Hukum Mendel II

LAPORAN PRATIKUM GENETIKA

ACARA 3

HUKUM MENDEL II

Unib-BW











PUTRI MIAN HAIRANI
E1J012014

Shift                   : A 2. Kamis (12.00-14.00 WIB)
Kelompok          :  4








Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

2013

I.                   PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
            Hukum Mendel II dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau hukum berpasangan bebas. Menurut hukum ini, anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis selama pembentukan gamet–gamet. Prinsip ini dikenal dengan hukum Mendel II yang berbunyi “ The law of independent assortment of genes” (hukum pengelompokan gen secara bebas).
            Persilangan mono-hibrid (satu sifat beda) akan diperoleh perbandingan fenotipe 3:1 pada populasi F2, apabila satu karakter yang dimiliki tersebut bersifat dominan penuh. Selain melakukan persilangan mono-hibrid, mendel juga melakukan persilangan dihibrid (persilangan dengan dua sifat beda). Persilangan yang dilakukannya bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter tersebut. Untuk itu tanaman kapri (Pistum sativum) memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan  kapri berbiji keriput berwarna hijau (bbkk). Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk/tetua yang homozigot tersebut menghasilkan hibrida (haterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1-nya (BbKk) adalah dihibrida, dan persilagnan antara BBKK x bbkk adalah persilangan dihibrid. Alela bagi biji bulat berwarna kuning bersifat dominan penuh terhadap alela bagi biji keriput berwarna  hijau. Perbandingan fenotipenya 9:3:3:1.
            Hukum Mandel II dapat dijelaskan melalui persilangan di-hibrida, tri-hibrida, atau poli-hibrida. Misalnya pada persilangan kacang kapri (garden pea) yang bijinya berkerut hijau (bbkk) disilangkan dengan tanaman yang bijinya bulat kuning homozigot (BBKK). Semua tanaman F1 (dihibrid) adalah seragam, yaitu berbiji bulat kuning (BbKk). Persilangan tanaman F1 x F1 menghasilkan keturunan F2 yang memperlihatkan 16 kombinasi terdiri dari 4 macam fenotipe, yaitu berbiji bulat kuning, bulat hijau, berkerut kuning dan berkerut hijau.










Tabel 1. ringkasan hasil persilangan antara tanaman kapri berbiji bulat berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji keriput berwarna hijau.
Fenotipe
Genotipe
Frekuensi Genotipe
Rasio fenotipe
Bulat – Kuning
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
1
2
2
4
9
Bulat – hijau
BBkk
Bbkk
1
2
3
Keriput - Kuning
bbKK
bbKk
1
2
3
Keriput – Hijau
bbkk
1
1



1.2      Tujuan Pratikum
·        Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)





















II.        BAHAN DAN METODE PRATIKUM

2.1      Bahan dan alat yang digunakan dalam pratikum:
ü   Kancing genetik 4 warna
ü   Dua buah stoples

2.2      Cara kerja:
ü   Mengambil sepasang gen merah, putih, kuning dan hijau. Dalam hal ini warna gen merah (B) membawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K) adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
ü   Membuka pasangan gen diatas. Hal ini diumpamakan sebagai pemisahan gen pada saat pembentukan gamet dari kedua induk. Pada proses ini diasumsikan bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
ü   Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
ü   Membuat pasangan model gen untuk meneruskan macam gamet yang terbentuk pada F1. Harus diingat bahwa 1 pasang model gen diangap satu macam gamet.
ü   Membuat model gamet yang sama seperti diatas (langkah 4) masing-masing 16.
ü   Delapan pasang dari masing – masing pasangan model gen dimasukkan kedalam stoples I dan 8 pasang lagi ke stoples II. Dikocok atau diaduk sehingga bercampur dengan baik.
ü   Secara serentak dan acak, diambil model gamet dari masing – masing pasangan model gen dimasukkan kedalam stoples tersebut, lalu pasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
ü   Mencatat hasil kombinasi yang didapatkan. Bila dari stoples I terambil model gen (gamet) pasangan putih-kuning (bK) dari stoples II terambil merah-hijau (Bk), maka kombinasi genotipenya adalah BbKk. Demikian seterusnya.
ü   Pasangan yang terambil kembalikan ke stoples masing – masing dan lakukan pengambilan sebanyak 32x dan 64x.





III.     HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Nisbah Pengamatan Fenotipe
Fenotipe
Genotipe
Frekuensi genotipe
Rasio Fenotipe
32x
64x
32x
64x
Bulat-Kuning
BBKK
3
4
18
37
BBKk
3
8
BbKK
4
8
BbKk
8
17
Bulat-Hijau
BBkk
2
3
7
12
Bbkk
5
9
Keriput-Kuning
bbKK
2
3
5
11
bbKk
3
8
Keriput-Hijau
bbkk
2
4
2
4
Total
32
64
32
64


Tabel 2. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan Nisbah harapan/teoritis/expected (E).
Fenotipe
Pengamatan
Harapan
Deviasi
32x
64x
32x
64x
32x
64x
Bulat-Kuning
18
37
18
36
0
1
Bulat-Hijau
7
12
6
12
1
0
Keriput-Kuning
5
11
6
12
-1
-1
Keriput-Hijau
2
4
2
4
0
0
Total


32
64
0
0










IV.     PEMBAHASAN

Dalam percobaan hukum Mendel II, dilakukan persilangan dihibrid (persilangan dengan dua sifat beda) yaitu bentuk dan warna biji. Biji bulat (BB) disimbolkan dengan kancing genetik warna merah dominan terhadap biji keriput (bb) yang dilambangkan dengan kancing genetic berwarna putih. Sedangkan warna biji kuning (KK) dilambangkan dengan kancing berwarna kuning dominan terhadap biji berwarna Hijau (kk) yang disimbolkan dengan kancing genetik berwarna hijau. Disini BB dan KK bersifat dominant sedangakan bb dank kk bersifat resesif.
Persilangan antara biji bulat berwarna kuning (BBKK, yang diwakili kancing genetic berwarna merah dengan biji keriput berwrna hijau (bbkk) diperoleh F1 yang 100% berwarna bulat berwarna Kuning (BbKk), karena biji bulat dan biji berwarna kuning bersifat dominant terhadap biji kisut dan biji berwarna hijau. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh empat macam fenotipe yaitu Bulat-Kuning, Bulat-Hijau, Keriput-Kuning, dan Keriput-Hijau. Dengan genotipe untuk Bulat-Kuning (1 BBKK; 2 BBKk; 2 BbKK dan 4 BbKk), Bulat-Hijau (1 BBkk; 2 Bbkk), Keriput-Kuning (1 bbKK; 2 bbKk) serta Keriput-Hijau (bbkk). Menurut hukum Mendel II, perbandingan fenotipe untuk persilangan dihibrid pada F2 adalah 9:3:3:1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 32x diperoleh data rasio fenotifnya, yaitu sifat Bulat-kuning sebanyak 18 kali, sifat Bulat-Hijau sebanyak 7 kali, dan sifat Keriput-kuning sebanyak 5 kali dan keriput-hijau sebanyak 2 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 18:7:5:2 yang sebanding dengan 9:3:3:1. Dengan deviasi 0 untuk Bulat-Kuning, 0 untuk Bulat-hijau, -1 untuk Keriput-Kuning dan 0 untuk Keriput-Hijau. Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan.
Untuk pengambilan 64x diperoleh data rasio fenotifnya, untuk sifat Bulat-kuning sebanyak 37 kali, sifat Bulat-Hijau sebanyak 12 kali, dan sifat Keriput-kuning sebanyak 11 kali dan keriput-hijau sebanyak 4 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 37:12:11:4 yang mendekati angka ratio 9:3:3:1. Dengan deviasi 1 untuk Bulat-Kuning, 0 untuk Bulat-hijau, -1 untuk Keriput-Kuning dan 0 untuk Keriput-Hijau.
Kalau hasil percobaan mendekati nilai teoritis dapat disebut data yang diambil itu bagus, dan tak ada faktor lain yang mengganggu. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka 1, data itu buruk, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh faktor lain.
Dari hasil percobaan yang dilakukan Mendel, didapat perbandingan genotif dari Bulat-Kuning yaitu 1 BBKK : 2 BBKk : 2 BbKK : 4 BbKk. Untuk Bulat-Hijau yaitu 1 BBkk : 2 Bbkk. Dan untuk Keriput-Kuning 1 bbKK : 2 bbKk. Serta Keriput-Hijau  yaitu 1 bbkk. Kancing bergenotif BB dan Bb berfenotif sama, yaitu bulat. Karakter b untuk keriput karena resesif, ditutupi oleh B yang menumbuhkan karakter bulat. Jadi karakter bulat dominant. Dan kancing bergenotif KK dan Kk berfenotif sama, yaitu kuning. Karakter k untuk hijau karena resesif, ditutupi oleh K yang menumbuhkan karakter kuning. Jadi karakter kuning dominant terhadap karakter hijau. Dengan demikian terbukti bahwa perbandingan fenotipe untuk persilangan dihibrid pada F2 adalah 9:3:3:1.
Persilangan dihibrid dapat digambarkan sebagai berikut:
P                   :     BBKK (bulat-kuning)     x    bbkk (keriput-hijau)
Gamet          :     BK, BK                                 bk, bk
F1                 :     100%   BbKk (bulat-kuning)
F1 x F1             :     BbKk                  x          BbKk
Gamet          :     BK, Bk, bK, bk               BK, Bk, bK, bk
Gamet
BK
Bk
bK
bk
BK
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
Bk
BBKk
BBkk
BbKk
Bbkk
bK
BbKK
BbKk
bbKK
bbKk
bk
BbKk
Bbkk
bbKk
Bbkk

Jadi, perandingan fenotif F2 adalah 9:3:3:1.







V.        KESIMPULAN

ü  Hukum Mendel II dikenal dengan hukum pengelompokkan secara bebas.
ü  Persilangan dengan dua sifat beda, diperoleh perbandingan fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1, Karena gen bulat-kuning bersifat dominant.
ü  Gen kuning bersifat dominant terhadap gen hijau, sehingga gen hijau tertutupi oleh gen kuning karena gen kuning bersifat dominant
ü  Gen bulat bersifat dominant terhadap gen keriput, sehingga gen keriput tertutupi oleh gen bulat karena gen keriput bersifat resesif.
ü  F1 menghasilkan semuanya (100%) bulat-kuning. Sedangkan pada F2, persilangan antara F1xF1 maka diperoleh empat macam fenotipe yaitu Bulat-Kuning, Bulat-Hijau, Keriput-Kuning, dan Keriput-Hijau. Dengan perbandingan rasio fenotif adalah 9:3:3:1.


·         Jawaban Pertanyaan
1.      Ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari persilangan tersebut?
Ada sembilan macam yaitu, BBKK, BBKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk dan bbkk.
2.      Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh!
9 : 3 : 3 : 1.
3.      Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan diatas dengan kejadian di alam nyata?
Misalnya untuk memperoleh tanaman rambutan yang rasanya manis dan berbuah banyak, maka disilangkanlah tanaman yang rasanya asam dan berbauh lebat dengan tanaman yang rasanya manis dan berbuah sedikit. Sehingga F2 yang terbentuk diharapkan tanaman rambutan  yang rasanya manis dan berbuah lebat.










VI.     DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar