasil pertanian
(Wijayanto, 1996).
Kemajuan
para petani ini ditandai oleh banyaknya petani kita yang telah menggunakan
saran-saran para penyuluh dari bidang pertanian tentang bagaimana cara
menggunakan mesin perontok gabah yang baik sehingga menghasilkan hasil komoditi
yang sangat baik. Jika dahulunya perontokan dilakukan dengan cara dibanting dan
diijak-injak, sekarang mereka telah beralih menggunakan power tresher atau
biasa kita sebut dengan mesin perontok gabah. Hal ini membuat pekerjaan mereka
lebih mudah dan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Pengolahan gabah
merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena
perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah (Hardjosentono,
1996).
Perontokan
dan pengeringan. Perontokan adalah proses memisahkan gabah dari merang
sedangkan pengeringan adalah proses mengurangi kadar air gabah hasil panen
untuk keperluan simpan atau giling, urutan 2 proses ini dapat dibolak-balik.
Pada padi hibrida umumnya dirontokkan dulu lalu dikeringkan/dijemur sedangkan
padi varietas local umumnya dikeringkan lalu dirontokkan( Wijayanto, 1996).
Setelah
dirontokkan,gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan
sekam dari gabah. Hasil biji beras yang dikenal dengan Beras Pecah Kulit atau
Brown Rice. Biji beras masih memiliki kulit ari (aleurone dan pericarp).
Lapisan kulit ari ini umumnya dikenal dengan istilah bekatul. Aleurone adalah
lapisan protein. Pada saat benih berkecambah, sel aleurone akan memecah menjadi
asam amino. Dipicu oleh hormon yang dipecahkan oleh embrio aleuron akan
mensintesis enzim yang berguna untuk memacu perkecambahan. Pericarp adalah
jaringan yang mengelilingi biji, sebagai pelindung embrio (Hardjosentono, 1996).
Berbagai penelitian
membuktikan bahwa lapisan kulit ari kaya akan kandungan protein, vitamin,
mineral, lemak dan serat. Oleh karena itu, membiasakan mengkonsumsi beras pecah
kulit menjadi lebih sehat dan lebih baik. Akan tetapi, umumnya orang enggan
memakannya karena nasi dari beras pacah kulit lebih keras, walaupun sudah lama
dimask sehingga, sulit dikunyah (Wijayanto, 1996).
Proses mengelupas kulit
ari sehingga diperoleh beras putih bersih. Biji beras yang putih bersih ini
sebagian besar terdiri dari pati. Petani yang menggunakan teknologi di bidang
pertanian khususnya yang menggunakan mesin pertanian haruslah mampu mengetahui
biaya-biaya yang ia akan keluarkan dalam pengolahan lahannya. Seperti
pengeluaran untuk bahan bakar mesin,biaya perawatan mesin,biaya perawatan
tanamannya, sampai upah pekerja jika ia menggunakan jasa pekerja. Hal ini
sangatlah penting karena dengan mengetahui seluruh biaya pengeluaran yang telah
dikeluarkan selama pengolahan lahan, maka para petani dapat mengetahui
keuntungan yang akan diperolehnya nanti (Hardjosentono, 1996).
Mesin
evaporator vakum adalah mesin yang biasa dipakai untuk mengurangi kadar air
suatu bahan yang berbentuk cair. Prinsip kerja dari mesin ini adalah tanpa
pemanasan langsung, suhu biasa diatur sesuai dengan keinginan. Penggunaan suhu
rendah disertai dengan vakum, akan menjaga nutrisi/gizi produk tidak hilang
atau rusak. Mesin separator sentrifugal (sentrifus) berfungsi untuk memisahkan
cairan dari cairan yang berbeda, seperti air dan minyak pada proses pembuatan
VCO (Wijayanto, 1996).
Beberapa
kasus pada pengolahan kakao dan kopi, juga memberikan indikasi, bahwa
penggunaan alat dan mesin untuk sortasi, pengeringan, dan penanganan primer
hasil kakao dan kopi mampu meningkatkan kualitas 10 hasil dan pada akhirnya
mengangkat nilai tambah hasil pertanian Dalam sistem agribisnis yang terbagi
dalam empat sub sistem yaitu sub sistem agribisnis hulu sampai pada sub sistem
agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran), peran alat dan mesin pertanian
diperlukan.
Faktor
– faktor pra panen yang diketahui berdampak pada cita rasa produk hortikultura
termasuk lingkungan , praktek budaya , bahan kimia yang digunkan serta faktor
unsure hara . Pengaruh iklim terhadap cita rasa buah dan sayur juga telah
banyak dilaporkan. Diketahui bahwa musim berpengaruh besar terhadap tinngkat
kepedesaan pad bawang merah
Terdapat
banyak faktor pra – panen yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen buah dan
sayur, terutama pengaruhnya terhadap penampakan , kekerasan dan cita rasa.
Faktor-faktor biologi , fisilologi , lingkungan , dan budidaya. Kerusakan –
kerusakan yang terjadi selama proses produksi , benda – benda asing yang tidak
diinginkan yang tercampur pada produk hortikultura dan residu bahan kimia serta
variasi genetic (Akk, 1973).
Untuk
tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) teknologi mekanisasi yang ada di
pasar sebenarnya sudah tersedia cukup dengan suplai yang cukup. Namun demikian,
masalah manajemen sistem mekanisasi menjadi faktor kendala yang perlu
diperhatikan, bidang ini tidak banyak mendapat perhatian sebagai bidang sains
dan perekayasaan. Pada masa sekarang dengan keinginan dan keutuhan untuk menuju
ke produktivitas, efisiensi, kualitas dan nilai tambah, sistem manajemen/sistem
enjinering mekanisasi pertanian perlu mendapatkan perhatian bagi
peneliti/perekayasa mekanisasi, penyuluh dan praktisi yang bergerak di bidang
mekanisasi (Musnamar, 2003).
- Tujuan
Praktikum
Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
Praktikum ini diselenggarakan dengan tujuan:
1.
Untuk mengetahui bermacam perlatan pemanenan padi
2.
Untuk mengetahui cara pemanenan padi
3.
Untuk menentukan kapasitas kerja pemanenan padi
Peralatan
dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
Praktikum ini diselenggarakan
dengan tujuan:
1.
Untuk mengetahui konstruksi dan komponen-komponen
penting dari alat perontog yang diamati
2.
Untuk mengetahui cara kerja perontogan
3.
Untuk mengetahui kapasitas kerja perontogan
a.
Kapasitas perontogan
b.
Penggunaan tenaga kerja pada saat kerja alat
c.
Kebutuhan bahan bakar
d.
Sistem pembayaran penggunaaan alat perontog
Bab II. Cara
Praktikum dan Prosedur Pelaksanaan
- Tempat dan
Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Teknologi Industri Pertanian
Waktu Praktikum :
Rabu, 16.00 s/d 17.40 WIB
- Bahan dan
Alat yang Digunakan
Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
1.
Bahan yang digunakan adalah tanaman padi sawah yang
siap dipanen
2.
Alat yang digunakan adalah:
a.
Sabit
b.
Stop watch
c.
Alas (tikar) tempat hasil pemanenan
Peralatan
dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
1.
Bahan yang digunakan pada perontogan ini adalah hasil
panen (penyabitan) padi sawah
2.
Alat yang digunakan selama praktikum adalah
a.
Satu unit perontog (thresher)
b.
Timbangan (ukuran 50 kg)
c.
Karung (tempat gabah)
d.
Stop watch
- Prosedur
Pelaksanaan Praktikum
Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
Langkah kerja yang diterapkan pada kegiatan praktikum ini adalah:
1.
Mengamati dan menjelaskan peralatan panen padi yang
ada beserta bagian-bagiannya
2.
Mengamati dan menjelaskan pelaksanaan panen padi di
lapangan sesuai dengan peralatan yang digunakan
3.
Pada pengukuran kapasitas kerja pemanenan catat waktu
yang dibutuhkan dalam satuan luas panen tertentu
Peralatan
dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
1.
Mengamati konstruksi alat perontog
2.
Menentukan jenis alat perontog yang digunakan
3.
Menentukan komponen-komponen penting dari perontog
yang diamati
4.
Menentukan fungsi dari komponen-komponen tersebut
5.
Menjelaskan cara kerja dari alat perontog yang diamati
6.
Menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja saat
perontog beroperasi. Sekaligus dengan pembagian tugas para pekerjanya (kalau
ada)
7.
Menentukan kapasitas kerja alat
8.
Menentukan kebutuhan bahan bakar (bila menggunakan
power thresher)
Bab III. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan Praktikum
- Hasil
Pengamatan Praktikum
Data 20 Rumpun Padi
Ulangan
|
Waktu (sekon)
|
|
Penyabitan
|
Perontokan
|
|
1
|
60:44
|
60:05
|
2
|
60:53
|
56:00
|
3
|
60:00
|
60:13
|
Data 30 Rumpun Padi
Ulangan
|
Waktu (sekon)
|
|
Penyabitan
|
Perontokan
|
|
1
|
38:75
|
49:01
|
2
|
30:25
|
30:69
|
3
|
27:50
|
23:76
|
Data 40 Rumpun Padi
Ulangan
|
Waktu (sekon)
|
|
Penyabitan
|
Perontokan
|
|
1
|
120:19
|
60:28
|
2
|
120:13
|
60:22
|
3
|
60:52
|
60:34
|
- Pembahasan
Grafik Penyabitan Rumpun Padi
Pemanenan Padi Dengan Sabit
1.
Alat panen padi tradisional
Alat
panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan
oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu
ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu
disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugian oleh alat ini. Alat panen
ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang juga
tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri dari dua bagian yang
sama, hanya perbedaannya dalam bentuk. Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat
ini adalah :
·
Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
·
Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi
dibandingkan
·
dengan alat mekanis
·
Kenyamanan bekerja rendah
·
Kapasitas kerja rendah
·
Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan alat
·
mekanis, tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan keuntungannya adalah :
·
Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para
buruh panen
·
Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih
bersifat terpilih
·
Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh
setiap petani
Kapasitas
kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orangjam yang dibutuhkan
tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148
orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan
sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau
sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam
untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan
berkisar antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini
diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena
pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi
dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong
sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
Pemanenan
padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis,
kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen
padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini,
alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya
varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani
menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang
sangat tajam. Sabit merupakan alat
pemotong atau pemanen padi yang seringdigunakan petani.
Sabit
merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2
jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi.
Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi
varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan
karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Spesifikasi
sabit bergerigi yaitu:
·
Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan
panjang 15 cm.
·
Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya
bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan
padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong
bawah tergantung cara perontokan.
Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan
cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher. Pe-motongan dengan cara potong atas atau
tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen padi dengan sabit
biasa/bergerigi:
·
Pegang rumpun
padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi
tanaman.
·
Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau
tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut
dengan tangan kanan hingga jerami terputus.
Perontokan padi Dengan Mesin Perontok
Perontokan
merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan
pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan
hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih
dari 5 %. Cara perontokan padi telah
mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan
power thresher.
1)
Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan
merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani.
Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
·
Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4
kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
·
Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu
membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
·
Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi
dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian
depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
·
Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot
pada meja rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang
ada di bawah meja rak perontok.
·
Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
2)
Perontokan padi dengan pedal thresher
Thresher jenis pedal
ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup
dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai
untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai
”Mekanis” karena menggunakan mesin
penggerak (bensin/ diesel).
Pedal
thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan
meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan
alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan
waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 –
100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :
·
Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi
dengan ukuran keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
·
Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar
berkeli-ling membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45
cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada
lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja
berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90
mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar
kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok
pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12 buah. Cara
pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing yang posisinya
duduk pada rangka utama.
·
Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan
spocket yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
·
Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau
terpal dengan ukuran > 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari
kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan
hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal
thresher :
·
Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
·
Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
·
Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok
dimanfaatkan dengan memukul gabah yang
menempel pada jerami sampai rontok.
·
Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi
operator (men-jauh dari operator).
3)
Perontokan padi dengan power thresher
Power
thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak
enjin. Kelebihan mesin perontok ini
dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar
dan efisiensi kerja lebih tinggi. Bagian
komponen power thresher terdiri dari:
·
Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40
mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan
komponen lainnya.
·
Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan
diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan
lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2
– 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang
terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur.
Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua
ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka
utama.
·
Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan
perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas
silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini
mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok.
Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di
sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8
mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja
adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15
mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang
gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran
15 – 15 mm.
·
Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok,
ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm.
Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm
x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun
melalui sitem as nocken.
·
Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun
kipas 5 – 7 buah.
·
Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari
motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt
yang digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi
adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan
hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher
:
·
Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok
dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok
masuk ke dalam ruang perontok.
·
Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok
secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana
tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan
kepada alat perontok.
·
Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder
perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
·
Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi
yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
·
Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok,
tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu
pengeluaran jerami.
·
Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh
melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke
pintu peng-eluaran jerami.
·
Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos
dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus
oleh kipas angin.
·
Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan
tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
·
Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah
melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung
pada pintu pengeluaran padi bernas.
Adapun Yang menjadi
keunggulan dari mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
·
Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
·
Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup
dan membuka pintu input.
·
Metode potong pendek (Through In), pengumpanan
langsung jerami ke mesin perontok.
·
Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami
dipegang dengan tangan.
·
Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm)
dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus.
Bab IV.
Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
- Saran
Daftar Pustaka
AAK. 1973. Tanah dan Pertanian.
Yogyakarta: Kanisius.
Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-mesin
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi
Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Bina Aksara.
Musnamar, Effi Ismawati. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Wijayanto.1996. Memilih,
Menggunakan dan Merawat Traktor Tangan. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar