LAPORAN PRATIKUM GENETIKA
ACARA 2
HUKUM MENDEL 1
PUTRI
MIAN HAIRANI
E1J012014
Shift : A 2. Kamis (12.00-14.00
WIB)
Kelompok : 4
Laboratorium
Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas
Bengkulu
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Dasar Teori
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama
proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah
dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu
sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji
dari persilangan monohibrid. (Syamsuri,
2004:101)
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1.
F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun
benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1
x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan
(alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila
disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi
menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu
heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai
alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi
antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan
sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif
yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan
lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai
sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif
(kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf
pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua
kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu
tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang.
Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya.
(Istamar Syamsuri, 2004)
1.2
Tujuan Pratikum
ü Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
ü Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
ü Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, fenotipe.
II. BAHAN DAN METODE PRATIKUM
2.1 Bahan yang digunakan dalam pratikum:
1.
Model gen (kancing genetik) warna merah sebanyak 30
pasang.
2.
Model gen (kancing genetik) warna putih sebanyak 30
pasang.
2.2 Alat yang digunakan:
1.
Dua buah stoples
2.3 Cara kerja:
1.
Mengambil model gen merah dan
putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).
2.
Menyisisihkan 1 pasang model
gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu
merah dan individu putih.
3.
Membuka pasangan gen diatas
(langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh
individu merah dan individu putih.
4.
Menggabungkan model gen jantan
merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan
atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5.
Memisahkan kembali model gen
merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan
gamet F1.
6.
Selanjutnya memasukkan semua
model gen jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples jantan dan model gen
betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7.
Dengan tanpa melihat dan sambil
mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak dari masing-masing
stoples, kemudian memasangkan.
8.
Melakukan secara terus menerus
pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasang gen yang terambil
ke dalam label pencatatan.
9.
Bisa juga dengan mengembalikan
model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples masing-masing untuk
selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali.
Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x,
dan 60x.
III. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.
Pencatatan untuk pengambilan 20x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
IIII
|
4
|
2
|
Merah-Putih
|
|
9
|
3
|
Putih-Putih
|
|
6
|
Tabel 2. Pencatatan
untuk pengambilan 40x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
|
9
|
2
|
Merah-Putih
|
|
21
|
3
|
Putih-Putih
|
|
10
|
Tabel 3.
Pencatatan untuk pengambilan 60x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-Merah
|
|
15
|
2
|
Merah-Putih
|
|
32
|
3
|
Putih-Putih
|
IIII IIII III
|
13
|
Tabel 4. Perbandingan/ nisbah
fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x.
Fenotif
|
Pengamatan
(Observasi = O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
Merah
|
12
|
15
|
-2
|
Putih
|
6
|
5
|
1
|
Total
|
20
|
20
|
-1
|
Tabel 5. Perbandingan/ nisbah
fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x.
Fenotif
|
Pengamatan
(Observasi = O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
Merah
|
30
|
30
|
0
|
Putih
|
10
|
10
|
0
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Tabel 6. Perbandingan/ nisbah
fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x.
Fenotif
|
Pengamatan
(Observasi = O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O-E)
|
Merah
|
47
|
45
|
2
|
Putih
|
13
|
15
|
-2
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
IV. PEMBAHASAN
Dalam percobaan hukum Mendel I, dilakukan persilangan
monohibrid yaitu warna biji. Warna biji merah (MM) bersifat dominan yang disimbolkan
dengan kancing genetik warna merah, dan warna biji putih (mm) bersifat resesif
disimbolkan dengan kancing genetik warna putih.
Persilangan antara kancing merah (MM) dengan
kancing putih (mm) diperoleh F1 yang 100% berwarna marah (Mm).
Karena kancing merah bersifat dominant. Jika F1 disilangkan dengan
sesamanya (F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu
merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM),
merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). Menurut hukum Mendel I, perbandingan
fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan,
untuk pengambilan 20x diperoleh data, yaitu untuk warna merah-merah sebanyak 4 kali, warna merah-putih
sebanyak 9
kali, dan warna putih-putih sebanyak 6 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 4:9:6 yang mendekati angka
ratio 1:2:1. Dengan deviasi -2 untuk merah, 1 untuk putih. Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil
pengamatan terhadap besarnya harapan.
Untuk pengambilan 40x diperoleh data, yaitu
untuk warna merah-merah sebanyak 9 kali, warna merah-putih sebanyak 21 kali, dan warna putih-putih sebanyak 10 kali. Sehingga
diperoleh perbandingan 9:21:10 yang mendekati angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi 0 untuk merah, dan 0 untuk putih.
Untuk pengambilan 60x diperoleh data, yaitu
untuk warna merah-merah sebanyak 15 kali, warna merah-putih sebanyak 32 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh
perbandingan 15:32:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi 2 untuk merah,dan -2 untuk putih.
Kalau nilai deviasi mendekati angka 1 maka
data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang
diselidiki mendekati sempurna. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi
angka 1, data itu buruk, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang
diselidiki berarti dipengaruhi oleh faktor lain.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapat
perbandingan fenotif yaitu 1:2:1 (1MM:2Mm:1mm). Kancing bergenotif MM dan Mm
katanya berfenotif sama, yaitu merah. Karakter m untuk putih karena resesif, ditutupi oleh M yang
menumbuhkan karakter merah. Jadi karakter merah dominant. Dengan demikian terbukti bahwa untuk persilangan
monohibrid diperoleh perbandingan fenotipe 3:1.
P : MM x mm
(merah) (putih)
Gamet : M m
F1 : Mm
(merah)
F1
x F1 : Mm x Mm
Gamet : M,
m M, m
F2 : MM Mm Mm mm
(merah) (merah) (merah) (putih)
V. KESIMPULAN
ü Pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Sedangkan
pada F2, persilangan antara F1xF1 maka
diperoleh tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih.
Dengan genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). dengan
perdandingan fenotif 1:2:1.
ü Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap
besarnya harapan. Deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus,
dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna.
Pada pengambilan 40x devisinya 1.
ü Dominan adalah gen yang menang pengaruhnya dari
alelnya. Memakai simbol dengan huruf kapital.
Resesif adalah gen yang kalah pengaruhnya dari gen alelnya memakai simbol huruf kecil.
Genotipe adalah susunan gen dalam sel suatu individu. Tiap macam gen ditulis dengan simbolnya yang terdiri dari 1 macam huruf.
Fenotipe adalah sifat gen yang dapat dikenal misalnya karena dapat dilihat, dikecapap, dicium, dsb.
Resesif adalah gen yang kalah pengaruhnya dari gen alelnya memakai simbol huruf kecil.
Genotipe adalah susunan gen dalam sel suatu individu. Tiap macam gen ditulis dengan simbolnya yang terdiri dari 1 macam huruf.
Fenotipe adalah sifat gen yang dapat dikenal misalnya karena dapat dilihat, dikecapap, dicium, dsb.
Pertanyaan:
1.
Berapa macam pasangan genotif
yang anda peroleh?
Jawaban:
2.
Berapa perbandingannya?
Jawaban:
1
: 2 : 1
Yaitu 1 MM : 2 Mm : 1 mm
3.
Jika model gen merah dominan,
berapa perbandingan fenotif yang anda peroleh?
Jawaban:
3
dominan (MM atau Mm) : 1 resesif (mm) atau
3 merah : 1 putih
4.
Apa yang dapat Anda simpulkan
dari percobaan Model ini?
Jawaban:
Ã
Percobaan ini menghasilkan
genotif yaitu merah-merah, merah-putih dan putih-putih. Dan perbandingan
fenotifnya yaitu MM, Mm, mm (1:2:1) untuk F2. sedangkan pada F1
menghasilkan semuanya (100%) merah. Dapat disimpulkan bahwa gen merah dominant,
dan gen putih resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada
F2 adalah 3:1. Karena gen merah dominant.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar.
Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi.
Jakarta :
Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung : TARSITO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar