Bab III















III. Peralatan dan Kapasitas Kerja
Pemanenan I dan II 
























Bab I. Pendahuluan
  1. Teori Dasar
            Pembangunan pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat pokok seperti , teknologi yang selalu berubah pasar bagi hasil –hasil usaha tani tersedianya saprotan secara local perangsang bagi petani transpotasi selain syarat pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar yaitu pendidikan pembangunan kredit produksi, kegiatan bersama atau kelompok oleh petani perbaikan dan perluasan areal lahan perencanaan nasional pembangunan pertanian.
            Mesin pra panen untuk pertanian adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah lahan dari lahan primer hingga pengelolahan lahan sekunder. Adapun mesin pra pertanian yang dirancang khusus untuk penanaman hingga pemeliharaan tanaman yang biasa disebut dengan mesin alat tanam (Wijayanto,1996).
            Aplikasinya dari alat dan mesin pertanian sangat dipergunakan untuk memudahkan dalam pengerjaannya, khususnya dalam bidang pertanian.Berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan tingkat produksi dalam pemakaiannya alsintan juga dilakukan secara modern, sehingga dapat memudahkan dalam kehidupan. Tujuan dari penggunaan alat dan mesin ini sangat diperlukan karena sangat mendukung dalam meningkatkan produktivitas pada pertanian.
            Untuk melaksanakan tugas dengan baik perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang merupakan ujung tombak transfer teknologi kepada petani tersebut. Dari hasil evaluasi Program Pendidikan dan Latihan jarak jauh terhadap para PPL dilaporkan terdapat perkembangan yang positif dalam wawasan pengetahuan , keterampilan serta peningkatan kemampuan pengelolahan usaha pertanian masyarakat.
            Penerapan mekanisasi sangat berhubungan dengan kemajuan – kemajuan bidang lain dari “Agricultural Engenering” dan berbentuk dalam satu atau lebih kombinasi dari bidang – bidang tersebut. Agricultural Engenering meliputi bidang – bidang Teknik Mesin Budidya Pertanian (Farm Power and Machinery), Teknik Tanah dan Air (Soil and Water Engenering), Teknik Bangunan Pertanian (Farm Structures), Teknik Pengolahan Hasil Pertanian (Agricultural Product Procesing Engenering), Teknik Pelistrikan Pertanian (Farm Electrification), dan Teknik Pengolahan Pangan (Food Engenering).
            Pasca panen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani yang paling kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis yang menyangkut masalah susut. Data BPS pada musim tanam 1986/1987 menunjukkan angka susut yang cukup besar yaitu 21,3% dari seluruh kegiatan (panen sampai penggilingan). Angka susut memang berbeda beda, namun angka nasional yang ditunjukkan oleh data BPS dapat dipakai sebagai acuan resmi nasional.
            Mesin pasca panen adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah hasil pertanian yang biasanya dirancang sesuai dengan hasil pertanian yang ada. Mesin pasca panen ini biasanya lebih mengarah kepembuatan produk yang ingin dihasilkan. Contohnya mesin penghasil sari buah, mesin pembuat bubuk coklat, mesin pembuat mie, dan sebagainya.
            Alat dan mesin yang digunakan dalam pra penen dan pasca panen sangat membantu di dalam proses pertanian mulai dari pengolahan tanah sampai pada produksi pertanian. Dengan bertambahnya alat dan mesin yang canggih dapat meningkatkan produksi pertanian untuk kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Hal ini di pengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk di dunia, sehingga peningkatan produksi terutama tanaman pangan mendorong para ahli untuk membuat alat yang modern,agar dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia (Kartasapoetra, 1996).
            Teknologi Industri Pertanian didefinisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang menitik beratkan pada perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada kegiatan agroindustri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Disiplin ini menerapkan matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip dan metodologi dalam menganalisis dan merancang agar mampu memperkirakan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem terpadu agroindustri. Sebagai paduan dari dua disiplin, teknik proses dan teknik industri dengan objek formalnya adalah pendayagunaan hasil pertanian (Wijayanto, 1996).
            Kemajuan para petani ini ditandai oleh banyaknya petani kita yang telah menggunakan saran-saran para penyuluh dari bidang pertanian tentang bagaimana cara menggunakan mesin perontok gabah yang baik sehingga menghasilkan hasil komoditi yang sangat baik. Jika dahulunya perontokan dilakukan dengan cara dibanting dan diijak-injak, sekarang mereka telah beralih menggunakan power tresher atau biasa kita sebut dengan mesin perontok gabah. Hal ini membuat pekerjaan mereka lebih mudah dan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Pengolahan gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah (Hardjosentono, 1996).
            Perontokan dan pengeringan. Perontokan adalah proses memisahkan gabah dari merang sedangkan pengeringan adalah proses mengurangi kadar air gabah hasil panen untuk keperluan simpan atau giling, urutan 2 proses ini dapat dibolak-balik. Pada padi hibrida umumnya dirontokkan dulu lalu dikeringkan/dijemur sedangkan padi varietas local umumnya dikeringkan lalu dirontokkan( Wijayanto, 1996).
           Setelah dirontokkan,gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan sekam dari gabah. Hasil biji beras yang dikenal dengan Beras Pecah Kulit atau Brown Rice. Biji beras masih memiliki kulit ari (aleurone dan pericarp). Lapisan kulit ari ini umumnya dikenal dengan istilah bekatul. Aleurone adalah lapisan protein. Pada saat benih berkecambah, sel aleurone akan memecah menjadi asam amino. Dipicu oleh hormon yang dipecahkan oleh embrio aleuron akan mensintesis enzim yang berguna untuk memacu perkecambahan. Pericarp adalah jaringan yang mengelilingi biji, sebagai pelindung embrio (Hardjosentono, 1996).
           Berbagai penelitian membuktikan bahwa lapisan kulit ari kaya akan kandungan protein, vitamin, mineral, lemak dan serat. Oleh karena itu, membiasakan mengkonsumsi beras pecah kulit menjadi lebih sehat dan lebih baik. Akan tetapi, umumnya orang enggan memakannya karena nasi dari beras pacah kulit lebih keras, walaupun sudah lama dimask sehingga, sulit dikunyah (Wijayanto, 1996).
          Proses mengelupas kulit ari sehingga diperoleh beras putih bersih. Biji beras yang putih bersih ini sebagian besar terdiri dari pati. Petani yang menggunakan teknologi di bidang pertanian khususnya yang menggunakan mesin pertanian haruslah mampu mengetahui biaya-biaya yang ia akan keluarkan dalam pengolahan lahannya. Seperti pengeluaran untuk bahan bakar mesin,biaya perawatan mesin,biaya perawatan tanamannya, sampai upah pekerja jika ia menggunakan jasa pekerja. Hal ini sangatlah penting karena dengan mengetahui seluruh biaya pengeluaran yang telah dikeluarkan selama pengolahan lahan, maka para petani dapat mengetahui keuntungan yang akan diperolehnya nanti (Hardjosentono, 1996).
            Mesin evaporator vakum adalah mesin yang biasa dipakai untuk mengurangi kadar air suatu bahan yang berbentuk cair. Prinsip kerja dari mesin ini adalah tanpa pemanasan langsung, suhu biasa diatur sesuai dengan keinginan. Penggunaan suhu rendah disertai dengan vakum, akan menjaga nutrisi/gizi produk tidak hilang atau rusak. Mesin separator sentrifugal (sentrifus) berfungsi untuk memisahkan cairan dari cairan yang berbeda, seperti air dan minyak pada proses pembuatan VCO (Wijayanto, 1996).
            Beberapa kasus pada pengolahan kakao dan kopi, juga memberikan indikasi, bahwa penggunaan alat dan mesin untuk sortasi, pengeringan, dan penanganan primer hasil kakao dan kopi mampu meningkatkan kualitas 10 hasil dan pada akhirnya mengangkat nilai tambah hasil pertanian Dalam sistem agribisnis yang terbagi dalam empat sub sistem yaitu sub sistem agribisnis hulu sampai pada sub sistem agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran), peran alat dan mesin pertanian diperlukan.
            Faktor – faktor pra panen yang diketahui berdampak pada cita rasa produk hortikultura termasuk lingkungan , praktek budaya , bahan kimia yang digunkan serta faktor unsure hara . Pengaruh iklim terhadap cita rasa buah dan sayur juga telah banyak dilaporkan. Diketahui bahwa musim berpengaruh besar terhadap tinngkat kepedesaan pad bawang merah
            Terdapat banyak faktor pra – panen yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen buah dan sayur, terutama pengaruhnya terhadap penampakan , kekerasan dan cita rasa. Faktor-faktor biologi , fisilologi , lingkungan , dan budidaya. Kerusakan – kerusakan yang terjadi selama proses produksi , benda – benda asing yang tidak diinginkan yang tercampur pada produk hortikultura dan residu bahan kimia serta variasi genetic (Akk, 1973).
            Untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) teknologi mekanisasi yang ada di pasar sebenarnya sudah tersedia cukup dengan suplai yang cukup. Namun demikian, masalah manajemen sistem mekanisasi menjadi faktor kendala yang perlu diperhatikan, bidang ini tidak banyak mendapat perhatian sebagai bidang sains dan perekayasaan. Pada masa sekarang dengan keinginan dan keutuhan untuk menuju ke produktivitas, efisiensi, kualitas dan nilai tambah, sistem manajemen/sistem enjinering mekanisasi pertanian perlu mendapatkan perhatian bagi peneliti/perekayasa mekanisasi, penyuluh dan praktisi yang bergerak di bidang mekanisasi (Musnamar, 2003).

  1. Tujuan Praktikum       
    Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
Praktikum ini diselenggarakan dengan tujuan:
1.      Untuk mengetahui bermacam perlatan pemanenan padi
2.      Untuk mengetahui cara pemanenan padi
3.      Untuk menentukan kapasitas kerja pemanenan padi








            Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
Praktikum ini diselenggarakan dengan tujuan:          
1.      Untuk mengetahui konstruksi dan komponen-komponen penting dari alat perontog yang diamati
2.      Untuk mengetahui cara kerja perontogan
3.      Untuk mengetahui kapasitas kerja perontogan   
a.       Kapasitas perontogan
b.      Penggunaan tenaga kerja pada saat kerja alat
c.       Kebutuhan bahan bakar
d.      Sistem pembayaran penggunaaan alat perontog
                                                                                         























Bab II. Cara Praktikum dan Prosedur Pelaksanaan
  1. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Teknologi Industri Pertanian
Waktu Praktikum        : Rabu, 16.00 s/d 17.40 WIB

  1. Bahan dan Alat yang Digunakan       
Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
1.      Bahan yang digunakan adalah tanaman padi sawah yang siap dipanen
2.      Alat yang digunakan adalah:
a.       Sabit
b.      Stop watch
c.       Alas (tikar) tempat hasil pemanenan

            Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
1.      Bahan yang digunakan pada perontogan ini adalah hasil panen (penyabitan) padi sawah         
2.      Alat yang digunakan selama praktikum adalah
a.       Satu unit perontog (thresher)
b.      Timbangan (ukuran 50 kg)
c.       Karung (tempat gabah)
d.      Stop watch

  1. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan I
Langkah kerja yang diterapkan pada kegiatan praktikum ini adalah:
1.      Mengamati dan menjelaskan peralatan panen padi yang ada beserta bagian-bagiannya
2.      Mengamati dan menjelaskan pelaksanaan panen padi di lapangan sesuai dengan peralatan yang digunakan
3.      Pada pengukuran kapasitas kerja pemanenan catat waktu yang dibutuhkan dalam satuan luas panen tertentu


            Peralatan dan Kapasitas Kerja Pemanenan II
1.      Mengamati konstruksi alat perontog
2.      Menentukan jenis alat perontog yang digunakan
3.      Menentukan komponen-komponen penting dari perontog yang diamati
4.      Menentukan fungsi dari komponen-komponen tersebut
5.      Menjelaskan cara kerja dari alat perontog yang diamati
6.      Menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja saat perontog beroperasi. Sekaligus dengan pembagian tugas para pekerjanya (kalau ada)
7.      Menentukan kapasitas kerja alat
8.      Menentukan kebutuhan bahan bakar (bila menggunakan power thresher)
























Bab III. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Praktikum
  1. Hasil Pengamatan Praktikum
Data 20 Rumpun Padi
Ulangan
Waktu (sekon)
Penyabitan
Perontokan
1
60:44
60:05
2
60:53
56:00
3
60:00
60:13

Data 30 Rumpun Padi
Ulangan
Waktu (sekon)
Penyabitan
Perontokan
1
38:75
49:01
2
30:25
30:69
3
27:50
23:76

Data 40 Rumpun Padi
Ulangan
Waktu (sekon)
Penyabitan
Perontokan
1
120:19
60:28
2
120:13
60:22
3
60:52
60:34

  1. Pembahasan
Grafik Penyabitan Rumpun Padi
 




























Pemanenan Padi Dengan Sabit
1.      Alat panen padi tradisional
            Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugian oleh alat ini. Alat panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang juga tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri dari dua bagian yang sama, hanya perbedaannya dalam bentuk. Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah :
·         Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
·         Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan
·         dengan alat mekanis
·         Kenyamanan bekerja rendah
·         Kapasitas kerja rendah
·         Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
·         mekanis, tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan keuntungannya adalah :
·         Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para buruh panen
·         Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
·         Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
            Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orangjam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan berkisar antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
            Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam.  Sabit merupakan alat pemotong atau pemanen padi yang seringdigunakan petani.
            Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi.  Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane.  Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %.  Spesifikasi  sabit bergerigi yaitu:
·         Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
·         Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.
            Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan.  Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher.  Pe-motongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.  Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
·         Pegang rumpun     padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
·         Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.

Perontokan padi Dengan Mesin Perontok
            Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi.  Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.  Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
1)      Perontokan padi dengan cara digebot                 
            Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
·         Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
·         Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
·         Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
·         Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok.
·         Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.

2)      Perontokan padi dengan pedal thresher
            Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah  lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”Mekanis”  karena menggunakan mesin penggerak (bensin/ diesel).
            Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia.  Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.  Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :
·         Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
·         Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12 buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada rangka utama.
·         Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
·         Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran > 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
·         Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
·         Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
·         Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan  dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
·         Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).

3)      Perontokan padi dengan power thresher                     
            Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin.  Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.  Bagian komponen power thresher terdiri dari:
·         Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.
·         Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
·         Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
·         Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
·         Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
·         Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :     
·         Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
·         Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
·         Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
·         Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
·         Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
·         Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
·         Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
·         Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
·         Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.

            Adapun Yang menjadi keunggulan dari mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
·         Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
·         Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
·         Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
·         Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
·         Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus.












Bab IV. Kesimpulan dan Saran
  1. Kesimpulan
  2. Saran



Daftar Pustaka

AAK. 1973. Tanah dan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Bina Aksara.
Musnamar, Effi Ismawati. 2003.  Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta:             Penebar Swadaya.
Wijayanto.1996. Memilih, Menggunakan dan Merawat Traktor Tangan. Jakarta: PT Penebar         Swadaya.

Lampiran




Tidak ada komentar:

Posting Komentar